webnovel

Dulunya Teman pt. 1

Sebelum tahun ajaran baru...

"Duhhhh... pencet gak ya? Gue gak siap lihat hasilnya". Rengek perempuan manis nan imut yang rambutnya dicepol keatas itu. Tangannya mencengkram kuat celana yang dipakai teman laki-lakinya, tepat dipaha. Oh iya, perempuan manis nan imut itu bernama Aluna tapi biasanya dipanggil Una. Eitzzzz... Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memanggil perempuan itu demikian, karena panggilan itu juga khusus dibuat oleh seseorang. Seseorang yang sudah lama berteman dengan Aluna, mereka satu sekolah sejak SMP hingga SMA. Perkenalkan-lah teman special Aluna yang satu ini, saking special-nya punya dua telur🌚

Dzeko Pramana, Koko panggilan kesayangan Una untuknya. Keduanya punya panggilan sayang masing-masing tapi hubungan mereka tidak lebih dari sekedar teman. Ya, hanya segitu saja. Mungkin Aluna tidak pernah memandang Dzeko sebagai seorang 'lelaki', namun berbeda dengan Dzeko. Lelaki itu yang lebih dulu memiliki perasaan sayang pada Aluna tepatnya sejak lima tahun lalu. Satu tahun waktu mereka dekat dan akhirnya akrab, dan setelah pendekatan singkat itulah perasaan menyebalkan dihati Dzeko tumbuh untuk Aluna. Tapi sayang yang disukai malah tidak peka.

"Astaga, tinggal pencet gini doang lho Na...".

Klik!

Tanpa aba-aba dan dengan mudahnya Dzeko memencet tombol submit di layar komputer. Omong-omong hari ini adalah pengumuman hasil SBMPTN, Aluna rewel karena tidak berani melihat hasilnya. Sebenarnya Aluna tidak memiliki harapan muluk-muluk agar diterima di kampus unggulan, ia hanya ingin satu kampus dengan Dzeko.

"Koko! Sumpah ya? Gimana bisa Lo segampang itu pencet tombolnya?!". Omel Aluna, tangannya sudah mengepal hendak menonjok wajah tampan Dzeko. "Daripada berisik, mending sekarang lihat deh layar didepan Lo!". Perintah Dzeko yang diam-diam mengulas senyum amat tipis setelah tak sengaja membaca pengumuman tes Aluna. Kalau Dzeko sih sudah melihat hasil tes-nya sejak tadi. Murid yang cukup berprestasi di sekolah itu tentu saja langsung diterima di kampus impiannya. Maka dari itu sedari tadi Aluna rewel karena takut tidak bisa sekampus dengan Dzeko.

"Kalau gue gak keterima gimana? Gue maunya satu kampus sama Lo Dzeko, terus kita nge-kos bareng biar gue gak serumah sama Mama tiri gue". Kata Aluna menyedihkan. Selain ingin satu kampus dengan Dzeko, Aluna memang sudah memiliki perjanjian dengan Papanya. Kalau ia bisa diterima di kampus yang bagus maka ia diijinkan tinggal sendiri. Semenjak Papa-nya menikah lagi, Aluna jadi tak nyaman berkeliaran di rumah. Maka ini kesempatan yang bagus agar bisa hidup terpisah dengan keluarganya. Sebenarnya Mama tirinya baik sih, hanya saja Aluna memang tipe orang yang sulit akrab dengan orang baru. Butuh waktu lama untuk beradaptasi, lagian perempuan itu juga kesal lantaran ada perempuan lain yang manja di rumah. Baby, adik tirinya seolah menggeser posisinya sebagai putri manja di keluarganya. Sekarang kalau Aluna merengek, Papa-nya selalu bilang "Aluna kan sekarang udah jadi Kakak, udah dong Kak manjanya. Sebentar lagi mau lulus SMA". Huh! Padahal Aluna lebih suka dipanggil Dek daripada Kak.

Dzeko menangkup kedua pipi gembul Aluna lalu mengarahkan wajah perempuan itu ke layar komputer "Baca dulu makannya". Bisik Dzeko. Aluna memanjatkan doa di dalam hati sebelum membuka matanya perlahan.

Aluna Lovenia Putri diterima di Universitas xxx jurusan Fashion Designer

"Hah?! Koko gue diterima Ko! Gue satu kampus sama Lo". Teriak Aluna begitu heboh melupakan fakta jika saat ini mereka sedang di warnet, tentu banyak orang yang kaget dengan teriakan perempuan itu.

"Iya... Iya selamat Una, tapi gak usah teriak-teriak Lo bikin gue...". Jantung Koko rasanya mau copot seketika begitu Aluna menerjang tubuhnya lalu memberikan pelukan erat. Bisa dibilang ini kali pertama mereka melakukan hal yang intim. Skinship sih sudah sering, misal gandengan atau sekedar saling toyor. Tapi kalau berpelukan, ini yang pertama. Wajar kan kalau Dzeko gugup? Gak tahu tuh kalau Aluna.

"Gue seneng banget Ko, gue bakal sama-sama Lo terus...". Aluna mengurai pelukan mereka namun tangannya masih betah melingkari leher Dzeko. Sementara itu Dzeko masih blank, lelaki itu nampak seperti orang bodoh ketika wajah Aluna tepat berada dihadapannya.

"Ha?". Tanya Dzeko. "Gue seneng bisa sama-sama Lo terus, janji gak akan ninggalin gue ya?". Kata Aluna sekali lagi. Dzeko melepas rangkulan Aluna lantaran salah tingkah. Perkataan Aluna itu sering membuat Dzeko salah paham, dalam artian membuat lelaki itu harus ekstra memutar otak untuk menafsirkannya. Janji gak akan ninggalin tuh maksudnya gimana? Apa Aluna ingin ia merubah status pertemanan mereka menjadi berpacaran atau selamanya hanya teman dan sama-sama seperti ini? Hanya begini saja?

"Y-ya tergantung, kalau misalkan Papa gue pindah dinas gimana? Mau gak mau kan gue harus ikut Papa". Aluna nampak lesu begitu Dzeko mulai membahas perihal Papanya yang berencana pindah dinas. Belum pasti sih, tapi kata Dzeko secepatnya mungkin keluarga mereka bakal pindah. Dan Aluna tidak bisa pisah dari Dzeko, perempuan itu sudah ketergantungan pada Dzeko.

"Ahhh... Dzeko. Hobinya merusak momen kebahagiaan gue deh". Kalau Aluna ngambek panggilan Koko seketika berubah jadi Dzeko, begitu juga sebaliknya. Jadi mudah menebak satu sama lain kalau sedang ngambek.

"Hahahaha, canda. Tapi soal gue hobi merusak momen kebahagiaan Lo itu gak canda sih". Kekeh Dzeko membuat Aluna manyun. Perempuan itu ngamuk-ngamuk lalu memukul kepala Dzeko dengan kepalan tangan mungilnya.

"Ihhhh... Nyebelin banget sih! Awas ya lo kalau beneran ninggalin gue! Bakal gue kick dari list pertemanan". Ancam Aluna. Dzeko pura-pura sedih, lelaki itu meraih tangan Aluna lalu memohon agar tidak ditinggalkan. "Yahhhh!!! Jangan dong Na, kalau di kick ntar gak ada yang ngasih gue bekal gratisan dong. Kan lumayan uang jajan gue utuh, bisa buat nge-warnet". Aluna lagi-lagi dibuat kesal oleh Dzeko yang gemar menggodanya.

"Oh! Jadi Lo berteman sama gue demi bekal gratisan? Astaga jahat banget sih, jadi pertemanan kita cuma seharga bekal?". Ungkap Aluna sedih. Dzeko tertawa, lelaki itu mengacak-acak poni Aluna lalu mencubit pipi perempuan itu dengan gemas. Rasanya ingin mengungkapkan perasaan lebih cepat, tapi apa daya Dzeko belum punya keberanian. Ia malah takut pertemanan-nya dengan Aluna rusak hanya karena sebuah perasaan sayang yang lebih dari teman itu.

"Ya enggak lah, dasar cewek bego". "Gue itu betah sama Lo, karena suka. Ngerti gak sih kalau gue sayang sama Lo? Seneng bisa bareng terus sama lo, karena sehari aja tanpa lihat wajah Lo berasa gak bisa nafas". Batin Dzeko meronta.

***

Aluna dan Dzeko pun menghabiskan sisa waktu untuk bermain games. Aluna kan hobinya ngintilin Dzeko, maka tak heran perempuan itu kerap kumpul dengan teman-teman Dzeko di warnet. Seperti saat ini, ia ikut tanding PUBG bareng teman cowok Dzeko.

"Heh? Ko, Una makin lama makin cantik ya? Lo gak ada gitu niatan nyomblangin dia ke gue?". Sedang serius-seriusnya bermain games, Mario; teman yang tidak terlalu dekat dengan Dzeko maupun Aluna itu noel-noel. Jelas saja Dzeko kesal, ngapain tiba-tiba Mario kedelai hitam nanyain Aluna?

"Eh? Siapa Lo manggil-manggil Aluna begitu? Yang boleh panggil Una cuma gue ya!". Ketus Dzeko posesif. Mario memutar bola matanya malas, duh sudah hafal sekali dengan sifat posesif Dzeko pada Aluna yang satu ini. Makannya Mario maju-mundur mau deketin Aluna. "Jadi Lo udah jadian sama dia?". Tanya Mario to the point. Dzeko salah tingkah seperti biasa kala diberi pertanyaan seperti itu, lelaki itu malu jika ketahuan suka pada Aluna.

"Hah? Gue? Jadian sama upil kodok kek Aluna? Dihhh...". Sahut Dzeko pura-pura jijik. Mario yang tak terima Aluna gebetannya dipanggil upil kodok pun menoyor kepala Dzeko. "Heh?! Emang Lo udah pernah lihat upil kodok? Upil kan kecil, gak jelas dong". Gumam Mario yang malah mencerna dengan serius perkataan Dzeko.

"Nah! Lihat aja tuh bentukannya Aluna, gak jelas gitu makannya gue bilang upil kodok". Bisik Dzeko berusaha membuat Mario ilfiel pada Aluna. Biar menghina Aluna begitu, sebenarnya Dzeko tidak rela ada lelaki yang naksir perempuan itu. Entah sudah berapa banyak teman Dzeko yang minta dikenalkan pada Aluna, tapi lelaki itu selalu berhasil membuat temannya mendadak ilfiel gara-gara cerita ngaco darinya.

"Maksud Lo bentukan...". Mario memberi kode dengan gestur, menggambarkan body perempuan. Dzeko berdeham lalu mengangguk mantap. "Ah... Itu karena dia belum puber aja Bro". Lanjut Mario tak menyerah.

"Tck! Terserah deh, yang penting gue udah ngasih tahu diawal. Jangan sampai Lo nyesel suka sama babi kek dia". Tambah Dzeko makin menjelekan Aluna. "Lo kali yang bakal nyesel, gue sekampus sama kalian. Gue udah ijin sama Lo ya Ko, gue bakal mulai deketin Aluna". Kata Mario sambil menarik turunkan alisnya lalu matanya tak sengaja bersiborok dengan mata Aluna. Mereka pun saling melempar senyum, Aluna gugup karena memang jarang bertemu Mario. Sialnya, Mario tipe Aluna banget.

"Kampret!". Gerutu Dzeko. Lelaki itu jadi tidak mood bermain games. Alhasil Dzeko yang biasanya menang pun kalah telak gara-gara tidak fokus. Sial, ia kalah taruhan. Ia harus mentraktir teman-teman yang tadi bertanding dengannya.

"Yuhuuuuu! Ditunggu Ko traktirannya". Bisik Mario menyebalkan sambil menepuk pundak Dzeko beberapa kali. Dzeko yang memang sedang kesal dengan Mario pun dengan kasar menyingkirkan tangan lelaki itu dipundaknya.

"Gue anterin Aluna pulang dulu, kita ketemu ditempat biasa". Kata Dzeko seraya menggandeng tangan Aluna dan hendak mengajaknya pergi. Aluna langsung menyentak tangan Dzeko karena tidak mau pulang, ia kan masih mau berlama-lama dengan Mario.

"Kok gue pulang?! Kan gue ikut main, ditraktir dong?". Aluna memastikan. Teman-teman Dzeko mengangkat bahu mereka tanda tidak tahu. Gak mau ikut campur deh kalau sudah menyangkut Aluna. "Iya ntar gue traktir, bebas deh mau apa aja. Udah malem, Lo harus pulang". Kata Dzeko sabar.

"Gak! Gue maunya ditraktir sekarang sama temen-temen Lo juga". Putus Aluna mutlak. "Tapi...". Mario merangkul bahu Aluna lalu membisikkan sesuatu "Emang udah dibolehin minum alkohol? Traktiran Koko itu beda lho. Udah bukan susu stroberi lagi tapi alkohol atau bir". Bukannya takut dibisiki begitu oleh Mario, Aluna malah bersorak dalam hati "Shit! Tipe gue banget. Sialan! Pokoknya gue harus jadian sama cowok ini".

"Heh! Ngomong apa Lo ke dia?". Dzeko langsung mencak-mencak, ia tarik Aluna agar mendekat padanya. "Alkohol? Bir? Gue bisa kok minum, ayo!". Ujar Aluna dengan pongahnya lalu berjalan lebih dulu. Teman-teman Dzeko bersorak dibelakang, mereka kagum pada Aluna. Sementara Dzeko melongo seperti orang bodoh. Putri manja kayak Aluna minum alkohol? Kocak!

Namun sepertinya Dzeko terlalu memandang remeh putri manja disampingnya ini. Entah siapa yang mengajari perempuan itu, tapi Aluna lebih jago minum daripada dirinya. Ini sudah gelas kelima dan perempuan itu sudah mabuk berat. Sementara Dzeko sengaja hanya minum satu gelas agar tidak tepar, kalau ia tepar siapa yang bakal jagain Aluna? Ketika Mario hendak menuangkan alkohol ke gelas Aluna, Dzeko langsung mencegah tangan lelaki itu. Ia tidak suka Mario memberi pengaruh buruk pada Aluna. Dzeko memang bukan lelaki baik tapi ia tidak senakal Mario. Lelaki itu bisa memberi batasan pada dirinya sendiri. Ia pun tidak pernah mengajarkan hal-hal buruk pada Aluna.

"Cukup sampai sini ya Yo lo kasih pengaruh buruk ke Aluna. Gue bener-bener bakal larang Lo deketin dia kalau lebih kelewatan". Ancam Dzeko. Mario terkekeh ia menggoyangkan kedua tangannya. Ia tak bermaksud mengajari Aluna hal buruk kok, sepertinya Dzeko sudah salah paham. "Kalem Ko, kalem. Gue enggak ada niatan kayak gitu, sumpah. Gue aja gak nyangka cewek semanis Aluna jago minum...". Dzeko memukul tangan Mario yang hendak mengelus pipi Aluna. "Singkirin tangan Lo, emang salah gue ngenalin Aluna ke Lo. Gue balik!". Marah Dzeko, ia menarik tangan Aluna dan memapah tubuh lemas perempuan itu.

"Ahhh... Mau kemana? Party... Party... Yeah...". Celoteh Aluna dengan wajah merah padam dan mata sayu-nya. Perempuan itu mabuk berat, yang repot pasti lah Dzeko. Tidak mungkin perempuan itu dibawa pulang ke rumah kan? Bisa dihajar ia oleh Papa Aluna karena membawa putrinya pulang dalam keadaan mabuk. "Pulang, Lo mabuk berat". "Koko gak asyik, kan party-nya belum selesai. Ayo ronde dua... Hmppttt...". Dzeko menyumpal mulut Aluna dengan gulungan tisu karena perempuan itu terlalu cerewet.

"Mau gue bantu Ko, gue panggilin taksi ya". Tawar Mario dengan niat baiknya, namun sayang niat lelaki itu tak disambut baik oleh Dzeko. "Gak usah, Aluna biar gue yang urus. Lo urus aja mereka". Dzeko menggedikan dagunya kearah teman-teman yang sudah tepar lalu segera membawa Aluna keluar dari club.

Dzeko terus memapah Aluna berjalan menjauhi club, baru beberapa menit berjalan perempuan itu langsung muntah-muntah. Aluna juga mengeluh tenggorokannya sakit, bukannya memberi solusi Dzeko malah ngomel-ngomel. Menurut Dzeko itu adalah kesalahan Aluna yang memaksa minum alkohol padahal perempuan itu tidak biasa meminumnya. "Ihhh... Berisik! Kapan sih Ko Lo lembut ke gue? Bisanya ngomel mulu. Hueeekkk... Gue tuh beneran kesakitan". Aluna nyender tak berdaya di batang pohon, kepala perempuan itu pusing ia juga sudah tak kuat jikalau harus berjalan lagi.

"Naik...". Punggung Koko tepat berada dihadapan Aluna. Punggung yang menurut Aluna tak begitu kokoh itu membuat senyumnya mengembang. Dzeko yang bawel tapi juga perhatian itu selalu membuat hatinya menghangat. "Tapi gue kan pakai rok, gak! Gak usah! Gue mau bobo cantik disini aja". Tolak Aluna lalu bersiap tidur di pinggir jalan. Dzeko berdecak, orang kalau lagi mabuk memang tak beda jauh dengan orang gila kelakuannya. Lelaki itu menarik Aluna agar berdiri lalu melepas Hoodie yang ia kenakan, ia lingkaran hoodie itu ke pinggang Aluna. "Udah kan? Ayo cepet naik!". Dzeko kembali jongkok, siap menggendong Aluna dipunggung-nya.

"Serius Lo mau gendong gue dipunggung rapuh Lo itu? Kalau jatoh gimana?". Tanya Aluna khawatir. Secara Dzeko memiliki tubuh yang lumayan kurus, lelaki itu jarang berolahraga. Pokoknya Dzeko itu tipe cowok kentang kalau kata anak jaman now. "Gak akan jatoh, buruan!". Omel Dzeko. "Oke! Oke! Bentar...". Aluna mundur beberapa langkah, berancang-ancang hendak naik keatas punggung Dzeko. "Siap... Siap ya, Ko. Satu... Dua... Tiga... Hiyaattt...". Aluna melompat begitu saja dan menerjang punggung Dzeko, namun apalah daya punggung Dzeko ini benar-benar rapuh alhasil Aluna jatuh menimpa lelaki itu.

"Awwww... Tuh kan jatoh! Kan udah gue bilang Lo gak akan kuat, Koko!!!". Omel Aluna kesal. "Siapa suruh Lo naiknya begitu dasar babi! Pelan-pelan naiknya, bego!". Omel Dzeko balik, lelaki itu membantu Aluna berdiri lalu meminta perempuan itu naik pelan-pelan ke punggungnya. Dzeko pun berhasil membawa Aluna dengan aman, Aluna mulai nyaman berada dipunggung Dzeko. Ia memeluk erat leher Koko dan meletakan dagunya di pundak lelaki itu.

"Una... Una, bakal jadi apa Lo tanpa gue, huem?". Gumam Dzeko. "Makannya jangan tinggalin gue, kan Lo tahu gue gak bisa hidup tanpa Lo". Sahut Aluna dengan suara serak khas orang mengantuk. "Kita kan cuma temen, emang boleh sama-sama terus? Lo gak akan jatuh cinta ke cowok?". Tanya Koko lagi. "Cinta? Apaan tuh? I wanna know... Know... Know... What is love?". Dzeko berdecak, salah deh ia bertanya pada orang yang sedang mabuk.

"Tapi...". Gumam Aluna kemudian. "Tapi apa?". "Gue penasaran cowok itu suka cewek yang kayak gimana? Yang rambutnya panjang atau pendek? Yang seksi atau yang imut? Ahhh... Gue pingin tahu banget tipenya dia". Cerocos Aluna yang tidak bisa Dzeko pahami, dia siapa? "Kalau gue sih suka semuanya, mau panjang atau pendek... Yang penting itu elo". Lirih Dzeko diakhir kalimatnya. "Kalau Mario suka cewek yang rambutnya panjang atau pendek?". Dzeko langsung memasang wajah datar begitu Aluna menyebut nama Mario.

"Kenapa jadi Mario? Apa hubungannya sama dia?". Sewot Dzeko. "Karena gue tertarik sama dia, dia tipe gue banget!". Ujar Aluna jujur. Bagi Aluna cewek remaja yang hobi menghayal gara-gara baca webtoon dan novel fiksi, Mario nampak seperti lelaki fiksi yang muncul di dunia nyata. Tak heran saat pertama kali bertatap mata, jantungnya langsung bereaksi. Tokoh fiksi yang disukai Aluna adalah yang memiliki visual tampan, tubuh berotot, dan bad boy. Yeah... Mario lah yang memiliki semua itu.

"Hah? Bad boy kayak dia Lo sukain? Bahaya tahu? Kayak gak ada good boy aja disekitar Lo". Kode Dzeko. Oh ayolah, bukankah perempuan lebih suka lelaki baik seperti-nya? Yang rapi dan tidak neko-neko? "Lo pernah denger kalimat ini gak sih? Good boys go to heaven, but bad boys bring heaven to you...". Dzeko sontak terbatuk begitu mendengar perkataan blak-blakan Aluna. "Heh! Lo tahu kalimat gitu dari mana?! Ini pasti gara-gara lo hobi ngebokep bareng Ci Yeni ya?!". Omel Dzeko seperti ayah yang memarahi anaknya. Aluna pun tertawa keras sekali, lucu deh melihat reaksi Dzeko. Lelaki polos itu pasti telinganya memerah kalau Aluna mulai membahas hal-hal berbau dewasa seperti itu.

"Hahahaha. Koko... Koko Lo kapan sih gedhe-nya? Emang kenapa kalau gue hobi nge-bokep bareng Ci Yeni? Toh usia gue udah legal buat lihat hal begituan". Bisik Aluna yang makin membuat telinga Dzeko memerah dan panas."I-ya sih, cuma balik lagi. Kenapa bisa cowok kek Mario gitu tipe Lo?". Sahut Dzeko mulai mengalihkan pembicaraan.

"Huft... Gue itu udah jadi cewek super polos, paling enggak harus punya cowok yang bad boy dong biar punya pengalaman panas. Dari dulu gue ngebayangin ngelakuin *piiippp sama pacar gue terus *piiiippp hahaha seru banget kan Ko...". Aluna terus saja mengoceh dan mengatakan hal-hal kotor hingga membuat Dzeko panas dingin. Biar polos dan culun begitu, tapi Dzeko kan juga lelaki! Aluna salah banget ngomongin hal kotor bareng Dzeko.

***

"Hah! Ci Yeni, akhirnya...". Dzeko pun memutuskan membawa Aluna ke kos Ci Yeni. Ci Yeni adalah mahasiswi yang berkerja part time di warnet, partner nge-bokep Aluna juga. Mereka cukup dekat karena sering main bareng, perempuan itu satu tingkat di atas Dzeko dan Aluna. Mahasiswi semester dua jurusan teknik komputer, senior Dzeko dan Aluna.

"Astaghfirullah... Lo apain Aluna sampai tepar kek gitu hayooo...". Goda Yeni jahil. "Gak pantes Ci Lo nyebut kayak gitu, otak lo udah dipenuhi adegan asusila". Hina Dzeko. "Sembarangan Lo! Ini gue udah baik ya mau nampung Aluna yang mabuk ke kos gue. Kalau ibu kos tahu bisa diusir tahu". Bisik Yeni kesal. "Hehehe, canda Ci. Titip Una ya, besok pagi gue jemput dia. Ah.. jangan lupa hubungin Papa-nya". Kata Dzeko panjang lebar.

"Iya ngerti, udah sana Lo baby sitter-nya Aluna. Hati-hati pulangnya...". Pesan Yeni, lalu perempuan itu tak sengaja menangkap sesuatu yang mencurigakan dibalik celana Dzeko. Yeni dan Dzeko saling pandang "Kampret ya Lo, Dzeko!!!". Teriak Yeni sudah siap melayangkan sandal ke wajah Dzeko. "A-ampun Ci... Sumpah deh gue gak maksud begitu, gue pulang dulu...". Dzeko lari ngibrit karena ketahuan mikir jorok ke Aluna sampai ada yang berdiri gitu.

"Sumpah ya, cowok dimana-mana sama aja. Gak capek apa dikit-dikit ada yang berdiri?! Kasihan Aluna gue jadi bahan pikiran jorok, sama temen sendiri pula". Yeni mengusap-usap rambut Aluna dengan sayang karena kasihan dengan nasib perempuan itu. Padahal Aluna sendiri yang mancing Dzeko -___-

***

次の章へ