webnovel

KEMBALI RINDU

Vino selalu datang telat ke sekolah, jadi Seina tak heran Vino belum berangkat padahal sudah cukup siang.

Yang membuat Seina terkejut adalah mereka tak sengaja berpapasan.

"Kamu ngikutin aku ya?" ucap Seina dengan rasa penasaran.

Vino yang sedang duduk di atas motornya tak mengerti apa yang sedang Seina katakan, tiba-tiba saja Seina berbicara tanpa awal pembukaan dan membuat Vino bingung, tiba-tiba saja Seina mengatakannya begitu saja.

"Maksudnya?"

"Aduh Vin, jangan pura-pura deh!"

Tetap saja Vino tak mengerti apa yang sedang Seina bicarakan, ia melongo di depan gadis itu.

"Apa sih Sey?" ucap Vino dengan keheranan.

"Ko kamu bisa tahu aku kost disekitar sini?"

"Oh... Jadi kamu kost?"

Seina mengerutkan alisnya, seolah Vino baru saja tahu kalau Seina ternyata bertempat tinggal di kostannya. Bukan di rumahnya sendiri.

"Kamu.... Baru tahu?" pekik Seina.

Vino menggeleng.

Seina menunjuk jalan, "Jadi? Kamu juga baru lewat sini?"

"Kalau lewat sini sering, tapi gak nyangka aja kita papasan" seru Vino.

Kini Seina tak marah lagi, memang bukan rencana Vino memanfaatkan keadaan untuk mendekati Seina. Vino sebelumnya tak mnegetahui kalau Seina ternyata ngekost dan tak tahu alamat kostan Seina.

Vino lebih suka datang terlambat, jadi wajar saja mereka bertemu saat Seina juga terlambat. Meskipun tampilan Vino cukup rapi, namun sangat disayangkan Vino bukan tipe orang yang rajin datang tepat waktu. Berbeda jauh dengan Elan.

"Bareng yuk" sambut Vino mengajak Seina untuk membonceng sepeda motornya. Tanpa pikir panjang Seina mengiyakan dan menaiki motor Vino.

**

Untung saja pas sampai sekolah gerbang masih dibuka dan pelajaran belum dimulai, jika biasanya Vino terlamnbat dan dapat hukuman lari mengelilingi lapangan, sedari tadi Vino mengendarai motornya dengan kecepatan penuh sehingga ia tak ingin Seina mendapat hukuman seperti keseharian Vino.

"Maaf ya Sey" pekik Vino sesampainya di parkiran.

"Untuk?"

"Ngebut, takutnya kamu gak nyaman."

"gak masalah selama nyawa kita aman dan tentunya gak terlambat" pekik Seina.

Mereka menuju kelas, Elan sudah berdiri didepan kelas Seina. Entah apa yang ada dipikiran Elan, sehingga ia dengan relanya menantikan kehadiran Seina.

"Sey... Aku nuggu dari tadi" pekik Elan.

"Aku gak minat untuk ditungguin" ucap Seina datar.

Vino tersenyum mendengar jawaban Seina, padahal dari raut wajah Elan sudah terlihat cukup cemas.

"Kamu tidak seperti biasanya telat begini" ucapnya lagi.

"Iya Lan, tadi ada kenadala aja."

"Besok aku jemput ya?"

Seina sungguh heran dengan sikap Elan yang berubah menjadi sangat hangat.

"Sudah ya. bentar lagi bel masuk" ucap Vino menghentikan pembicraan mereka.

**

Seina melirik Elina yang terlihat melamun tak ada suara, ia menatap kosong pelajaran yang sedang diajari bu Yani. Matanya menghadap kearah bu Yani menerangkan pelajaran, tetapi tatapannya sangat kosong.

Seina merasa kasihan melihat Elina yang hilang akan semangatnya.

'Kemana kamu yang ada buat aku Na? Aku tidak mau melihatmu terus-terusan begitu' pekik Seina dalam hati.

Vino yang bergiliran duduk di belakang Seina menyenggol kursi Seina. Kursi yang mereka pakai merupakan kursi single jadi setiap kursi bisa di duduki hanya satu orang saja.

Seina melirik Vino, Vino tersenyum dengan ramahnya.

"Apa?" ucap Seina.

"Kamu ngliatain Elina sampe gak berkedip, nanti mata kamu bisa copot"ucapnya.

Seina menggeleng-gelengkan kepalanya, Seina berharap Elina bisa diajaknya berbaikan dan bercanda seperti dulu lagi.

**

Elina seperti tak ada nyawa, badannya saja yang bergerak. Namun pikiran dan hatinya serasa beku.

Seina mendekati Elina dan berbicara dengan sangat hati-hati supaya tidak menyinggung perasannya. Seina mungkin merasa dirinya memang kesal terhadap Elina, namun Seina menyimpan rasa kesalnya dan lebih mementingkan toleransi persahabatannya.

"Na..." pekik Seina.

"Ya Sey" ucap Elina yang membuat Seina terkejut, meskipun Elina seperti mati rasa tetapi ia masih menerima Seina untuk berbicara padanya.

"Aku sudah tahu semuanya...." pekik Seina dengan menundukkan kepalanya.

Elina tak menatap Seina, Elina memandang kedepan, pandangannya datar.

"Aku tahu, aku juga sudah lelah" pekiknya.

"Aku mau... Kita sepertii dulu."

Deg... Kini Seina mengucapkan kalimat yang sama dengan Elan, saat Elan ingin dirinya menjadi Seina yang selalu ada buatnya.

'Seperti inikah rasanya dicampakkan?' pekik Seina dalam hati.

Elina memegang kalungnya, Seina berusaha mengontrol emosinya, Seina tahu jika ia sudah mau berbicara dengan Elina dan berani mendekati Elina, berarti ia harus menerima resikonya. Menenrima untuk tidak membawa perasaan sakitnya begitu dalam.

"Andai saja..." pekik Elina memainkan kalungnya, dari perilaku Elina. Sepertinya Elina masih menyimpan rasa dan masih berharap pada Elan.

Tiba-tiba Elina menanyakan tentang Elan yang membuat Seina terkejut, "Elan sudah nembak kamu? Atau kamu sudah berpacaran dengannya?"

Seina menggelang, "Gak Na."

Elina tak percaya dengan ucapan Seina, Elina masih bungkam dan tak berbicara banyak. bahkan Elina mengungkapkan bahwa dirinya masih ingin sendiri meskipun Seina berusaha untuk tetap berada disisinya.

"Aku tunggu sampai kamu kembali seperti dulu" pekik Seina tersenyum dan pergi.

Hari-hari yang mereka lalui sungguh berbda dan terasa begitu sepi, Seina yang memiliki sahabat wanita satu-satunya, kini merelakan perubahan sikap Elina.

Untung saja Seina masih menyambut cara bergurau Vino sehingga hidupnya tak begitu purau.

Elan masih sering memeprhatikan Vino saat bersama dengan Seina.

Elan yang terlihat bergitu cemburu dan lebih gampang emosian, sesekali Seina mencoba meluruskan kesalahpahaman diantara keduanya.

'Lan... Ketemu yuk di UKS' ketik Seina dalam ponselnya.

Seina mengirimkan pesan untuk Elan, sengan cepat Elan membalasnya. Bahkan Elan menelvonnya, tetapi Seina mematikan televon dari Elan dan sengaja tak mengangkatnya.

'Kamu kenapa? Kamu sakit? Magh kamu gak kambuh kan?'

Elan tahu kalau Seina memiliki penyakit magh yang jika kambuh dengan refleksnya Seina akan mudah pusing dan pingsan.

Elan membalas chat Seina bahkan sebelum Seina membalasnya lagi, 'Kamu sudah makan?'

Seina sengaja tak membalasnya lagi, Elan semakin terus menghubunginya tanpa lelah, hanya Elan lah yang mengerti akan Seina. Elan yang begitu tau tenatng Seina.

**

"Kamu Kenapa?"

Elan datang dengan wajah khawatir, Seina sudah berbaring di tempat tidur UKS, beberapa kali Elan mengecek suhu tubuh Seina, Seina hanya terdiam.

"Mana yang sakit?" ucap Elan dengan wajah sendu.

Seina menunjuk hatinya. Elan yang sedari tadi memilih obat-obatan dari kotak P3K berhenti bergerak dan meghembuskan nafasnya.

"Kamu gak mau bilang aku terlalu baik?" ucap Elan.

Seina terdiam melongo tak mengerti kalimat yang Elan katakan.

Elan melanjutkan, "Biasanya kamu bilang gitu."

Seina menjadi ingat jika ia ingin menampakkan perasaannya pastilah Seina bilang seperti itu pada Elan. Namun akhir-akhir ini Seina tak sedikitpun mengatakan seperti itu lagi pada Elan.

"Aku kangen kata-kata itu" pekik Elan.

Elan memegang tangan Seina, seketika jantung Seina berdetak lebih kencang. Perasaan emang tak akan pernah salah. Ia tahu mana hati yang berdetak untuknya.

**Bersambung....

Terimakasih sudah baca cerita ini, yuk klik coll dan review untuk meramaikan cerita ini.