webnovel

Date A Live: The Execution Spirits

seorang pemuda lelaki korban kecelakaan disebuah jembatan membuat dirinya tereinkarnasi kembali, bukan ke dunia fantasi seperti yang dia inginkan melainkan kedunia Date A Live dari Light Novel yang terakhir ia baca. setelah tereinkarnasi kembali, ia berada ditubuh seorang anak lelaki berumur 10 tahun dimana ia dirawat oleh seorang pendeta yang mengasuh panti asuhan juga, dan memiliki semua ingatan yang tubuh ini miliki. Diingatan tersebut dirinya terkapar lemas dan darah membanjiri wajahnya sampai ia melihat sesosok yang tak asing dimatanya, seorang gadis berkuncir 2 dengan mata merah menyala dan mata kuning berbentuk jam sedang menginjak jasad ibunya, demi menghormati pemilik tubuh yang ia miliki saat ini, dirinya akan menghalalkan segala cara demi melampiaskan dendam yang dimiliki oleh tubuh asli orang ini.

Nara_Ryuko · アニメ·コミックス
レビュー数が足りません
38 Chs

Chapter 9 Dunia Persekolahan

Saat itu jam pelajaran sedang berlangsung dimana Tokisaki Kurumi, Spirit ketiga dengan codename Nightmare baru saja masuk dihari pertamanya disekolah Raizen.

Sementara itu Oberon kini sedang menuju ruang administrasi untuk mendaftarkan dirinya menjadi siswa disana dengan berkas berkas yang sudah dibuat oleh D.E.M untuk mengelabui pihak sekolah.

Jam pelajaran telah berakhir dan kini waktunya jam makan siang, Oberon pun pergi menuju kantin dengan menggunakan jaket berwarna hitam putih tanpa mengenakan kacamatanya.

Ketika dirinya mau memesan roti yakisoba terlihat Kurumi dan Shido menuju ketempatnya. Disini Oberon terlihat begitu santai, dengan wajahnya yang terlihat dipertengahan muda dan tua, dirinya bisa santai tanpa perlu ditanya tanyakan oleh siswa siswi sekitar.

"nah kita sudah sampai dikawasan kantin sekolah, seharusnya sebentar lagi kantin ini akan ramai akan murid murid disekolah" ujar shido sembari melirik ke kurumi dengan memberikan penjelasan yang cukup merinci.

Oberon pun hendak melewati mereka berdua dan ketika berpapasan dirinya mencium aroma spirit yang begitu khas yang hanya bisa dicium oleh para Executor saja "Spirit"

gumamnya.

Shido pun berpaling dan melihat dirinya yang sudah melewatinya mereka berdua.

Disini dirinya bingung mendengar seseorang menyebut dirinya Spirit bersamaan dengan Kurumi yang sudah mengakui dirinya adalah Spirit ketika perkenalan

"ada apa Shido-san? " ujar kurumi yang terheran heran meratapi Shido yang berada disampingnya.

"ti-tidak tidak, bukan apa apa" balas shido.

Oberon kini sedang menuruni tangga untuk keluar dari sekolah dan membuat dirinya sengaja melewati kelas shido dan melihat Origami dan Tohka keluar bersamaan dari kelas

'hmm... Tidak ada event yang berubah, baguslah'

Dirinya melanjutkan jalannya kemudian keluar dari sekolah. Ditengah perjalanannya menaiki bus untuk kembali ke panti asuhan, Oberon pun menelpon Isaac dan berbicara dengannya.

"new information Isaac" ucapnya dengan yang begitu datar serta tatapan serius memperhatikan pemandangan diluar

"terdapat 2 Spirits yang berada disana, codename: Princess dan Nightmare"

Sementara itu Isaac kini sedang sendirian didalam ruangan kantornya sembari meratapi layar laptopnya.

"bagus... Kutunggu laporan tertulismu tentang hal itu" balas Isaac

"disana begitu tenang, sepertinya nenek itu sedang tidak ada disana bukan? " ujar Oberon

"ya kau bisa menebaknya sendiri" balas Isaac dengan nada yang begitu tenang sembari memejamkan matanya.

"kalau begitu kututup sekarang, walaupun organisasi itu masih begitu tenang saat ini"

Mendengarkan ucapan barusan, Isaac menjadi penasaran karenanya

"organisasi apa yang kau maksud? "

"akan kutambahkan juga itu kelaporan, sejujurnya aku masih tidak terlalu yakin sebelum aku melihatnya dengan mataku sendiri sampai jumpa"

Oberon pun segera mematikan telepon dari atasannya dan kini dirinya mulai memutar otak untuk kedepannya.

***

Keesokan harinya, merupakan hari jum'at hari dimana shido si fakboi melakukan kencan dengan 3 orang gadis sekaligus sedangkan dihari ini Oberon sedang mempersiapkan senjatanya Black Key serta memperbanyak kantong dibalik jaketnya untuk penyimpanan senjata untuk kedepannya didalam kamar.

"1,2,3 totalnya ada 8 kantong , berarti aku bisa membawa 42 Black Key"

Lalu Oberon pun membuka sarung pisau peninggalan ibunya dan bercermin dibilahan pisau.

"aku akan balaskan dendam untukmu, ibu"

"dari yang kulihat kau sepertinya sudah bertemu dengan targetmu ya" ujar Axel yang melihat Oberon dari didepan pintu yang terbuka.

"ya begitulah, harinya sudah tiba. Sudah waktunya menumbalkan domba yang tersesat" jawabnya

Axel pun tersenyum tipis ketika mendengarnya lalu melemparkan sesuatu kepadanya "tangkap ini"

Oberon pun menangkapnya lalu melihat apa yang ia tangkap digenggaman tangan kirinya

"permata? "

"itu hadiah dari Jessica gunakan itu ketika sedang terdesak" ujar Axel

'yang kulihat dari permata ini sepertinya dia memintaku untuk menggunakan Gandr ketika terdesak ya'

"sampaikan terima kasihku kepada Kak Jessica ya, Ayah"

Setelah mendengarnya Axel pun segera pergi meninggalkan Oberon sendiri dikamarnya.

"untuk Spirits yang sudah mengacaukan keseimbangan, serta membunuh Ibuku. No Mercy For Her..."

-To Be Continued-