webnovel

Cintanya Cinta

Cinta menganggap ia adalah seorang biasa yang lahir dan tinggal di kota J. Hidupnya penuh dengan keceriaan, terusik oleh hadirnya seorang pria dingin yang dijodohkan orang tuanya. Cinta yang merasa hidupnya biasa benarkah hanya biasa? Kehidupannya yang kedua petaka ataukah berkah? =================================== Cinta: "Mengenai anak, kita bisa pake cara modern, gak perlu konfensional. Jadi gak ada yang akan mempertanyakan apakah memang anak tersebut anakmu atau bukan. Aku bersedia mengandung anakmu. Kasih sayang pasti akan didapatkan toh anak itu hasil dari benih kita berdua. Anakmu pastilah anakku juga. Aku tidak akan berselingkuh. Tenang saja..." Cinta dengan berani mengungkapkan pikirannya, mata almondnya berbinar indah menantang mata elang Rayhan dengan berani. Cinta: "Gue gak cinta elo, tapi karena Abah dan Mama mau gue nikah sama elo, ya sudah... Gue nurut aja..."

Becky16 · 都市
レビュー数が足りません
23 Chs

Titik Gak Pake Koma. (1)

Di pinggir pantai. Sepasang insan berbincang dengan canggung, atmosfir dingin terasa, sedingin angin laut yang berhembus.

"Cinta, kamu sudah makan?" Rayhan berusaha mencairkan suasana yang canggung.

"Kita kesini bukan mau ngomongin aku sudah makan atau belum. Ampuuun... Dari tadi kamu tuh gak asik banget sih..."

"Cinta, kamu jangan marah..." Rayhan hendak memegang tangan Cinta. Cinta malah menyilangkan tangan di dadanya dan berujar...

"Sudahlah, gak usah basa basi, kita to the point aja... Abah dan Mama udah ultimatum ke aku mengenai pertunangan dan pernikahan kita. Aku setuju. Aku terpojok. Semua memihak padamu. Aku bisa apa??", dengan emosi Cinta melanjutkan,

"Mau gimana lagi... Sudah jelas Abah mengumumkan ke semuanya, kita tunangan bulan depan dan menikah di November. Sekarang, aku mau bilang ke kamu. Aku gak cinta kamu. Titik gak pake koma. Jadi, lebih baik setelah menikah, kita urus diri masing-masing. Ngerti gak maksudku? Jadi setelah resmi menikah, kamu bebas tinggal di tempatmu dan aku di tempatku. Oke?" Cinta menyampaikan pikirannya seperti kereta MRT, express dan smoothly, ia tak perduli perasaan Rayhan.

Belum sempat Rayhan menimpali. Cinta berujar lagi, "Mengenai anak, kita bisa pake cara modern, gak perlu konfensional. Jadi gak ada yang akan mempertanyakan apakah memang anak tersebut anakmu atau bukan. Aku bersedia mengandung anakmu. Kasih sayang pasti akan didapatkan toh anak itu hasil dari benih kita berdua. Anakmu pastilah anakku juga. Aku tidak akan berselingkuh. Tenang saja..." Cinta dengan berani mengungkapkan pikirannya, mata almondnya berbinar indah menantang mata elang Rayhan dengan berani.

"Maksudmu modern? Bayi tabung? Inseminasi buatan? Astagaaa... Cinta... Kok kamu bisa berpikir sampe ke sana?. Masalah setia, aku yakin kamu akan menjadi istri yang setia. Tapi mengenai bagaimana nantinya kita mempunyai anak, kita bicarakan nanti... " Rayhan tak habis pikir dengan pikiran Cinta.

"Iya, banyak cara modern untuk mendapatkan bayi. Aku memilih cara tanpa harus berhubungan badan, lebih sederhana, tanpa s*x..., kamu ini kan jenius, masa perlu aku jelaskan sampai mendetil. Aku gak keberatan mengandung anakmu, toh kita menikah secara resmi, aku juga perlu memberikan cucu kepada Abah dan Mama, kamu juga perlu memberikan cucu untuk Papa dan Umi kan?. Oke?Oya, masalah setia, kalo kamu nanti memerlukan layanan s*x untuk memenuhi kebutuhanmu, silahkan mencari yang sesuai keinginanmu. Aku tidak cinta padamu... " Cinta memaparkan pikirannya secara gamblang dan arogan.

Cinta baru mengenal Rayhan beberapa hari yang lalu. Baginya Rayhan hanya seperti para pria yang berusaha memikatnya dan mengikatnya. Kelebihan Rayhan hanya pada restu orang tua dan keluarganya. Ketampanan, kepandaian, apalagi kekayaan Rayhan tak mampu menaklukkan hatinya. Hatinya masih dipenuhi Ellios. Gagasan menikah dan punya anak tanpa melakukan malam pertama terlintas ketika ia merenungkan ultimatum Abah dan Mama. Cinta tak sudi menyerahkan tubuhnya dan kesuciannya untuk pria yang tidak dicintainya.

Rayhan terpana mendengar kata-kata Cinta. Harapannya yang mulai tumbuh langsung kandas, tidak pakai layu dulu, langsung tertindas menjadi debu. Rayhan memang naif dalam bercinta. Ia tidak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Banyak wanita cantik berupaya memikatnya, dari trik bunga lotus (*1), jinak-jinak merpati (*2) sampai binal bermuka badak. Semua berhasil di tangkisnya. Ia sendiri tak mengerti mengapa ia langsung bertekuk lutut jika menghadapi Cinta. Rayhan mencintai Cinta titik gak pake koma.

Rayhan hanya pandai menilai wanita tapi ia tidak pernah belajar menaklukkannya. Bagi Rayhan hanya ada Cinta, Umi, Mama dan kakak-kakak Cinta yang ia hitung sebagai sesuatu yang berharga. Jika hanya boleh memilih satu. Hanya Cinta, ya... Baginya hanya Cinta. Titik gak pake koma. Pilu bagai tertusuk sembilu itulah yang dirasakannya saat ini. Rayhan segera menguasai perasaannya. Logikanya bekerja cepat, mengatasi sakit dihatinya.

"Masalah anak kita bicarakan setelah kita menikah. Bimbingan pernikahan harus kita lalui. Kamu harus konsentrasi mempersiapkan sidang skripsimu. Jangan berpikir terlalu jauh. Kita pelan-pelan menyesuaikan diri satu sama lain. Ijinkan aku mengenalmu lebih dekat Cinta...." Rayhan memegang kedua pundak Cinta. Mata elangnya menatap mata almond Cinta, ada ketulusan cinta Rayhan terpancar disana. Cinta sedikit terlena dalam tatapan Rayhan. Rayhan melanjutkan ujarannya...

"Cinta, setelah menikah kita hidup masing-masing menurutku tidak bisa begitu..., walau pun kamu tidak mencintaiku. Kita tetap hidup bersama setelah menikah. Di dalam kamusku, tidak ada suami istri hidup terpisah. Tanamkan dalam benakmu. Suami istri harus bersama. Jadi kamu mengerti kan apa yang aku maksudkan?. Mengenai persiapan pertunangan dan pernikahan, Senin ini, Umi dan Papa akan datang membicarakan pertunangan dan pernikahan kita." ujar Rayhan. Cinta menepis tangan Rayhan dari bahunya, ia menjawab Rayhan sambil memalingkan matanya jauh ke pantai, memandangi deburan ombak menyapa bibir pantai.

"Besok aku ada bimbingan skripsi di pagi hari, sore aku ada kuliah sampai malam. Aku tidak bisa hadir besok. Biar Mama dan Umi saja yang menentukan. Ok?" Cinta tak mau berdebat mengenai hidup bersama, ia memilih mengalihkan pembicaraan.

"Kamu gak ada request seperti apa pertunangan kita nantinya? Aku siap memenuhi keinginamu" Rayhan mencoba membuat suasana membaik.

"Tidak perlu, aku manut(*3) saja. Pertunangan dan pernikahan. Aku nunut(*4) aja mau diatur bagaimana. Lebih baik tidak usah besar-besaran. Sederhana saja..." ujar Cinta menimpali tanpa ekspresi.

"Baiklah... Aku akan menginformasikan ke Umi. Sekarang mari kita kembali ke dalam... Kamu terlihat sedikit menggigil..." Rayhan membuka jasnya dan menyampirkan jas itu ke pundak Cinta yang terbuka.

"Terima kasih, ayo kita kembali ke dalam" jawab Cinta, merespon kehangatan yang diberikan Rayhan. Rayhan menggenggam tangan Cinta, genggammannya begitu hangat dan entah mengapa Cinta dapat merasakan kehangatan yang posesif melingkupi sikap Rayhan padanya, ada perasaan jengah namun ada rasa aman dan nyaman menyusup di hatinya, ia mengeraskan hatinya. "Aku tidak mencintainya, titik gak pake koma", Cinta meyakinkan dirinya dalam hati.

Di dalam gedung pesta masih berjalan dengan meriah. Cinta mencari sosok Ellios yang dirindukannya. Cinta bergabung dengan Gandaria yang sedang berbincang sambil menikmati rujak bébék Sedap yang super nikmat. Aling berceloteh bercerita bagaimana Ellios menemani Jeana pulang karena Jeana tidak sehat, memang Jeana tampak pucat, mereka tegesa-gesa sehingga tidak sempat berpamitan dengan Cinta. Cinta kecewa ternyata Ellios telah pulang bersama Jeana. Cinta serasa terhempas kembali kekenyataan hidup. Cinta sadar, Ellios tidak mencintainya, titik gak pake koma. Sudah waktunya ia melupakan Ellios, mengubur cintanya di dalam lubuk hati yang terdalam. Seperti sebait lagu yang dilantunkan Vina Panduwinata... "Tetapi ternyata asmara tak sama dengan logika... Dududdududuuddu..."

NOTE:

(*1) trik bunga lotus: trik menampilkan diri sebagai wanita polos tak berdosa, lemah, butuh pertolongan dari pria

(*2) jinak-jinak merpati: malu-malu tapi mau

(*3) manut: patuh

(*4) nunut: ikut