webnovel

PATAH HATI

Seina memantapkan apa yang ingin dikatakannya, Setelah aku memastikan kalau Vino baik-baika saja, aku segera kembali. Maaf ya Lan.

Seina berlari menuju kelas dan mencari Elan, namun Elan tak ada di kelasnya.

Jen, Vino kemana? pekik Seina pada Jeny teman kelasnya.

Tadi sih keluar sama Elina, ucap Jeny.

Oh, makasih.

Seina mencari Vino tak ketemu juga, masih banyak pertanyaan di benak Seina bahwa tidak mungkin juga Vino dekat dengan Elina. Selama ini yang ia ketahui Vino tak begitu dekat dengan Elina, bahkan Vino lebih enggan bercengkerama dengan Elina.

Walaupun sudah dicari kemana-mana tetap tak ketemu juga. Seluruh isi sekolahnya sudah dicari tetap tak menenmukan Elina dan Vino.

Kalian dimana sih? Vin aku pengin ketemu kamu," gerutu Seina.

Hingga Seina mencari sampai ke perpustakaan, kantin dan taman. Tetap tak ketemu juga, sampai taman Seina merasa lelah dan cukup haus, keringat berceceran karena cuaca yang sangat panas.

Seina duduk di kursi dan menyenderkan badannya ke atas, kini yang dicarinya telah ketemu, Elina dan Vino berada di atap atas tempat yang tak biasa Seina jajaki. Seina sendiri bahkan tak tahu diatas sana ada apa, Seina hanya melihat Elina dan Vino sedang berbicara diatas sana.

Seina berlari lagi, meskipun bajunya menjadi basah karena karingat, tak menjadi masalah Seina tetap ingin menemui Vino dan melihat keadaan Vino.

Seina berlari sambil berucap, Buset jauh banget sampai lantai atas.

Seina melirik tangga yang menjulang ke atas, anak tangga yang sangat banyak, pastilah menguras banyak tenaga untuk sampai menuju ke atas.

Seina terengah-engah mengehentikan langkahnya, meskpiun hanya beberapa lantai saja, tenaga Seina sudah terkuras karena seblumnya sudah ia berlari sejauh mengelilingi lapangan.

Seina berhenti sejenak, "Oke Sey, masih lima anak tangga lagi, lirih Seina dengan nafas yang terputus-putus.

Seina mencoba menarik nafasnya, meskpiun ia haus dan lelah, namun ia berusaha mencapai puncaknya, sampai dipuncaknya ada sebuah pintu, kemudian Seina membuka pintu itu dengan pelan, Seina berjalan pelan, Seina meihat Elina dan Vino sedang berciuman. Hati Seina sakit dan begitu sakit. Air mata Seina secara tak sengaja keluar menetes. Rasa ingin tak percaya dengan mudahnya Vino mencium Elina yang jelas-jelas tak akrab sama sekali.

Kaki Seina serasa kaku untuk berjalan, padahal Seina tak berpacaran dengan Vino, namun haya melihat Elina dan Vino melakukan hal lebih layaknya pacaran membuat Seina terasa patah hati.

Vin.. lirih Seina.

Vino melirik pandangannya dan melihat Seina yang sudah mematung dengan berlinang air mata. Vino kaget tak menyangka Seina ada disitu, Elina yang merasa salah tingkah mendekati Seina. Selangkah kaki Elina maju, Seina mundur selangkah pula.

Sey, aku... suara Elina terdengar bergetar dan terbata-bata.

Pandangan Vino menjadi serba salah, Vino mencoba mendekati Seina tetapi Seina hampir menghilang dari pandangan mereka.

"Sudah cukup ya. ternyata kalian begitu! teriak Seina merasa tak percaya.

Air mata Seina masih terjatuh ke pipinya, suaranya menjadi bergetar dan sesenggukan, Elina sempat tak percaya Seina marah tak terkendalikan, sedangkan yang Elina tahu, Seina tak memiliki rasa pada Vino, dan yang Elina tahu bahwa Seina hanya menyukai Elan. Elan sudah menjadi sangat akrab dengan Seina membuat Elina beralih pada Vino.

Meskipun Elina tahu bahwa Vino belum menyukainya, dan ciuman yang terjadi hanyalah kesalahpahaman.

Seina berlari menuruni tangga disusul oleh Vino.

**Flashback

Vino merasa menjadi lelaki yang tak berguna, Elina mendekati Vino yang tetap berdiri menatap kepergian Seina dan Elan.

Elina mencoba mendekati Vino, meskipun Vino tak bergemning dan ia malah pergi ke atas atap untuk mencairkan suasana hatinya, diam-diam Elina mengikutinya dari belakang.

Vin, pekik Elina mendekatkan dirinya pada Vino.

Vino tak bergmening, tak melirik Elina dan tak pengaruh dengan suara Elina.

Vin, kamu baik-baik aja? aku tahu kamu nggak suka sama aku. Tapi, setidaknya kamu nggak kenapa-napa kan? pekik Elina.

Dengan susah payah Elina membujuk Vino untuk berbicara, akhirnya Vino mengeluarkan suaranya.

Kamu tahu kan aku memang tak suka denganmu, apalagi berbicara sama kamu! seru Vino dengan cueknya.

Iya, tapi setidaknya kamu seperti biasa, jangan jadi pendiem seperti ini. Ini seperti bukan kamu, kamu terlihat lebih lemah.

Nggak usah ikut campur Na, pekik Vino.

Iya aku nggak mau ikut campur, tapi aku ingin memastikan kalau kamu seperti biasa, dan tak ada yang berubah. Aku ingin mastiin kamu seperti Vino yang sebelumnya, Vino yang tidak diam saja," ucap Elina.

Kamu tahu apa tentang aku! Vino semakin marah dan ngamuk, untuk membuat Vino kembali diam akhirnya Elina mencium bibir Vino, Vino terpaku dan tetap tersadar, hingga Vino terkejut tak menyangka.

Meskipun Vino kaget, Vino tak melepaskan Elina yang menciumnya dengan memejamkan matanya, meskipun Vino tak ikut menutup matanya, namun ia terdiam saja.

Hingga mereka tak sadar Seina sudah disana menyaksikan Vino dan Elina berciuman. Vino hilang kendali dan sangat merasa sedih melihat Seina yang menangis dengan sendunya.

**

Vino mengejar Seina sampai ia terhenti di toilet wanita. Vino tak berani melanjutkan lagi, ia tahu Seina masih menangis di dalam sana, dan ia tahu betul Seina membutuhkan sandarannya.

Seina terihat keluar dari toilet bahkan wajahnya barusaha, ia selesai membasuh wajahnya dengan air. Rambutnya masih basah, Vino tahu Seina melakukan itu supaya Seina tak meninggalkan jejak matanya yang lembab sehabis menangis.

Sey... ucap Vino.

Namun Seina kini yang bergantian diam saja, tak menghiraukan Seina, bahkan ia melewati Vino begitu saja tanpa melirik sedikitpun.

Air di wajah dan rambut Seina masih menetes, Seina tak mengelapnya dengan tisu, ia biarkan air menetes dari rambutnya.

Vino lari menghalangi langkah Seina, Sey. Aku mohon kamu salah paham.

Seina mentap Elan dengan wajah sendunya, matanya masih merah dan matanya kembali bergenang, Kamu tahu. Aku sudah mulai menyukaimu. Tapi kamu dan Elina... ucap Seina sesenggukan tak mampu lagi untuk meneruskan kalimatnya.

Suara Seina pedih dan terdengar purau membuat Vino tak bedaya dan merasa lebih bersalah.

Jangan nangis Sey, maafkan aku," ucap Vino.

Namun kata-kata Vino tak cukup membuat Seina tenang, Seina menghapus air matanya dan mencoba tersenyum paksa di depan Vino.

Salah aku juga, bukan apa-apanya kamu. Kita hanya sahabatan, tapi aku menganggap kamu lebih. Aku juga tak tahu dengan hatiku yang tiba-tiba perih, pekiknya.

Aku kira kamu benar-benar menyukai Elan, seru Vino.

Iya aku dulu emang menyukai Elan, tapi aku nggak tahu semenjak kedatanganmu membuatku goyah pada Elan! Seina masih naik turun dalam mengendalikan emosinya.

Meskipun Vino mencoba memeluk Seina, namun Seina dengan kerasnya tegasnya menolak.

**Bersambung...