webnovel

Cinta Segiempat

Kisah ini dimulai bukan dengan adegan romantis ataupun kalimat puitis, Bukan juga perjodohan klise atau kisah cinta tragis, Apalagi alur cerita yang membuat hati meringis, Hanya sepenggal kisah yang digariskan lewat tulisan takdir, Dimana akan ada drama, air mata, tawa, dan juga romansa, Karena semua itu adalah kunci mutlak yang disuguhkan takdir untuk semua kisah, Termasuk kisah ini. Hanya saja........ Seberapa lama drama yang akan mereka hadapi? Seberapa banyak air mata yang harus terkuras? Seberapa besar usaha mereka untuk mempertahankan tawa? Juga seberapa kuat romansa yang akan mereka ciptakan?

seinseinaa · 都市
レビュー数が足りません
24 Chs

Bab.10

Beralih dari rasa frustasi Sabda dalam menghadapi kliennya, Langit kini tengah menekuni laporan keuangan yang baru saja di berikan oleh sekertarisnya saat ketukan pintu menginterupsinya. Sekertarisnya yang bernama Sarah memasuki ruangan dengan membawa sebuah Ipad ditangan kanannya.

"Ada apa Sar??"tanya Langit tanpa mengurangi fokusnya memeriksa catatan keuangan tahun 2017.

"Sekretaris Pak Dilon baru saja menelfon Pak. Katanya hari ini Pak Dilon tidak bisa menemui Bapak, Beliau ada acara di Jepang selama 2 bulan. Jadi, semua hal terkait kerja sama W Grub dengan DilaGroub akan diserahkan kepada Ibu Sonia selaku wakil Pak Dilon"jelas Sarah panjang lebar.

"Ya sudah. Atur jadwal pertemuan saya dengan Ibu Sonia"perintah Langit

"Sudah Pak. Besok pukul 09.30 pagi di Restaurant Heaven"jawab Sarah kemudian

"Ok. Bagus" "Besok jadwal saya apa saja??"tanya Langit kali ini menatap sekertarisnya.

"Besok pagi pukul 08.00 wib, Bapak akan memimpin rapat terkait pembukaan cabang baru yang ada di Bandung. Kemudian bertemu dengan Ibu Sonia pukul 09.30 wib. Makan siang bersama dengan Denta, Jaksa dalam persidangan kasus korupsi Pak Andika. Lalu setelah jam makan siang Anda free Pak, kecuali ada hal yang tidak terduga"jelas perempuan berambut bob itu.

Langit mengangguk paham, "Tolong pesankan saya tempat di cafe Djournal. Saya ingin makan siang disana"perintahnya kemudian

"Baik Pak"

"Ya sudah. Kamu boleh keluar"

"Permisi Pak"

Langit bekerja disebuah kantor Aplikasi yang menciptakan beberapa aplikasi populer dan hits di Indonesia. Perusahaan ini sudah berdiri sejak 1 tahun lalu, setelah cowok itu lulus kuliah bisnis di Belanda. Membuka sebuah perusahaan baru dengan jerih payahnya sendiri memang bukan sesuatu yang mudah, walaupun investor dari usahanya ini adalah kakak dan juga ayahnya sendiri. Tapi hubungan keluarga berbeda sekali dengan yang namanya untung rugi kan. Bussines is bussines!!!

******

Berbeda dengan Langit yang selalu berurusan dengan yang namanya komputer dan gadget, Clarish justru tengah berkutat dengan pasien pasien yang kejiwaannya terganggu. Mulai dari Ibu-ibu yang selalu menggendong boneka dan mengira boneka itu anaknya, seorang kakek-kakek yang selalu memeluk semua orang yang ditemuinya dan mengira orang itu cucunya, adapula bapak-bapak yang selalu tertawa bahkan saat ada kejadian yang tak lucu.

Banyak sekali sebenarnya penyakit gangguan mental itu, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Mulai dari yang rehabilitasi sebentar sampai ada yang harus dirawat selamanya. Melihat orang-orang yang tersenyum bahagia karena sudah sembuh itulah yang selalu membuat Clarish bahagia, tertawa karena pasien itu ingin dan bukan karena penyakit, tangisan bahagia dan bukan tangisan pilu dari keluarga pasien. Clarish ingin membantu lebih banyak orang lagi, menyembuhkan lebih banyak orang lagi.

"Dokter Clarish!!!"panggil suster Ajeng membuyarkan lamunan dokter muda itu.

Clarish tersentak dari lamunanya, dia menatap suster Ajeng yang tergopoh-gopoh menghampirinya,"Ada apa Ajeng, Kenapa kamu panik begitu??"tanyanya heran.

"Bu Larasati Dok...."sahut suster Ajeng tanpa sadar menggigit bibirnya lantaran panik,"Bu Larasati kambuh lagi!!! Beliau marah- marah dan mengamuk pada semua orang!!!"

"Apa??"kaget Clarish, pasalnya selama beberapa hari ini pasiennya itu terlihat stabil dan jarang mengamuk. Kenapa lagi ini??? "Bagaimana bisa?? Ayo ke sana!!!"ajaknya cepat, setengah berlari kedua orang itu segera menuju ruangan dimana Bu Larasati dirawat.

"Saya juga tidak tahu Dok, kenapa Bu Larasati bisa kambuh begitu. Tapi kata suster jaga, semalam ada seorang perempuan yang atang menemui Beliau"jawab suster Ajeng segera, tergesa gesa berlari disamping Clarish.

"Seorang perempuan?? Siapa?? Bukannya Bu Laras itu tidak punya siapa-siapa"tanya Clarish menoleh sebentar ke arah suster Ajeng.

"Ehm....Itu...."suster Ajeng terlihat ragu saat akan mengatakan status perempuan asing itu. "Kata suster jaga, dia itu..."

"Siapa Ajeng?? Katakan sama saya"desak Clarish yang saat ini menatap suster Ajeng serius, bahkan perempuan itu sudah berhenti lari.

"Dia...Dia istri kedua Pak Danuar, suami Bu Larasati Dok"jawab suster Ajeng pada akhirnya.

"APA!!!! Istri kedua?? Astaga!!!!!"dengan segera Clarish kembali melanjutkan tujuannya, berlari menuju ruangan Bu Larasati. Perasaannya sungguh kalut setelah mendengar penuturan dari suster Ajeng barusan. Emosi Bu Larasati pasti terganggu setelah kedatangan perempuan itu. Dasar pelakor menyebalkan!!! Setelah merebut suami dari Bu Larasati, mau apa lagi dia datang kesini??? Kalau saja membunuh itu tidak berdosa, sudah pasti Clarish tidak akan segan segan untuk membunuh pelakor itu.