VINA PLOT -
Cahaya berkilau seakan-akan menggangguku, kubuka mataku perlahan, ah, silaunya.. Ternyata cahaya matahari dari arah jendelalah yang telah mengganggu tidurku.
Masih terasa malas, dan ingin kembali kupejamkan mataku.. Rasanya masih rindu akan hangatnya kasur ini.. Ehm.. Sebentar.. Sedikit demi sedikit kesadaranku mulai pulih..
Kasur.. Dikasur siapa Aku tidur??? Aawhhh... Rasanya kepalaku sakit sekali, kupegang kepalaku, perban? Ehmm.. Masih dalam posisi tidur, Aku mulai mencoba mengingat kejadian tadi malam. Tanganku mencoba menepis rambut yang menutup wajahku, tapi, kenapa ada perban dikepalaku? Pikirku sekali lagi..
Tak sengaja kugerakkan kakiku, dan.. Ehmm.. Ada yang aneh.. Perih sekali rasanya daerah kewanitaanku.. Ditambah.. Apa ini.. Tanganku meraba seluruh tubuhku... Dan sekarang Aku mulai panik.. Tak ada sehelai benangpun dalam tubuhku, hanya ada selimut yang menutupiku.. Argghhh.. Aku.. Di.. Dimana Aku.. Aduh, pusing sekali.. Kepalaku.. Aku coba mengingat ulang semuanya..
Mulai dari apartemen, bocah kecil vido.. Martabak Bang Saleh.. Dan.. Ah ya.. Aku di apartemen Uncle Farhan, tapi... Tunggu, tadi malam.. Delivery online, lelaki itu. Yah, lelaki itu...
Belum sempat semua kesadaranku pulih...
"K.. Kau sudah sadar?", Suara itu.. Aku berusaha menengok ke arah suara itu.. Tapi, arghh, kepalaku sakit sekali.. Rasa pusing semakin terasa saat Aku ingin mengangkat kepalaku dan duduk. Sulit sekali. Seluruh ruangan ini seakan menjadi dua, mataku sedikit kunang-kunang dan ga fokus.
Terasa seseorang membantuku untuk duduk, tangan itu membantu menyangga kepalaku, menaruh bantal bertumpuk dua sebagai sandaran,
"Tak perlu bangun, istirahatlah sebentar, ehmm.. Luka-lukamu belum sembuh..", Suara itu menjelaskan. Dia menyenderkan kepalaku diatas bantal bertumpuk dua, dan kini terasa lebih nyaman.
"K.. Kamu....", seakan tak percaya wajah yang ada dihadapanku.. Owh, Dia.. Kenapa bisa disini, dengan Aku tanpa sehelai benangpun ditubuhku.. Masih mencoba berpikir, tapi lagi, kepalaku terasa sakit.
"Mm.. Maafkan Aku, Vin. Aku tadi malam.. Diluar batas kesadaranku..", Dia berbicara sangat pelan, dan tadi malam.. Yah, tadi malam.. Orang yang menyeretku, memperlakukanku tak senonoh.. Itu... Rangga???
"Maafkan Aku, Vin..", Lagi, Dia menggenggam tanganku dan mengucapkan kata-kata maaf.
Dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki. Segera kutarik kembali tanganku, tak rela lelaki biadab macam Dia menyentuhku!
"Jadi tadi malam, Kamu yang... Oh, sh*t!!!", belum sempat Aku lanjutkan bicara, kepalaku benar-benar sakit...
Klek
Pintu terbuka, kini kutatap seseorang dengan jas dokter memasuki ruangan
"Dek, apa Dia sudah sadar?"
"Ehm, namanya Vina, Kak!"
"Oh, ya.. Vina.. Bagaimana kondisimu? Apa terasa pusing?", Wanita itu mendekatiku, lalu memegang tanganku mengecek tekanan darahku, luka dikepalaku,
"Siapa kamu?", Tanyaku..
"Aku Airin, Aku akan membantumu menyembuhkan semua luka ditubuhmu, Kita akan gunakan cream khusus, supaya luka bekas pecahan kaca ini hilang tak berbekas dan tidak menimbulkan cacat. Bagaimana kepalamu? Apa yang Kau rasakan sekarang?", tanyanya coba mengetahui kondisiku.
"Dimana Aku? Mana handphoneku?", Tanyaku, bukan menjawab apa yang Dia minta, dan tanpa memikirkan sakit dikepalaku, Aku lebih memilih menghubungi orang-orangku untuk segera membantuku meninggalkan ruangan ini, menghubungi pengacaraku, melaporkan tindakan pemerkosaan dan segera membuat perhitungan! Ya.. sesegera mungkin!
"Jangan Khawatir, sekarang cukup khawatirkan kesehatanmu dulu, Aku akan membantumu. Bagaimana kepalamu", Jawabnya menenangkanku.
"Dimana bajuku?", Lagi Aku tak memperdulikan pertanyaannya. Tak penting bagiku, yang penting, Aku segera meninggalkan tempat ini, walau harus merangkak! Itu yang ada dipikirkanku. Masalah kesehatan, Aku akan segera mendapat pertolongan super VVIP setelah Aku keluar dari tempat ini. Tapi perhitungan, ya, Aku akan benar-benar menjebloskan lelaki dihadapanku seumur hidup dipenjara! Kalau perlu hukuman mati! Hanya itu yang terlintas dalam benakku saat ini.
"Dek, dimana baju Vina?"
"Eh. Itu Kak.. Robek-robek! Aku coba cari di apartemennya, tapi.. Ga ada baju sama sekali.", Rangga berdiri didekat pintu, jawabannya sangat pelan dan sopan, berbeda sekali dengan lelaki yang menarikku semalam, sangat mengerikan! Hufff. Pandainya Dia bersandiwara, Aku semakin kesal dibuatnya!!
"Hmm.. Berikan bajumu dulu, dek. Dan Vina, nanti sore selepas menyelesaikan tugasku di rumah sakit, Aku akan kembali kesini dan membawakanmu baju yang pantas. Tetap berada diatas kasur ya, Rangga akan membantumu jika ingin ke kamar mandi, dan menyiapkan semua kebutuhanmu selagi Aku tak ada.", Airin berjalan ke luar ruangan setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Kak.."
"Kerjakan saja apa yang sudah kukatakan tadi!", Suaranya sedikit jutek ke lelaki yang masih berada didekat pintu.
"Aku pergi dulu, tak perlu mengantarku!", Airin pun pergi meninggalkan kamar ini, menyisakan Aku dan si br*ngs*k!
Sejenak Kami cuma saling menatap dan tampak wajah bersalah dihadapanku sedikit salah tingkah, sepertinya Dia trauma, atau.. Hey... Aku yang dirugikan atas kejadian ini!! Kenapa jadi Dia yang trauma??? Pikirku setengah jengkel..
Hufff.. Kepalaku. Argghhh.. Sakit sekali, setiap Aku menggerakkan kepalaku, rasa sakitnya semakin menjadi. Entah apa yang salah dengan kepalaku..
"Jangan banyak bergerak, Vin..", Dia bergegas memperbaiki posisiku. Membuatku kembali merasa nyaman dan mengurangi sakit dikepalaku. Kemudian Dia melangkah ke lemarinya, mengambil lembaran kain. Dan datang ke arahku.
"Kamu bisa pakai sweaterku ini, hmm.. Kak Airin bilang, kamu belum boleh banyak bergerak, Vin.. Luka dikepalamu.."
"Mana handphoneku?", mintaku padanya tanpa menghiraukan apa yang Dia katakan.
"Aku menyimpannya, Vin. Ponselmu aman."
"Apa??? Kembalikan!!!!", Nada suaraku meninggi dan "aaarghhhh", tanganku segera memegang kepalaku, sakit sekali!
"Sabar Vin, jangan terlalu di paksakan.", lagi.. Argggghh.. Aku membenci pria ini.. Aku benciiii!!! Kalau bukan karena Dia, Aku ga akan begini.. Dan.. Kriminal ini!! Arghhh.. Tapi kepalaku sakit sekali...
Rangga memegang tanganku yang berada dikepala, "tenang dulu, Vin..", pintanya dan kemudian Dia memakaikan sweaternya perlahan ditubuhku. Ingin Aku menolak, tapi bagaimana lagi. Aku tak punya cukup tenaga.. Mengingat kepalaku yang sakit, tenagaku pun sudah habis.. Dan aku hanya pasrah saat dia memakaikan sweater ditubuhku.
Ada rasa malu, tapi juga, rasa kesal... Huff.. Pipiku sepertinya bersemu merah saat ini, ish, cepat-cepat kutepis pikiran aneh diotakku. Bagaimanapun, ini semua salah lelaki ini! Kalau bukan karna Dia, ini semua ga akan terjadi!! Argggghhh.. Awas saja Dia! Dari awal berjumpa, Aku memang tidak menyukainya, dan.. Sekarang, kesalahannya sudah diluar batas!!! Aku pasti buat perhitungan dengannya!!
Aduh... Rasa aneh dikandung kemihku.. Ini.. Aku kebelet pipis!!! Duh, lagi-lagi Aku bingung harus gimana... Mengangkat kepala saja, sakit sekali, dan sekarang.. Harus jalan ke toilet.. Dan Dia hanya memberikan Aku sweater.. Gimana dengan celana.. Atau bawahan.. Ah...
"Vin, Kamu.. Istirahat dulu ya, Kak Airin nanti datang dan membawakan baju untukmu."
"Ehmm.. Dimana toilet?", tanyaku..
"Hmm, Kamu mau ke kamar mandi?", Aku tak menjawab, hanya mengangguk.
Sepertinya Dia tahu apa yang harus Dia lakukan. Dia segera kembali ke lemarinya, mengambil handuk. Dan.. Ah.. Mau apa Dia... Apa ga mikir betapa malunya Aku..
"mm.. Mmau apa kamu??", Dia membuka selimut yang menutupi bagian bawahku, dan tanpa menjawab pertanyaanku. Dia menutupnya dengan handuk, lalu menggendongku Ala bridal, membawaku ke kamar mandi.
Sepertinya tidak ada rasa berat saat Dia menggendongku, yah, tubuhnya memang tinggi, mungkin 185cm. Dia juga memiliki tubuh atletis...
Klek
Pintu kamar mandi terbuka, Dia menaruh tubuhku diatas toilet duduk. Membuka handukku, tapi masih tetap menutupi aset terpentingku, walaupun kemarin, Dia sudah melihat semuanya.
"K.. Kkamu ngapain tetap disini?", Tanyaku, sedikit malu.. Sambil menahan pipis, karena Dia masih disini.
"A.. Aku tetap disini, Vin. Kepalamu masih sakit. Kak Airin memintaku menemanimu karena tambah bahaya kalau Kamu sampai terjatuh. Kk..kamu lakukan saja hajatmu.", jawabnya, sambil menatap lurus ke arah dinding kamar mandi. Aku sempat menengok ke arah wajahnya, terlihat seluruh wajahnya memerah. Hihi.. Dia terlihat lucu, tapi.. Hufff.. Akupun tak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi, Aku harus cepat pipis, pikirku, dan
"Aaah....", refleks tanganku memegang handuk yang menutup bagian atas daerah kewanitaanku.. Sakiiit..sakit sekali, rasa sakit, perih,
"k.. Kenapa, Vin? Apa sakit?"
"Sh*t!!!! Ini karena Kamuuuuu!!!" Aku semakin kesal, tapi sungguh, sakiiit. Hufff.. Bagaimana ini.. Gimana Aku pipis,,
Dia memegang selang air yang biasa digunakan untuk membersihkan diri setelah BAB atau BAK, lalu Dia membuka handuk yang menutup bagian bawahku,
"Mm.. Mau apa Kamu???!",
"Mengurangi rasa sakitnya, Vin.", belum sempat Aku menjawab Dia menyemprotkan air perlahan ke arah vaginaku.
"Sekarang coba untuk pipis!", Katanya kemudian
Akupun mulai mengeluarkan sedikit demi sedikit. Rasa dingin air yang masih disemprotkan kearah vaginaku, berhasil mengurangi rasa perih yang ada, dan yes.. Aku berhasil mengosongkan kandung kemihku.
"S..sudah..", kucoba menepis semua rasa maluku..
Dia menatapku, Kemudian Dia menggunakan tangannya untuk membersihkan area kewanitaanku. ingin kularang, tapi gerakannya lebih cepat dari mulutku berbicara..
Ah, lagi. Tangan itu menyentuh dan membuat sedikit getaran di tubuhku. Bagaimana ini... Tapi kali ini Dia benar-benar hanya membantuku, setelah membersihkan, Dia menaruh selang air, meng-splash air. Wajahnya memerah, tapi tatapannya masih datar.. Kemudian Dia mengeringkan daerah kewanitaanku dengan handuk, lalu menggendongku kembali ke kamar.
Aneh.. Tapi rasa kesalku kini sedikit hilang melihat perlakuannya yang begitu lembut. Berbeda sekali dengan tadi malam.. Ah... Tetap saja, semua ini salah Dia dan Aku tetap harus membuat perhitungan dengannya dikantor polisi!!! Lagi-lagi untuk kesekian kalinya Aku harus mengingatkan diriku bahwa orang ini, bukanlah lelaki baik-baik!!!
Rangga menggendongku kembali ala bridal style dan membaringkanku ditempat tidur, lalu menutup kembali tubuhku dengan selimut, dan menarik handuk basah dari bawah selimut.
"Hmm.. Vin, tunggu sebentar ya. Kak Airin akan datang sore nanti membawa baju ganti untukmu. Sekarang Aku tinggal dulu Kamu disini, Aku siapkan makan siangmu."
"A.. Apa??? Mm..makan siang???", Arghhh.. Apa maksud perkataannya?
"Aku ada rapat penting hari ini, Metha akan menjemputku jam 8 pagi!", Aku protes!!! "jam berapa sekarang?", Tanyaku lagi
"Jam 1 siang!", deg!!!!! Haaaah, hancur sudah.. Hari ini hari penting bagiku.. Setiap hari jadwalku sangat padat.. Bagaimana ini.. Owhh.. Kepalaku.. Berdenyut lagi.. Semakin Aku berpikir rasanya semakin sakit.
"Handphone!!"
"Kamu istirahat dulu.."
"Handphone!!!", Kataku lagi.
"Vin..", kali ini Dia kembali duduk disampingku, Dia menatap mataku yang saat ini juga sedang menatapnya marah, Aku benar-benar meminta handphone-ku, Aku harus menghubungi Metha dan.. Aku harus minta jemput dari sini, arghhhhh...
"Vin, kondisi kesehatanmu belum stabil, istirahatlah beberapa hari lagi, Aku akan memberikan handphone-mu setelah kondisimu benar-benar pulih.."
"Kamu menculikku!!!!"
"bukan gitu, Vin.. Tapi kamu belum benar-benar sembuh.. Jangan banyak berpikir, luka dikepalamu akan lebih lama sembuh, Kak Airin tadi memintaku untuk membuatmu tetap relax dan beristirahat dengan baik."
"Apa??? Ini semua karena kamuuuuu!!! Jadwalku berantakan sekarang.. Dan.. Argggghhh..", tanganku kembali memegang kepalaku, rasanya sakit sekali, benar-benar Aku ga bisa berpikir. Semakin keras Aku berpikir, semakin sakit.
"Vin, maafkan Aku,,, Aku harus bagaimana supaya kamu tenang?"
"Handphone, pokoknya handphone-kuuuuu!!! Awhhh.... ", Lagi.. Rasa sakit ini, tapi bukan hanya kepala. Lambungku.. Yah, lambungku periiih.. Aku ingat, kemarin, Aku hanya makan smoothies dan air lemon.. Makanan yang kubeli dari delivery online.. Belum sempat Aku memakannya.. Dan sekarang sudah jam 1 siang! Pantas saja perutku benar-benar terasa perih..
Kruuuk kruuuuk
Bunyi ini, benar-benar membuat lambungku melilit. sakit sekali. Ternyata begini rasanya menahan lapar.. Benar-benar tak nyaman.
"Kamu tunggu disini, sebentar Aku ambilkan makananmu.", sepertinya Dia tahu apa yang kurasakan.. Dia bergegas keluar kamar. Dan tak berapa lama, Dia sudah kembali dengan mangkuk putih dan segelas susu. Dia meletakkan mangkuk dimeja samping tempat tidur, kemudian duduk disisi ranjang, dan memberikanku segelas susu.
"Minumnya pelan-pelan, Vin.", masih sambil memegang gelasnya. Dan menaruh pipet yang mempermudah Aku meminum susu dalam gelas ditangannya.
Aku meminum beberapa teguk, kemudian melepas pipet dari mulutku.
"Sudah cukup.", Jawabku. Dia menaruh gelas dimeja. Lalu berganti memegang mangkuk berisi bubur.
"Berikan mangkuknya padaku, Aku bisa makan sendiri!", pintaku
"Ambil ini..", Dia menyerahkan mangkoknya kepadaku, belum sempat Aku mengambilnya, ah.. Kepalaku, sedikit saja Aku merubah posisi, rasa pusing kembali terasa dan tanganku refleks memegang kedua kepalaku.
"Hehe.. Sakit lagi?"
"Arghhh.. Ini semua karena Kamuuuu!!! Ah... ", Aku kesal, tambah Dia menertawakanku.. Rasa marah, tapi.. Lebih didominasi oleh rasa maluku kembali mencuat.. Mungkin pipiku kali ini mulai bersemu merah..
"Aku suapin saja!', Dia menaruh mangkuk. Kembali membenarkan posisi sandaran kepalaku, dan meletakkan kepalaku diposisi yang lebih baik, benar-benar nyaman. Lalu kembali mengambil mangkuk bubur. Dan menyuapiku sedikit demi sedikit.
Bubur ini hanya bubur polos, tapi rasanya sangat enak.. Jujur, Aku belum pernah makan bubur seenak ini. Tadinya kupikir Aku hanya akan makan beberapa suap dan sudah, riskan rasanya disuapin seperti ini, karena sejak Aku akhir baliq, Aku belum pernah disuapin. Tapi.. Rasa buburnya.. Membuatku seakan tak bisa berhenti. Satu suap, dua suap.. Dan tak terasa, habis... Sebenarnya Aku masih mau lagi, tapi... Sudahlah.. Malulah kalau minta tambah.. Hihi
"Kamu mau nambah?", Dia menawarkan.
Aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Sebenarnya Aku mau.. Tapi.. Ah.. Sudahlah.. Harga diriku lebih tinggi dari semangkuk bubur.
"Habiskan susunya..", Kali ini Dia menyodorkan segelas susu kepadaku. Aku meminumnya setengah.
"Sudah."
"Mau air puth?"
"Hmm.."
"Sebentar Aku ambilkan."
Dia berjalan keluar kamar dengan membawa mangkuk bubur kosong, tak lama, Dia kembali dengan segelas air putih. Kembali mendekat ke sisi kasur, dan memasukkan pipet yang ada digelas ke dalam mulutku, masih sambil memegangi gelasnya.
"Minumnya pelan-pelan.", Aku hanya diam, dan meminum air yang diberikannya, sampai setengah gelas, dan melepaskan pipetnya.
"Sudah! Terima kasih.", jawabku, yang sebenarnya ingin kuralat, tapi.. Sudah terlanjur keluar! Buat apa Aku berterima kasih dengannya? Toh semua ini terjadi karenanya, dan.. Aku yang paling dirugikan saat ini!! Arggghh... Teringat kembali peristiwa tadi malam.. Dan.. Aneh.. Kenapa rasa kesalku sedikit hilang? Harusnya Aku marah berapi-api dengannya.. Tapi.. Sedikit Aku curi pandang.. Wajahnya terlihat seperti orang baik-baik, cuma kenapa tadi malam.. Seperti singa kelaparan? Ah.. Apa karena alkohol?
"Hmmm.. Ada lagi yang bisa kubantu, Vin?", Dia bertanya padaku.. Kini Aku merasa seluruh tubuhku menghangat bagai terbakar.. Malu rasanya kepergok sedang memandanginya seperti tadi.. Ah.... Vina!!! Bodohnya Aku!!!
"Eh.. Hmm... Ceritakan padaku!"
"Maksudmu?"
"Tadi malam, kenapa itu bisa terjadi?", Aku sebenarnya tak mau membahas ini.. Tapi.. Hanya ini yang terlintas di kepalaku.. Karena panik kepergok sedang bengong menatapinya, Aku hanya mencari topik pembicaraan yang bisa kudapat sekenanya.
"i..itu.. Maafkan Aku, Vin.. Aku tadi malam sedang mabuk.. Tanpa pikir panjang, Aku menyewa PSK",
"A.. Apaaaaa???", Tanyaku kaget dan setengah tak percaya..
Dia mengeluarkan handphone disakunya, mengotak atik sebentar. Dan menyerahkan obrolan singkat di handphone-nya. Aku membaca obrolan dan melihat bukti transfer.. Angka 8 dan 8 nol.. Ah.. Sejumlah itu Dia membayar satu PSK semalam.. 8 dengan 8 nol, itu..
Hah?? "Delapan ratus juta????", Aku sangat kaget! Kutatap wajah orang didepanku hanya cengar-cengir..
"Delapan ratus juta???", sekali lagi Aku mencoba mendapatkan jawaban darinya. Satu malam PSK, Dia bayar delapan ratus juta??? Hah? Orang ini.. Yang menagihku pagi-pagi buta untuk uang tujuh puluh lima ribu rupiah. Berani bayar PSK delapan ratus juta!!!! Otakku sepertinya ga terima dengan angka ini.. Tapi wajahnya.. Wajah didepanku hanya senyum-senyum..
"Ii.. Iya... Hehe"
Kesal sekali Aku melihat senyumannya!! Arghhh.. Menyebalkan!!!
"Lalu kenapa Aku??"
"I.. Itu...karena Dia datang terlambat, Vin. Pas Aku buka pintu, pas ada Kamu. A.. Aku pikir Kamu..."
"Aaaaargggghh.... Kk .. Kamuuuu!!! Ishhhhh..", mau kutinju Dia, tapi apa daya kepalaku belum bisa diajak kerjasama.
"Vin, sabar dulu, jangan gerakkan kepalamu terlalu kuat, bahaya.."
"Ini semua karena kamuu!!!!", Owh..
"Mmmm.. Maafkan Aku, Vin. Kalau Kamu ga menendangku, Aku ga akan memu.."
"Jadi salahku???", ga terima, Aku langsung memotong kalimatnya! Enak saja Dia menyalahkanku.. Sudah jelas Dia yang memperkosaku. Huuuh.. Dasar hidung belang!!!!
"Delapan ratus juta untuk PSK!!! Itu.. Berapa kali?"
"eh, maksudnya?"
"Berapa kali kamu sering order PSK???", tanyaku lagi
"Oh, itu.. Itu baru yang pertama kali, Vin.."
"Hah???", Aku setengah ga percaya..
"I.. Iya.. Ini baru pertama kalinya.. A.. Aku.. Belum pernah... ",
"Sewa PSK? Pertama kali??"
"Iya.. Termasuk.. Yang seperti itu, Aku juga baru pertama kali..", mukanya polos, senyum senyum, memerah malu, dan jujur, Aku bingung bagaimana menggambarkannya. Lucu sekali.. Dia benar-benar berbeda dari pria tadi malam. Senyumnya.. Lucu, tapi teduh.. Dan.. Pasti ada hal buruk yang dialaminya hingga berani meng-hire PSK. Dan.. Aduh, perasaan apa ini.. Kenapa Aku jadi kasihan padanya.. Kan harusnya Aku yang dikasihani!!! Dia yang sudah merenggut kesucianku.. Haishhhhh!!!!
"Mm.. Maafkan Aku, Vin. Aku akan bertanggungjawab..", kali ini Dia menatap wajahku, tatapannya serius.. Sama seriusnya seperti dia menagih uang tujuh puluh lima ribu.. Hanya saja, lebih lembut dan tatapannya sangat hangat.. Dan.. Apa yang harus Aku jawab sekarang?
"Aku tidak butuh tanggungjawabmu!", Kali ini Aku menyesali kalimatku.. Hah, kenapa Aku merasa menyesal menjawab seperti itu???
"Tapi Aku akan tetap bertanggungjawab.. Ini salahku.."
"Kenapa?"
"Eh, maksudnya, Vin?"
"Kenapa meng-hire PSK??"
"Maksudmu.. "
"Ehm... Apa alasanmu mabuk dan membooking PSK?", tanyaku menyelidik.
"Ah itu..", Dia tidak menjawab, tatapan matanya menggelap, tak fokus.. Dan sepertinya.. Mulai terlihat kesedihan diwajahnya..
"Broken heart?"
Deg
"Kita ada di Indonesia, apa ga sebaiknya Kamu berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar?", Aku tersentak kaget.. Nada bicaranya.. Mirip seperti tadi malam. Hilang sudah semua kelembutan tadi.. Dia bangkit dari duduknya, berlalu ke arah pintu, dan belum sempat Dia memegang gagang pintu,
Klek
Pintu sudah terbuka.
Wajah wanita ini sudah tak asing bagiku. Dia yang tadi berpakaian dokter dan menyapaku.. Ehmm .. Airin, ya, namanya Airin!
"Aku bawakan baju gantimu, Vina! Bagaimana keadaanmu?", Airin berjalan memasuki kamar, menuju kearahku. Dan lelaki itu, sepertinya mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruangan. Masih tampak perubahan mood tak enak diwajahnya, tapi dia mengurungkan niatnya setelah kedatangan Airin.
"Kepalamu, bagaimana sekarang?", Tanyanya sambil memegang kepalaku.
"Aah..", Aku berteriak karena sakit. "Itu.. Rasanya pusing dan sakit setiap Aku gerakkan.", aku menjelaskan. Kali ini aku merasa percaya dengan Airin. Sepertinya dia capable dalam bidang ini, dan Aku harus percaya padanya. tak tampak niat jahat dimatanya, tujuh puluh lima persen Aku yakin, Dia orang baik..
"Biar kuperiksa.. Hmm ini sakit?"
"Aaah..", Aku berteriak tatkala Airin memegang sisi kepalaku..
"Benturan ini terlalu keras, Vina. Kita harus ke rumah sakit untuk CT scan. Hanya untuk memastikan, tapi sepertinya, dalam beberapa hari kondisimu akan membaik. Aku membawakan obat, tolong diminum rutin. Kamu juga butuh terapi dan Rangga akan membantumu untuk itu.",
"Aaa.. Apaaaa? Tak perlu.. Aku Bisa mengurus diriku sendiri, cukup kembalikan Aku ke apartemenku, kembalikan handphone-ku, Aku bisa melakukan apa yang harus kulakukan bagi diriku. Banyak yang harus Aku urus..!!", sanggahku, secepat mungkin kukatakan saat Airin menjelaskan kondisinya.
"Kamu masih harus istirahat, Vina. Tunggulah beberapa hari lagi. Sebagai dokter yang bertanggungjawab dengan kondisimu, Aku belum mengizinkanmu melakukan banyak aktivitas.", Airin menjelaskan.
"Ttte.. Tapi.. Banyak yang harus Aku urus, perusahaanku, semuanya.. Aku.. "
"Istirahatlah dulu, Rangga akan membantu untuk semua urusanmu, ini tanggungjawabnya!", kali ini Airin berkata lebih tegas..
"kita akan bicarakan ini.. Mengatur semua yang kamu butuhkan tanpa merugikanmu. Sekarang, mari kubantu untuk mengganti pakaianmu, dan Kita akan membahas ini setelah Kau siap.", Airin menatap lelaki itu, sebagai tanda bahwa Ia harus keluar. Dan baru ia akan melangkah keluar, handphone Airin berbunyi, Ia mengangkat teleponnya, tak lama telepon itu berdering.
"Hallo.."
"Aa.. Apaaa? A.. Aku akan segera kesana!"
Klik
Suara telepon ditutup. Wajah Airin berubah lebih serius dan tampak sedih, kemudian menatapku.
"Maafkan Aku, vina! Aku harus pergi sekarang. Anakku Jeje, badannya panas demam, babysitter sudah memberikannya obat, tapi tetap tidak turun, dan sedari tadi, Dia terus memanggilku, menolak meminum obatnya. Rangga akan membantumu, jika Kau butuh sesuatu. permisi." jelas tampak kepanikan diwajahnya. Aku bisa membayangkan, seorang ibu mendengar anaknya sakit, tentulah panik..
"Hati-hati kak!", Dia memeluk Airin, sepertinya berusaha menenangkan wanita itu.
"Tak perlu mengantarku.. Aku pulang dulu, dek!", Airin membuka pintu dan meninggalkanku kembali berdua dengan seseorang yang menyebalkan! Arggghhh..
"Hmm.. Maafkan Aku.. Tadi Aku sedikit emosi.", wajahnya kembali menunjukkan muka bersalah..
Sedikit bingung, apa yang salah dengannya? Aku belum mengerti.. Sebentar Dia tampak baik, sebentar dia tampak begitu emosi.. .
Dia mengambil tas karton berisi baju yang diberikan oleh Airin, dan mendekat ke arahku.
"Aku akan membantumu.", jawabnya, sambil mengeluarkan baju dari dalam kantong