webnovel

Isaac Exford

Aku menerjang ke iblis itu *woosh*

"Apa?!" (Tenrou)

Aku dengan cepat tiba di depannya, dan langsung mendaratkan sebuah tendangan padanya. Tapi, itu tidak efektif terhadapnya.

Aku mencoba sekali lagi dengan tendangan, namun dia menangkis dan menangkap kakiku lalu melemparku ke udara *woosh*. Saat sedang terbang melayang ke udara dia tiba-tiba sudah berada di atasku, lalu dia memukulku dengan kedua tangannya ke tanah.

*wooosh-druuug* (sfx: hembusan angin, jatuh dari ketinggian)

Aku terbaring di tanah, tidak dapat menggerakkan tubuhku sama sekali. Dan sekali lagi, iblis itu datang dari ketinggian tadi dengan cepat dan menindihku dengan kakinya. Setelahnya, dia memukuliku terus menerus dan serangan terakhirnya dengan menggunakan sihirnya. Tangannya berubah membesar dan membatu, keras sekali, seperti baja adamantite lalu meluncurkan pukulannya padaku.

Asap debu terangkat dari tanah, menyebabkan para penonton tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.

Dari dalam asap, sosok iblis Tenrou keluar dari kumpulan asap debu itu dan menjaga jarak cukup jauh dari sana.

"KAKAK!!" (Sina)

Sina tahu keadaanku setelah melihat hanya iblis Tenrou yang keluar dari kumpulan asap ini. Dia berlari mencoba untuk memeriksaku, tapi disana, si Tenrou menerjang ke arahnya dengan pedang. Sina menyadari itu dan langsung was-was, tapi tubuhnya tidak bisa digerakkan, dia hanya bisa berteriak.

"Kyaaaaaaaaaa!!!" (Sina)

*jleebb*

Apa itu? Suara milik Sina, dan lalu tusukan. Apa jangan-jangan?!

"Si-Sin--" (Enzo)

Aku mencoba berteriak sekeras mungkin tapi malah memuntahkan darah segar.

Aku mencoba menggerakkan tubuhku dan malah terdengar suara *kretek*. Ahh.. Sepertinya tulangku patah.

"Ha.. AAAAA!!!" (Sina)

Aku mendengarnya! Itu suara Sina, dia berteriak sangat keras sepertinya dia baik-baik saja. Kalau begitu, siapa yang tadi ditusuk? Si Tenrou?

"Me.. Menjauhlah... Dari.. Sini.. Cep-cepat!" (Isaac)

Suara itu.. Isaac?!

*buss* Seseorang memasuki kumpulan debu asap ini, aku mencoba melihat siapa orangnya. Itu adalah Sina, syukurlah.. Tapi, apa yang terjadi pada Isaac?

"Sina? Kenapa kau tidak lari dan malah kesini?!" (Enzo)

"Ta-tapi--" (Sina)

*jlebbb*

Suara tusukan lagi, tidak.. Sekarang terdengar seperti suara pedang yang membelah sesuatu yang empuk. *pluk*

"Kepala?!" (Enzo & Sina)

Yah, sebuah kepala, milik Isaac terjatuh di sampingku.

"Ini kepalanya Isaac, sial, si iblis itu!" (Enzo)

Aku melihat ke Sina, dia terlihat ketakutan sekali, wajahnya memucat dan keringat dingin bercucuran. Aku memaksakan diriku untuk bangkit dari posisiku. Eh.. Tubuhku terasa ringan, padahal tadi sangat berat dan tulang rusukku patah tapi sekarang sepertinya baik-baik saja.

Aku memeluk dan membelai kepala Sina yang ketakutan.

"Tidak apa-apa.. Aku selamat, aku akan membalaskan dendam Is--" (Enzo)

Tunggu, ada yang aneh.. Sepertinya aku tadi melihat mata Isaac di kepala yang terpotong itu bergerak. Aku memerhatikannya sekali lagi, dan itu bergerak lagi, sekarang menatapku, dan juga tersenyum.

"....." (Enzo)

"....." (Kepala Isaac - senyum)

*wooosh* asap yang mengelilingi kami menghilang entah kemana karena angin yang berhembus kencang, lalu diatas aku melihat si Tenrou sedang berdiri disana sambil membawa pedangnya yang dilumuri darah.

"HAHAHAHAHA... SEPERTINYA KEMAMPUANMU HANYA SEGINI YA? KALAU BEGITU BERSIAPLAH UNTUK MATI!!" (Tenrou)

Dia mengayunkan pedangnya padaku, aku mendorong Sina menjauh dariku agar dia tidak ikut terkena tebasannya. Pedangnya hanya tinggal beberapa centimeter lagi sampai mengenai kepalaku, namun... *bukkk-krakk* si Tenrou terlempar oleh sebuah tendangan tepat di tulang rusuknya, dan juga aku mendengar suara seperti patah tulang.

"Ahh.. Ahh... Mengacau sekali iblis ini, sepertinya aku gagal untuk tidak mati kali ini..." (Isaac)

" Yo, Enzo!" (Isaac)

Aku melihat Isaac disana, disamping tempat Tenrou tadi berdiri. Kepalanya juga terpasang kembali dengan tubuhnya, aku melihat ke tanah dan tidak menemukan kepalanya yang tadi tergeletak disini. Sebenarnya.. Apa yang terjadi dan makhluk apa dia?

"Kenapa kamu tidak menggunakan seluruh kekuatanmu?" (Isaac)

"Kamu bahkan tidak menggunakan setengahnya.." (Isaac)

Ya, aku tidak mengerti apa maksudnya dengan berkata hal itu.

"Yah, tapi tak apalah.. Aku akan mengurus iblis itu karena sudah membuatku mati untuk yang ke-30 kalinya" (Isaac)

"30 kali mati dan hidup?!" (Sina)

Aku tidak tahu apa dia sedang bercanda atau tidak, dia tadi memang seharusnya sudah mati, tapi sekarang sehat bugar.

Tapi setelah melihat ekspresi wajahnya yang mengangguk kebingungan, membuatku tidak percaya.

"...." (Enzo)

Grrrr-

"Manusia sialan...!" (Tenrou)

"Oh ho? Kau masih hidup rupanya?" (Isaac)

"Hmph! Aku akui kekuatanmu pantas untuk melawanku, katakan manusia, siapa namamu?!" (Tenrou)

"Heh.."

Dengan cepat seperti kilat Isaac hilang dari pandanganku, menyebabkan debu terangkat dari tempatnya berdiri.

Dan lalu kulihat dia sudah berada di hadapan iblis Tenrou, dengan tangan yang bersiap untuk memukul.

"Iblis rendahan seperti mu-"

"Apa?!"

Tenrou terkejut karena Isaac tiba-tiba berada di depannya hanya dalam hitungan mili detik.

Tubuh Tenrou gemetaran saat melihat mata Isaac yang menyala seperti api.

"Tidak pantas mengetahui namaku!"

*punch-boom!!*

Aku terkejut melihat itu, pukulannya sangat kuat hingga membuat lubang besar di tanah.

"Hebat..." (Sina)

Aku menatap Sina yang wajahnya bersinar-sinar karena melihat kekuatan si Isaac.

Cih, si Isaac, kalau cuma segitu juga aku bisa.

Aku berdiri dan menepuk debu di pakaianku.

"Kamu benar, tapi dia tidak sehebat aku, lho!"

"Oh.. Tapi, tadi kak Enzo kalah melawan iblis itu.. "

Sina memberikan ekspresi wajah yang tidak percaya padaku.

"I-itu, karena aku tidak serius.. Aku bahkan tidak memakai setengah dari kekuatanku, jangankan setengah, seperempatnya pun belum.."

"O-oh...!"

Para binatang buas berkumpul setelah mengetahui iblisnya sudah dikalahkan, aku memerintahkan mereka untuk membersihkan bekas pertarungan di hutan ini.

Sementara aku dan Sina mengecek Isaac yang mengalahkan iblis Tenrou.

"Oi Isaac, kau baik-baik saja?"

"Kak Isaac!"

Cih- si Isaac sialan ini!!!

"Oh Enzo, dan.. gadis rubah-"

"Sina! Namaku Sina!"

"._."

Aku turun ke bawah menghampiri Isaac, lalu bertanya tentang situasinya. Sementara Sina menunggu di atas dengan wajah cemberut.

"Apakah iblis ini sudah mati?"

"Belum..."

"Lalu, kenapa tidak dibunuh?"

Yah, aku masih bisa merasakan energi kehidupan iblis Tenrou. Iblis ini, dia sekarat, dia hanya bisa menunggu untuk dibunuh, atau diselamatkan dan beregenerasi kembali.

"Aku tidak bisa melakukannya.."

Aku memiringkan kepalaku karena kebingungan, kenapa dia tidak bisa melakukannya..

"Kenapa tidak?"

"Itu karena.."

Hmm?

"Aku sudah kehabisan manaku, hehe!"

Dia mengatakan itu, hal yang membuat kesal sambil menggaruk kepalanya, monyet!

Tapi itu benar,

Di dunia ini 'mana' adalah hal penting, jika kau kehabisan mana tubuhmu akan melemah dan kau tidak akan bisa melakukan apa-apa.

Semakin banyak mana yang kau miliki, semakin banyak pula sihir atau skill yang bisa kau gunakan dalam satu kali pertarungan.

Hufft..

"Skillmu tadi.. Kukira itu hebat, tapi ternyata itu menguras mana mu sampai habis.."

"Hehe!"

Tahan... Tahan.. Tahan amarahmu Enzo.

"Kalau begitu, biar aku saja yang membunuhnya"

"Wah boleh tuh! Tapi satu syarat.."

"Apa?"

"Kristal sihir iblis ini adalah milikku"

"Ya, ya, kau boleh memilikinya. Lagipula, yang mengalahkannya kan kamu, aku hanya membantu untuk mengakhiri nyawanya saja"

Aku mengeluarkan belatiku, mengarahkannya ke tubuh iblis Tenrou.

"...."

"[Skill: Force Wave]"

Tidak terlalu efektif, itu hanya menggores kulitnya saja, dan itu juga tidak terlalu dalam. Kalau begitu..

Aku melompat ke udara,

"[Skill: Consecutive Force Wave]"

Serangan beruntun yang kuarahkan ke iblis Tenrou, *crat-crot* darah terus menyembur dari tubuhnya.

"Sudah mati"

Aku mendarat, lalu melihat Isaac yang terus gemetaran.

"Kenapa?"

"Te-ternyata, kau tanpa ampun pada orang yang sudah sekarat ya.. Hehe"

"Tapi itu kan iblis bukan orang"

"Oh..."

Sebuah cahaya keluar dari mayat tubuh iblis Tenrou yang sudah tidak berbentuk lagi, itu..

"Batu ungu?"

Sebuah batu seberat 8 kg, besarnya mungkin seukuran dengan gas elpiji.

"Batu ungu ndasmu! Ini.. Bongkahan batu sihir!"

"Sama aja, batu ungu"

"Ini adalah hartu karun!!"

Isaac terus-terusan memeluk batu ungu itu, saking bahagianya dia sampai mengeluarkan ingus dari hidungnya.

"(Emm, padahal itu cuma material common-grade.. Aku punya banyak batu ungu seperti itu di inventory-ku)"