webnovel

Bagian 1

"Lo langsung pulang?" tanya Anna.

"Hm... "

"Ah, nggak asik.

Gue tuh capek, tiap hari kalo ga sibuk belajar di sekolah, ya belajar bareng om Kris.

Trus belajar beladiri sama lo.

Tegang otak gue.

Temenin gue main dong.

Mumpung ayah belom pulang bussiness trip.

Mau ya? Ya-ya-ya?"

"Ayah tidak mungkin mengijinkannya"

"Biar aku yang telepon" Anna langsung mengambil ponselnya menekan nomor ponsel ayah dari pemuda itu.

"Halo? Siang om, ini Anna.

Oiya om udah tau ya, hehe.

Om tau kan aku ga bisa fisika.

Ijinin anak om yang kaku kayak tembok itu ngajarin aku ya?

Iya. Besok ada ulangan om.

Nanti Ayah marah lagi kalau nilaiku turun.

Iya om, sekalian persiapan ujian nasional.

Supaya nilaiku bisa masuk SMA yang aku mau om.

Boleh ya om,

Asikk.

Beneran ya om.

Oke-oke.

Makasih ya om. Bye om" Anna segera menutup panggilan teleponnya. Membuat pemuda itu menggelengkan kepalanya.

"Apa sih. Udah dibantuin juga bukannya bilang terimakasih"

"Terimakasih sudah berbohong sama ayahku"

"Kembali kasih. Ke atas yuk, kemaren gue dipinjemin dvd film baru sama Sarah." Anna berlalu turun dari mobil menuju pintu utama rumahnya.

"Sarah yang itu?" tanya pemuda itu saat berhasil menyusulnya.

"Yang mana lagi emangnya?"

"Kan, aku udah bilang jangan main sama dia lagi?"

"Ck, lo kayak ayah. Suka ngatur-ngatur ga jelas. Sarah tuh sama kayak gue, kesepian. Makanya bocahnya gitu. Jahat kalo gue ikutan jauhin dia."

"aku udah ingetin kamu Anna. Sarah itu pergaulannya terlalu bebas, kamu bisa aja... "

Anna berhenti setelah membuka pintu rumahnya dan berbalik pada pemuda tersebut. "terpengaruh? Sama Sarah? Yang bener aja. Gue berangkat ama pulang sekolah sama lo ya. Gak boleh kemana-mana sendirian. Yakali, yang ada gue ketularan kaku kayak lo. Atau ketularan jadul kayak om Kris. Hhh..."

"non Anna sudah pulang?" tanya Nina

"Iya, Nina. Aku mau nonton film diatas sama dia. Minta tolong cemilan dan makan siangnya diantar ke atas aja ya. Aku ga suka diganggu kalo lagi nonton film"

"Baik, non."

***

"Film apa yang Sarah kasih?"

"Hm? Udah tonton aja" jawab Anna sambil memasukkan keping DVD pada perangkat video playernya.

Sepanjang film, mereka duduk berdampingan di sofa sambil makan siang.

"Selesaikan makanmu, baru lanjut nontonnya" tegur pemuda itu pada Anna.

"Issh, lo ga seru banget sumpah. Bentar lagi kelar ni filmnya" jawab Anna masih sambil mengunyah makan siangnya.

"Kok tau? Udah pernah nonton?"

"Ya belumlah. Kan bisa diliat durasinya. Oneng lu ah!"

"Apa bagusnya film ini? Terlalu banyak narasi. Tidak ada pelajaran yang disampaikan"

"Nah, nah, nah. Mulai kan menghakimi"

"Coba, apa intinya? Selain dua sahabat pergi berlibur bertemu dengan seniman eksentrik dan terlibat skandal?"

"Makanya dong dilihat sampe akhir, tuh akhirnya mereka balik lagi ke jalur masing-masing kan"

"Ya terus? Apa penyelesaiannya?"

"Justru itu.. lihat dong cara semua peran menjalani hidup mereka.. menyikapi perbedaan.. dan pilihan akhir mereka.. ngerti gak?"

"Enggak"

"Yah lo mah.. gampangnya ini tuh maksutnya kreativitas dan cinta tanpa batas bisa bikin kebablasan.. yang benernya ya stay on the line."

"Oh..."

"Oh oh. O bulet!" Sahut Anna ketus masih sambil makan. Tingkah Anna benar-benar tidak mencerminkan seorang nona besar.

Makan sambil nonton sampai belepotan gitu coba. Ckckck.

Pemuda itu geli sendiri melihat Anna. Entah sudah berapa kali ia menggelengkan kepalanya hari ini.

Ia mengambil tissue lalu mengelap noda saus di pipi Anna sambil tersenyum.

"E-lo nga-pa-in?" Tanya Anna

"Hm?"

"Barusan lo ngapain coba?" Tanya Anna lagi lebih tegas. Kali ini tidak dengan terbata.

"Ck. Ini, lihat" pemuda itu memperlihatkan tissue yang ternoda.

"Ya tapi kan.."

"Makan aja masih kayak anak-anak"

"Apa lo bilang?"

"Hm?"

"Enak aja lo bilang gue anak-anak. Tinggi gue udah 160 tauk. Padahal masih SMP, tunggu gue SMA pasti gue setinggi elo"

Apa hubungannya tinggi badan sama kelakuan?

Lagi-lagi pemuda itu dibuat tersenyum oleh ucapan dan tingkah Anna.

"Kayak anak-anak... bukan anak-anak" jawab pemuda itu cuek.

Anna menatap pemuda itu dengan kesal. Sedangkan pemuda itu hanya membalasnya dengan menaikkan alisnya.

"Lo mau bukti kalo gue bukan anak-anak?" Ucap Anna dengan tersenyum.

Perlahan ia mendekati pemuda itu di ujung sofa, menyentuh bahunya. Pandangan pemuda itu mengikuti arah tangan Anna.

"Apa yang kau lakukan, Anna?"

"Hm?" Anna meletakkan lututnya pada dudukan sofa hingga tubuh mereka semakin dekat.

"Sudah ku bilang padamu, jauhi Sarah. Hentikan ini Anna" ucap pemuda itu sambil memejamkan mata.

Menyuruhku berhenti dengan menutup mata?

Yang benar saja.

Bodoh.

Pergi kemana semua teori perlindungan diri yang kau ajarkan padaku?

Tentu saja Anna tidak berhenti, ia menahan tawanya dan melanjutkan sentuhannya pada dada pemuda itu. Mendekatkan hidungnya pada wajah pemuda itu hingga jarak bibir mereka hanya beberapa milimeter saja.

Pemuda itu belum membuka matanya bahkan ia tak mampu bernafas. Anna semakin gemas, kali ini ia sudah duduk dengan menumpukan kedua lututnya di sofa mengapit posisi duduk pemuda itu.

"Bernapaslah..." ucap Anna perlahan. Pemuda itu menurutinya, ia mengeluarkan napasnya yang ia tahan sejak tadi melalui hidung dan mulutnya hingga membuat bibirnya sedikit terbuka.

Anna menggunakan kesempatan itu untuk mencium pemuda itu. Terkejut, pemuda itu membuka matanya. Ia melihat Anna mengulum lembut bibir atasnya sambil menutup mata, membuat ia terhanyut dan menyerah untuk membalas ciuman itu.

*****

"Tuan besar, anda sudah kembali?" Tanya Nina saat mendapati Zulham pulang tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Ya, pekerjaan selesai lebih cepat. Dimana Anna? Harusnya dia sudah pulang sekolah, kan?"

"Nona muda ada di kamarnya, tuan"

"Baiklah, aku akan segera menemuinya. Ia akan senang dengan oleh-oleh yang ku bawakan untuknya" sahut Zulham sambil bergegas menuju kamar putrinya semata wayangnya itu.

**to be continue**

次の章へ