webnovel

Crazy Love?

-- Bertemu orang yang tepat pada waktu yang tepat adalah sejenis takdir -- *** Kehidupan yang kelam, masa lalu yang ingin dilupakan, dan masalah kehidupan lainnya membuat remaja ini terus berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Kekuatan yang mereka butuhkan adalah uluran tangan dari orang lain disekitar. Tidak hanya orang dewasa yang mempunyai ribuan masalah, tetapi remaja ini juga mempunyai masalah di kehidupannya. Mulai dari masalah keluarga, pacar, ataupun persahabatan. Rena, gadis yang selalu baik pada semua orang, dan tanpa sengaja membuat banyak cowok yang mulai menyukainya. Rena mempunya sahabat bernama Rean, cowok itu selalu melindungi Rena dari semua cowok yang mendekat. Terutama Ryu, Ketua Osis. Cerita ini tidak hanya menceritakan masalah yang dihadapi oleh Rena. Berbagai kisah berada di dalam cerita ini. Apakah Rena dapat memilih salah satu? Atau, Rena tidak memilih sama sekali? Apakah masalah lainnya dapat diselesaikan? Apakah mereka bisa membuat hidup mereka menjadi penuh warna? Ikuti terus cerita ini ^^

Errenchan · 若者
レビュー数が足りません
289 Chs

Ketua OSIS

"Lo suka sama Ketua OSIS, Ren?" tanya Yunbi sedikit berbisik.

"Ngga juga. Gue cuma sebatas kagum."

"Masa si? Perasaan pandangan lu ke sana mulu dah."

"Ish, apaan si. Enggak tau!"

"Mau gue kasih tau rahasia gue?" tanya Yunbi yang tersenyum menatap Rena.

"Apa?"

"Cowok yang ada disamping Ketua OSIS … pacar gue." Ucapan Yunbi membuat Rena membuka mulutnya lebar. Ia sangat terkejut mendengar ucapan Yunbi yang mengatakan kalau cowok tampan di samping cowok tinggi itu adalah pacar Yunbi.

"Kenapa? Nggak percaya ya?" tanya Yunbi dengan berbisik.

Rena menggeleng cepat sambil tersenyum. "Percaya kok, serasi juga. Cocok," ucapnya dengan mengacungkan ibu jarinya dengan tersenyum memperlihatkan gigi. Ucapan Rena tidak bohong, Yunbi sangat cocok dengan wakit ketua OSIS itu. dan kalau di perhatikan wajah mereka sedikit mirip.

Tanpa di rasa upacara telah selesai, semua murid berjalan keluar aula dan kembali ke kelas masing-masing. Tidak dengan Rena dan Yunbi yang masih terduduk. Mereka memang sengaja untuk keluar paling akhir.

"Yuk balik ke kelas."

***

"Ren, ntar balik ke toko buku dulu ya, ada komik yang harus gue beli," ucap Rean yang menghampiri Rena. Tanpa pikir panjang Rena hanya menganggukkan kepalanya. Josen yang melihat itu seketika juga menghampiri mereka, dan merangkul leher Rean.

"Gue ikut dong ya, kan kita udah jadi saha—"

Saat itu juga Rean melepaskan rangkulan Josen dengan tatapan tajam. "Sahabat pala peyang! Lo siapa?" ucapnya dingin dan langsung berjalan ke bangkunya. Seketika wajah cowok itu datar. Rena menahan tawanya. Memang seperti itu lah Rean, orang tak tak kenal Rean akan menganggap cowok itu adalah orang jahat.

Beberapa menit kemudian dua orang cowok yang tadi berbicara di depan aula pun masuk ke kelas, Rena yang sedang memainkan ponsel tak menyadari kehadiran dua cowok itu. Yunbi menyenggol pelan lengan Rena.

"Apa?"

"Ketos, Ren. Ponsel lo!" Ucapan Yunbi membuat Rena seketika mengangkat kepalanya, ia terkejut melihat satu cowok bertubuh tinggi, dengan tatapan mata yang tajam. Tatapan itu sangat persis dengan tatapan tajam milik Rean. Rena menelan salivanya dengan bersusah payah, tangannya langsung memasukkan ponsel ke dalam laci.

"Nama lo siapa? Apa lo enggak merasakan kehadiran kita?" tanya orang itu pada Rena. Cewek itu menggigit bibir bawahnya dengan kepala yang perlahan menunduk.

"LO! Cewek barisan dua dari belakang! Budeg? Atau bisu?" tanyanya setengah berteriak.

"Ma-maaf, kak."

"Ya elah, drama banget. Hapenan doang kan?" ucap Rean yang membuat pandangan ketua OSIS itu langsung menatapnya.

"Lo siapa? Pacarnya? Disiplin, ya, disiplin! Ngerti kan lo?!" sentaknya.

"Udah, Ryu. Baru pertama masuk juga," bisiknya.

Ketua OSIS itu langsung menghela napas untuk menahan emosinya. "Oke, lupakan. Lo masih gue maafkan!" ucapnya menunjuk Rena.

"Terima kasih, kak."

Yunbi yang melihat Rena ketakukan langsung menggenggam tangan temannya itu. "Lo tenang aja, dia sebenarnya baik kok. Jangan takut," ucapnya membuat Rena sedikit lebih baik.

"Thanks."

Ketua OSIS itu berdeham kecil dan sedikit tersenyum. "Perkenalkan, gue ketua OSIS di sekolah ini. Nama gue Ryu, dan cowok di sebelah gue Victor. Segitu aja perkenalannya. Dan di lanjutkan sama wakil. Sekian," ucapnya yang singkat. Ia langsung duduk di bangku tempat guru.

Victor mulai memperkenalkan diri, dan menjelaskan semuanya. Mereka juga mengadakan game sampai bel istirahat berbunyi.

***

"Gila ya, ketua OSIS ngomongnya singkat bener."

"Emang gitu, untuk Kak Victor sabar sama dia."

"Beruntung si."

Bugh!

"Aduh." Rena sedikit terpental ketika bahunya di tabrak kencang.

"Jalan tuh pake mata!" teriak Yunbi membuat orang itu membalikkan tubuhnya.

"Apa? Bukannya situ yang salah? Kenapa lo nyalahin gue?" sahutnya dengan ketus. Yunbi mengepalkan tangannya. Ia benar-benar tak bisa membiarkan dia berbuat semena-mena.

"Jelas-jelas lo yang salah!" Yunbi berjalan mendekati dengan wajah yang menantang.

"Apa? Mau lo apa, hah?! Jangan mentang-mentang lo pacar sahabat gue, lo berani sama gue! Gue juga enggak akan segan mukul lo! Ngerti?!"

"Cuma ucapan maaf dari lo! Itu aja!"

"Maaf? Oh lo ngemis kata maaf? Setelah Victor lebih peduli sana Nessa? Iya?!" ucapnya tersenyum remeh.

Melihat situasi yang mulai memanas, dan bahkan orang yang di sekitar menoleh menatapnya. Rena tak ingin memperpanjang masalah ini, dengan cepat Rena menarik tubuh Yunbi untuk mundur.

"Udah, Yunbi. Udah," ucapnya melerai mereka meskipun terlihat kesulitan, karena cowok itu malah berjalan maju untuk menantang.

"Lo tau? Victor berduaan sama Nessa di ruang OSIS!" Ryu tersenyum menyeringai dan melihat Yunbi seketika terdiam. Rena yang melihat Yunbi ingin menangis, seketika ia menarik tangannya untuk kembali ke kelas.

Sesampainya di kelas, Rena justru menghela napas melihat Rean dan Josen tidur terlelap. "Bisa-bisanya dia tidur, dan nyuruh kita ke kantin?" Yunbi yang mendengar itu seketika tertawa kecil dan masuk ke dalam kelas.

Rena berjalan di belakang Yunbi. Namun, langkahnya terhenti di meja mereka yang sedang terlelap dengan mengeluarkan suara dengkuran halus. Seketika ide terlintas dari pikiran gadis itu, ia tersenyum jahil.

BRAKKK!

"BANGUN COY, KEPSEK!"

Teriakannya membuat kedua cowok itu langsung terlonjak kaget, dan terbangun. "I-iya pak, maaf. Saya janji nggak akan terti—" mereka membelalakkan matanya secara bersamaan, dan menatap tajam Rena.

"Lo boongin gue?!" tanya mereka dengan kompak.

Rena tertawa puas dengan kembali ke bangkunya. "Iya, gue bohongin lo, kenapa? Keren kan ide gue?" tanya Rena dengan membanggakan diri.

"Terus mana cilok gue?" tanya Josen yang melihat Rena tidak membawa apa-apa.

"Lah iya, siomay gue juga mana?" tanya Rean yang mengulurkan tangannya.

Rena menyengir. "Emangnya gue tadi bilang mau ke kantin? Gue tadi ke toilet, bukan kantin," ucap Rena dengan tersenyum.

"Aish! Bilang dong!"

***

Tanpa dirasa, satu minggu berlalu dengan cepat. Hubungan Yunbi dengan Rena pun semakin dekat, mereka bahkan sudah menganggap sahabat satu sama lain. Persahabatan Rena dengan Rean pun tak kalah dekat. Josen? Dia juga sudah berhasil membuat Rean mengakui kehadirannya. Mereka sudah dekat, meskipun sering beradu mulut. Hubungan Yunbi dengan Victor pun, Rena masih belum mengetahuinya, bahwa hubungan mereka menyimpan banyak luka.

Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Semua murid menutup bukunya dan memasukkan kedalam tas. Setelah guru itu meninggalkan kelas, beberapa murid langsung berhamburan keluar kelas. Hanya ada beberapa yang masih di dalam kelas, termasuk Rena juga Yunbi.

"Yunbi, lo balik sama siapa?" tanya Rena yang masih merapikan buku-bukunya.

"Nggak tau, bus mungkin?" jawab Yunbi yang sedang memasukkan bukunya.

"Victor?" tanya Rena mengerutkan keningnya.

"Dia ekskul, kayanya."

"Siapa bilang?" sahut seseorang dari arah pintu. Rena dan Yunbi langsung menoleh dengan tatapan datar.