webnovel

Rumah Mewah

Usai bercinta sepanas itu, Rendra menjentikan jarinya di udara luar, dengan begitu Ars segera mendekat.

"Pulang ke rumah."

"Baik tuan.." sepertinya Ars sudah terbiasa dengan hal yang demikian, menjadi satpam yang berjaga diluar mobil.

Ars sudah masuk dan duduk dibelakang kemudi, memasukan kunci dan menyalakannya lalu melajukannya dengan kecepatan sedang menuju rumah besar dan mewah ditengah kota.

***

'Tubuhku pegal sekali, ah ya ampun.. lihat bagaimana pria itu begitu kuat tenaganya?' Berulang kali Naya meregangkan otot-otot tubuhnya, dia sedikit menatap keluar jendela mobil saat memasuki sebuah halaman rumah yang sangat besar.

'Apakah ini rumahnya? Halamannya begitu luas ditambah lagi bangunan rumahnya yang begitu mewah dan besar.'

"Sudah puas memandanginya? Kau sampai se kagum itu.." seru Rendra dengan ringan.

Ars yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi pun segera keluar, membukakan pintu mobil untuk tuan mudanya.

"Kita sudah sampai tuan, silahkan turun."

"Hm.."

Setelah Rendra turun tak lama setelahnya Naya juga turun dari pintu yang sama. Dia melempar pandangan mengabsen apa saja yang ada di halaman rumah, mulai dari gazebo, kolam ikan, taman bunga, dengan halaman rumah yang seluas ini mungkin saja mereka bisa bermain golf atau pun kriket.

"Ars, belum ada kabar dari Bianca?"

Bianca, wanita cantik yang menjadi tunangan tuan muda Rendra, yang juga bekerja sebagai seorang model internasional.

"Belum tuan, masih ada waktu lima belas menit sebelum pesawat mendarat."

Rendra melangkahkan kakinya dengan gusar, "Ck! Bagaimana bisa pesawat itu delay? Lain kali ku kirimkan saja jet pribadi untuknya."

Ars hanya diam saja, dia dan Naya berjalan mengikuti langkah kaki Rendra dari belakang dengan baik.

'Bianca? Siapa dia, apakah wanita itu yang ia maksud sebagai tunangannya?'

Tak ingin penasaran lagi tapi tetap saja dirinya dibuat penasaran dengan sosok Bianca, secantik apakah dia?

Mereka bertiga sekarang sudah berada di ruangan kerja Rendra, bahkan ruangan kerja itu saja sangat luas. Apalagi kamarnya? Sudah pasti lebih luas lagi.

Ting nong..

Pelayan rumah segera membukakan pintu saat mendengar suara bel berbunyi.

Klek!

Mara, nama pelayan itu, "Nona Bianca?"

"Hai, Mara.. apakah Rendra ada dirumah?"

"Iya, nona.. ayo masuk nona.. sudah lama tidak bertemu dan jadi se-rindu ini." ucap Mara mencoba menggoda Bianca, wanita berambut panjang sepundak itu terlihat mengenakan dress biru dengan high hells hitam dengan tinggi mencapai lima senti.

"Apa yang kau bicarakan, ada-ada saja." Bianca membiarkan kopernya dibawa oleh Mara, dan dirinya segera melangkah menuju ruang kerja sang kekasih.

Klek!

"Sayang?" Bianca muncul dari balik pintu dengan senyuman manisnya, masuk kedalam dengan langkahnya yang anggun. Bahasa tubuhnya yang melekuk meliuk indah mengapa bisa begitu menggoda?

Wanita itu memeluk Rendra lalu mengalungkan kedua tangan di lehernya, "Aku sangat merindukanmu, sayang.." tak ragu, Bianca langsung melumat bibir merah Rendra dihadapan Naya dan sekretaris Ars.

'Oh, jadi dia yang namanya Bianca? Tunangan dari pria bejat yang mengalahkan iblis dari Neraka?'

Bianca melepas ciumannya lalu ekor matanya menangkap sosok mungil Kanaya, "Sayang, siapa dia?"

"Pelayan baru." seru Rendra dengan menjawab singkat.

"Oh.." Bianca terus memperhatikan Naya dari pucuk kepala hingga ke ujung kaki, lalu manik birunya itu menangkap kiss mark yang ada di lengan Naya, "Cih! Kau memungut seseorang yang sudah kotor untuk menjadi pelayan dirumah ini?"

'Apa, kotor?' Naya mulai tak senang dengan wanita itu, tangannya terkepal sembari menggigit kesal bibir bawahnya.

Rendra yang melihat reaksi Naya seperti itu pun malah mengira gadis itu telah cemburu. Kesalahpahaman yang membuatnya menyeringai senang.

次の章へ