Tiba-tiba, rasa takut tidak bisa melihat Mo Liancheng muncul di benak Qu Tan'er. Aku tidak bisa melihatnya bermain kecapi lagi, tidak bisa melihat senyum lagi, tidak bisa melihat… Aku tidak rela, bagaimana ini? Batinnya. Setidaknya jika dia diberi kesempatan untuk melihat suaminya sekilas sebelum mati. Cukup sekilas saja, baginya itu adalah suatu kemewahan.
Dilema yang selalu menghantui Qu Tan'er akhirnya, dalam detik itu juga, dia membuat suatu keputusan yang bulat. Kehidupan manusia memang pendek, dalam sekejap mata akan hilang begitu saja. Sayangnya, saat dia menyadari hal itu, semuanya sudah terlambat. Sekujur tubuhnya mulai terasa dingin dan jantungnya juga pelan-pelan menjadi dingin. Kesadarannya perlahan demi perlahan menghilang.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください