Melalui bantuan patung Madam Nixon, Mr. Ex akhirnya mampu mengetahui bahwa Emely sudah berhasil menemukan negeri Invizibila di dalam buku XVIII. Dia muak karena musuhnya berhasil menemukan tempat untuk menghapus kutukannya.
Tak hanya itu, Mr. Ex pun terkejut karena ternyata Chris juga ikut terbawa ke dalam buku tersebut. Ia baru sadar kalau tanda lahir putranya bisa membuka jalan ke sana.
"Chris benar-benar keterlaluan! Untuk apa dia membantu gadis sialan itu?" Amukan Mr. Ex mencuat saat tahu anaknya membantu sang musuh. Dengan kekuatannya, Mr. Ex mampu melihat semua yang terjadi pada Chris dan Emely melalui telapak tangan.
Kini tangannya malah mengepal kuat, dia memukul dinding perpustakaan dengan kencang sampai terlihat retak. "Sepertinya ... aku harus menjalankan rencana besarku!" tegas Mr. Ex langsung pergi begitu saja.
✴️✴️✴️
Sebuah kapsul terbang mulai mendarat di Kota Orycus. Terlihat suasana di sana ramai dengan kehidupan, karena hari sudah gelap para penduduk pun mulai berkeliaran. Mungkin itulah kebiasaan mereka, saat siang hari suhu berada di titik terpanas dan mereka enggan untuk berada di luar. Sementara, malam hari mereka jadikan waktu untuk berkegiatan.
"Jadi kau tinggal di sini?" tanya Chris seraya turun dari kapsul.
"Iya. Omong-omong kenapa kau ingin ikut denganku? Bukannya kau sudah punya tempat tinggal di pondok milik Ray?"
Chris terdiam cukup lama, membuat Emely penasaran alasan apa yang akan dilontarkan pria itu. "Aku butuh suasana baru, di sana membosankan!" ketusnya seraya berjalan mendahului Emely, pria itu mulai kembali menyebalkan.
"Kau harus bertemu dengan Zlic," ujar Emely menyamakan langkahnya dengan Chris.
"Zlic? Siapa dia?"
Emely tak menjawab, dia malah meninggalkan Chris. Membiarkan pria itu merasakan bagaimana rasanya diberi sikap menyebalkan. Benar saja, Chris berdecih dan membuang napas kasar melihat respons Emely barusan.
Gadis itu terus berjalan, hingga akhirnya dia sampai di depan rumah Zlic. Kebetulan juga Zlic ada di luar sedang memperhatikan anak-anak bermain.
Namun, Chris malah tercengang dan memundurkan langkah sampai tubuhnya terjengkang kala melihat Zlic. "M-makhluk apa ini?" tanya Chris seraya bangkit sambil menatap bibir Zlic penuh ketakutan.
Emely tertawa kecil, dia baru melihat sosok Chris yang kelihatannya sangat berkuasa kini malah seperti orang bodoh.
"Emely? Kau sudah kembali?" Zlic memulai percakapan, dia sama sekali tidak mempedulikan Chris yang dilanda kebingungan. Lagi-lagi Chris terkejut karena bibir Zlic terbuka saat berbicara. Padahal, jika sedang diam bibirnya sangat tertutup rapat tanpa celah sedikit pun.
"Iya, Zlic," jawab Emely seraya tersenyum.
"Jadi nenek ini yang kau sebut Zlic? Makhluk aneh dengan bibir tanpa garis tengah? Ya ampun, kenapa kau mau berteman dengannya?" bisik Chris memandang Zlic ngeri.
"Hei! Aku mendengar ucapanmu, Anak Muda."
Chris gelagapan, dia pun membungkukan badan seolah meminta ampunan. "M-maaf, Nek."
"Umurku masih 200 tahun, jadi kau jangan memanggilku Nenek."
Chris menganga tak percaya, otaknya sungguh tidak bisa mencerna perkataan Zlic barusan.
"Sudah, kau turuti saja. Jangka umur mereka memang berbeda dengan jangka umur di dunia kita," ucap Emely pelan. Dia berusaha untuk membuat Chris sadar, walaupun semua itu tidak masuk akal. Beberapa hari lalu, saat Emely mengetahui umur Zlic pun dia bersikap sama dengan Chris. Akan tetapi, Emely bisa memahami itu, karena faktanya dia berada di dunia yang berbeda.
"B-baik, Zlic," kata Chris gugup, dia terpaksa mendengarkan ucapan Emely.
"Bagaimana dengan serbuknya?" Zlic mengalihkan pembicaraan.
"Aku berhasil."
"Sudah kuduga, kau pasti bisa melakukannya. Lalu, siapa pria ini?"
"Ini Chris, dia yang telah membantuku."
Zlic mengangguk paham, dia menatap Chris dari atas sampai bawah. Membuat pria itu menelan saliva takut karena merasa terintimidasi. Melihat itu, Emely pun kembali mengajak Zlic berbincang, dia tidak mau psikis Chris jadi terganggu karena terlalu takut.
"Zlic, apa di sini masih ada rumah tidak berpenghuni untuk tempat tinggal Chris?"
"Hm ... sepertinya tidak ada lagi," jawab Zlic santai.
Mendengar itu Chris langsung membuang muka. "Lalu aku tinggal di mana?"
"Bangsa Scowf di sini tidak akan ada yang mau tinggal bersama pendatang baru atau pun makhluk lain. Jadi, saranku kau tinggallah bersama Emely."
"Tidak!" tolak Chris dan Emely serentak.
Namun, mengingat Chris yang sudah membantunya, Emely jadi berubah pikiran. "Baiklah, kau boleh tinggal bersamaku. Jika kau mau," ucapnya seraya berpamitan pada Zlic dan langsung pergi.
Sedangkan, Chris masih mematung. Namun, pada akhirnya dia mengikuti langkah Emely.
ΦΦΦ
"Kau seharusnya bilang dari awal, kalau Zlic itu makhluk mengerikan!" sarkas Chris sembari merebahkan tubuhnya di kursi batu panjang.
"Siapa suruh kau ikut denganku. Dan ingat, kau hanya boleh tidur di batu itu. Kamar di rumah ini cuma satu!"
"Iya, iya. Tapi setidaknya berikan aku minuman dulu, aku haus."
Emely mendengkus, lagi-lagi Chris bersikap seenaknya. Namun, Emely tidak menolak, dia enggan berdebat dengan Chris untuk saat ini.
Tepat saat Emely menyentuh gelas kaca, tiba-tiba gelas tersebut malah pecah dengan sendirinya. Kejadian waktu itu kembali terulang lagi.
Tanganku ....
"Astaga, Em! Kau hebat sekali!" Chris yang melihat kejadian itu, sontak langsung berdiri menatap Emely takjub. "Bagaimana kau melakukannya? Padahal tadi kau baru menyentuhnya saja."
Emely menggigit bibir bawah dengan bingung, dia tidak mau rahasianya terbongkar. Akan tetapi, ia sudah terlanjur menceritakan perihal kutukan itu pada Chris, jadi cepat atau lambat Chris pun akan mengetahui perihal ini juga.
"M-maaf, Chris. Itu tidak sengaja. Biar kuambilkan lagi gelasnya." Untuk kedua kalinya gelas itu berakhir pecah begitu saja, membuat Chris semakin yakin bahwa tangan Emely memiliki keajaiban.
"Kau mempunyai kekuatan?" Chris dan Emely langsung menoleh saat suara tersebut datang.
"Zlic, i-itu tidak seperti yang kau lihat," elak Emely.
"Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku."
"Tidak, Zlic. Sebenarnya ... aku juga tidak tahu apa yang telah aku lakukan. Semuanya terjadi begitu saja, kadang diriku sampai tidak terkendali," lirih Emely seraya menunduk.
"Aku dapat merasakan kalau itu sebuah kekuatan besar. Hanya saja ... kau tampak tidak bisa mengendalikannya."
Sontak Emely langsung beradu pandang dengan Zlic, menatap mata kebiruan milik Zlic dengan serius.
Apa ini kekuatan yang aku dapatkan bersamaan dengan kutukan itu? batin Emely mulai percaya.
"Kau harus berlatih," lanjut Zlic.
"Maksudnya?"
"Ya, kau harus bisa mengendalikan kekuatanmu. Caranya dengan terus berlatih."
Emely semakin yakin kalau kekuatan itu memang benar ada pada dirinya. Dengan terus berlatih, setidaknya ia mampu mengalahkan apa pun sendiri, termasuk semua yang menghalangi perjalanan misinya nanti.
"Pergilah ke Pulau Magland. Di sana adalah tempat para petarung hebat dan juga tempat pelatihan kekuatan."
"Aku ikut! Kami akan pergi." Bukan Emely yang menjawab seantusias itu, tapi Chris yang malah terlihat sangat senang. Entah apa yang terjadi padanya.
"Baiklah, Zlic. Terima kasih."
ΦΦΦ
Matahari pagi terlihat sangat cerah, sama halnya dengan Emely dan Chris yang terlihat sangat bersemangat. Mereka sudah berada di tepi pantai untuk menyeberangi lautan menuju Pulau Magland.
Perahu besar kini mulai bergerak membelah lautan, mengantar mereka menuju bagian daerah selatan, daerah di mana Pulau Magland berada. Setelah sampai, terlihat seseorang berpakaian dengan bahan perak sudah menanti mereka di tepi pulau.
"Aku Birnbaorn. Aku yang akan melatih kekuatanmu dan kita mulai berlatih dari sekarang."
"Sekarang?" tanya Emely.
"Ya. Kau jangan takut, sebelum kau sampai Zlic sudah memberi tahu kabar tentangmu," jelas Birnbaorn, ia langsung menelisik kedua bola mata Emely tanpa gadis itu sadari. "Telekinesis, langkah yang menciptakan getaran, dan sentuhan yang mematikan. Itulah kekuatanmu, kita akan mulai dari kekuatan telekinesis terlebih dahulu," lanjutnya menatap Emely serius.
"Tunggu! Kau tahu semua itu dari mana?" Emely masih tidak percaya dengan perkataan wanita di depannya.
"Aku dapat melihat semuanya dengan jelas dari matamu."
Emely dan Chris saling menatap, mereka belum mengerti dengan apa yang terjadi.
"Sudahlah, sekarang kau siapkan diri dan mulai berkonsentrasi," sela Birnbaorn memerintah.
"Aku akan menunggumu di sebelah sana." Chris mulai menjauh dan membiarkan Emely untuk mulai berlatih.
Emely mengembuskan napas pelan, dia mencoba untuk tenang. "Baik, apa yang harus aku lakukan?"
"Dengarkan aku dan lakukan semua perkataanku. Pertama-tama, kau harus berkonsentrasi. Dengan memejamkan mata kau akan lebih mudah melakukan hal itu." Birnbaorn berjalan pelan memutari tubuh Emely, sementara Emely mulai menutup mata.
"Lalu tenangkan hatimu. Buanglah semua rasa kegelisahan yang ada, kau hanya boleh merasakan ketenangan, hanya ketenangan. Berikutnya, kosongkan pikiranmu, jernihkan! Buatlah ruang di otakmu untuk sesuatu yang baru. Hanya tujuan atas kekuatanmulah yang harus kau pikirkan. Dan semua yang ada di sekitarmu adalah tujuannya. Batu, pohon, tanah, air. Apa pun itu! Kau harus menetapkannya di otakmu." Birnbaorn mulai memberi jeda pada Emely untuk terus berkonsentrasi.
"Fokus, fokus! Rasakan setiap embusan angin yang datang, jagalah keseimbangan pikiran agar tujuanmu tidak tergoyahkan. Hingga akhirnya hatimu yang tenang akan mengatakan apa yang harus kau lakukan pada tujuanmu itu. Katakanlah di dalam hatimu! Katakanlah!"
Hancur! Hancur!
"Dan semua yang kau inginkan, kini akan terlaksana tepat saat kau membuka mata ke arah tujuan yang sudah kau tetapkan."
Emely membuka matanya lebar tepat mengarah pada sebuah batu besar yang tak jauh darinya. Bersamaan dengan itu batu tersebut langsung hancur begitu saja.
"Luar biasa!" teriak Chris semringah.
"Itulah teknik dasar untuk kekuatan telekinesis. Kekuatan tanpa sentuhan. Dengan kau memikirkannya saja, maka semuanya akan terjadi," jelas Birnbaorn membuat Emely senang.
Mendengar hal tersebut Emely jadi teringat akan kejadian waktu itu, di mana ia berpikir untuk menimpuk Chris dengan buku-buku di tangannya dan buku-buku itu langsung bergerak dengan sendirinya melakukan apa yang Emely pikirkan. Sekarang ia paham bahwa kejadian itu bersumber dari kekuatan telekinesis.
Emely masih terpukau dengan apa yang ia lakukan, merasa tak percaya tapi dirinya sendiri kini dapat merasakannya. "Ja-jadi ... aku berhasil?"
"Hasil yang tidak buruk untuk latihan pertamamu," jawab Birnbaorn memberi usapan lembut pada lengan Emely. "Ingat, semua yang kau lakukan tadi hanya dasar-dasarnya saja. Jika kau sudah terbiasa, maka kau akan semakin cepat dalam melakukan teknik tadi. Bahkan, kau bisa melakukannya dalam waktu sepersekian detik."
"Terima kasih, Birn. Aku akan terus berlatih!"