Randi kembali dari toilet. Mukanya memerah dan basah. Habis dicuci. Terlihat butiran air masih menempel di alis matanya.
Melina menyikut tangan Lucya. Memberi kode pada kakaknya. Lucya hanya melirik sekilas. Keduanya kemudian memandangi Randi dengan seksama.
Randi menjangkau tisu untuk kemudian melap mukanya. Berulang dengan beberapa lembar tisu. Ia menggelengkan kepala memandangi Melina. "Apa memang segitu cabe Lontong Medan itu?"
Melina menyentuh kaki kakaknya dengan ujung sepatu sebelum berkata, "Ya segitu. Kenapa? Mau nambah lagi?" tanyanya seakan belum puas mempermainkan Randi.
Randi menggeleng. Belum reda rasa panas yang membakar kerongkongannya. Belum hilang rasa mules di perutnya.
"Tergantung selera juga. Kalau tidak kuat pedas ya tidak perlu banyak," kata Lucya yang merasa kasihan melihat Randi tiap sebentar menghembuskan nafas melalui mulut mengurangi hawa panas.
Melina menahan tawa. "Katanya mau mengikuti selera aku suka Lontong Medan yang pedes."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください