webnovel

Episode 1

Blacxtis, kota yang terkenal sebagai kota gelap karena asap-asap industri yang memenuhi kota ini setiap harinya, termasuk hari ini. Tapi ini berbeda bagi ketiga anggota Black Lion yang sedang menuju TKP.

Bagi mereka, hari ini adalah hari terburuk yang pernah mereka alami. Bagaimana tidak? Mereka harus kehilangan salah satu anggotanya, detektif Felix, yang ditemukan tertusuk di rumahnya.

Di dalam mobil, mereka bertiga terlihat sangat suram. Mulai dari James yang kelihatannya berusaha untuk fokus, walau sudah beberapa kali dia hampir menabrak pembatas jalan. Morgan yang duduk di samping James hanya bisa menatap jalan dengan tatapan kosong, sepertinya harapannya menjadi seorang detektif hilang setelah mendengar kabar kematian Felix, dan Linda. Dia hanya berusaha menahan tangisnya, padahal air mata sudah mengalir di pipinya.

"Setelah ku pikir-pikir, apa kalian yakin mereka akan membiarkan kita melakukan ini?" ucap James, yang berusaha mencairkan suasana, tapi hanya dijawab dengan suara mesin mobil.

James menghela nafasnya, "Ayo lah. Aku tahu kalian gak bisa terima berita ini, aku juga begitu. Tapi…"

"Karena itu kita datang sepagi ini, James," sela Linda, sambil menyeka air matanya.

Dengan perlahan, James mulai memberhentikan mobilnya dan memutar badannya ke arah kedua temannya itu. "Tapi, kalau seperti ini, bukankah sama saja kita dengan pelanggar hukum…"

"CUKUP!" teriak Morgan yang sudah terpancing emosi.

"Bukankah sebelumnya kita sudah sepakat untuk melakukan ini?" lanjut Morgan.

"Sekarang. Kenapa malah kau memberikan pertanyaan bodoh seperti itu? Apa karena keluargamu? Keluarga yang telah membuangmu itu."

"Sudahlah, Morgan," ucap Linda, yang berusaha menenangkan Morgan.

"Itulah kenapa aku sangat membenci keluarga ksatria, mereka hanya anjing bagi kerajaan."

"Kalau ku bilang sudah ya sudah, kenapa harus dibahas lagi!" teriak Linda yang terlihat tidak tahan lagi.

"Kenapa bukannya aku benar? Lihat saja dia! Yang ada di otaknya hanyalah hukum, hukum, dan HUKUM! Padahal masih banyak orang di luar sana yang menderita karena hukum, apakah ada yang peduli? Tidak bukan?" Morgan mulai mengeluarkan air mata saat mengucapkan itu.

James memang terlahir dari keluarga yang bernama Tamaz, keluarga Tamaz sangat dikenal di Telesia. Bagaimana tidak, keluarga yang bisa menjadi panglima perang selama beberapa keturunan, hal yang jarang ditemui di dunia. Karena itu juga keluarga ini biasa disebut benteng kerajaan.

Awalnya, James juga dipaksa menjadi ksatria. Tapi karena jiwa yang ingin kebebasan, dia memutuskan untuk menjadi detektif. Tentu saja keluarganya tidak setuju, karena itu keluarganya tidak mau menganggap dia sebagai keluarga. Walau begitu, hal itu tidak membuat James berhenti menjadi seorang detektif, itu semua karena ketiga anggota Black Lion, yang selalu mensupport dirinya. Sayangnya, dengan kata-kata Morgan barusan, membuat dirinya kembali ragu menjadi seorang detektif.

Morgan berusaha melanjutkan ucapannya, "Sudahlah. Kalau kalian masih seperti ini, kurasa lebih baik kita bubar."

James dan Linda melihat Morgan dengan terkejut, mungkin mereka tidak menyangka Morgan akan berkata seperti itu.

"Apa maksudmu?" ucap Linda yang masih tidak percaya.

Morgan hanya terdiam dan seakan tidak menghiraukan Linda, terlihat sepertinya ia menyesali ucapannya, tapi nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin kata-kata itu bisa ditarik.

"Kenapa… kenapa harus berakhir seperti ini?" Suara Linda mulai melemah, nyaris seperti bisikan. Tubuhnya bergetar hebat, dan air mata mengalir deras di pipinya. Wajahnya pucat pasi, dan matanya berkaca-kaca. "Bukankah semuanya baik-baik saja sebelumnya?"

Seketika mobil itu terasa kembali suram. Keheningan menyelimuti mereka bertiga. Hanya suara mesin mobil yang masih menyala dan suara tangisan Linda yang terdengar cukup jelas.

"Maaf," terdengar ucapan James lirih, seakan dia yang paling bersalah. "Seharusnya memang aku tidak memberikan pertanyaan bodoh itu. Tapi bagaimanapun juga, aku takut..."

"Kalau takut, lebih baik dari awal sudah tidak usah jadi detektif bodoh," guman Morgan dengan nada ketus. Ucapannya pasti terdengar oleh kedua temannya itu.

James sepertinya tidak menghiraukan ucapan Morgan. "Aku sadar aku terlalu penakut. Karena itu, aku sudah memutuskan untuk menyelesaikan kejadian ini. Jadi, bisakah kita kembali?"

Linda menyeka air matanya. Dia masih terisak pelan. "Aku tidak tahu. Aku masih..."

"Bukankah semuanya sudah jelas. Yang ingin kita bubar bukan aku tapi kalian!" sahut Morgan.

Linda terdiam sejenak, "Baiklah. Aku akan ikut. Demi Felix dan demi Black Lion."

Mobil kembali melaju, membawa mereka kembali ke tempat kejadian perkara. Keheningan kembali menyelimuti mereka bertiga. Tidak ada satupun percakapan di dalam mobil itu, ya, TIDAK ADA!

***

Setelah sampai di TKP, ternyata dugaan mereka salah. Terlihat polisi sudah banyak yang berkumpul di sana, bahkan mereka sudah memasang garis polisi di sekitar TKP.

Morgan langsung keluar dari dalam mobil, tanpa berkata apa-apa, begitu juga dengan Linda.

Dengan perasaan yang masih merasa bersalah, James hanya bisa menghela nafasnya dan mengikuti kedua temannya itu keluar dari mobil.

Terlihat wajah mereka bertiga terkejut setelah melihat rumah Felix.

Felix memang seorang anak seorang Baron, tapi rumah ini terlihat lebih mewah untuk seorang Baron, mungkin lebih pantas disebut paviliun seorang raja.

Tapi mata mereka bukan fokus ke arah rumah Felix, melainkan kepada polisi di sekitar. Bagaimana tidak, terlihat jelas polisi berbeda dari yang biasa mereka lihat.

Polisi di Telesia biasanya jarang sekali peduli kasus seperti ini. Tapi kali ini terlihat lebih serius dari biasanya.

"Hey!" teriak seorang pria yang menghampiri mereka.

Pria yang tak asing itu ternyata adalah Johnson, kapten kepolisian di Blacxtis dan polisi yang biasanya mengatasi kejadian seperti ini.

Dengan tersenyum, Johnson menjabat ketiga anggota Black Lion. "Sudah kuduga kalian akan datang, tapi…"

Wajah Johnson berubah menjadi lebih serius. "Saat ini kami sedang melakukan penyelidikan, dan kami harap kalian mengerti!"

"Tentu saja kami mengerti, Kapten, karena itu kami ada di sini. Kami juga seorang detektif!" jawab Morgan yang terdengar seperti menahan suaranya.

"Tentu saja aku tahu itu! Tapi bukannya kalian belum mendapatkan surat izin?"

Ketiga anggota Black Lion hanya bisa terdiam. Mereka tahu di Telesia memang memiliki peraturan yang cukup unik untuk kasus seperti ini.

Surat izin penyelidikan. Surat yang biasanya harus dimiliki detektif di Telesia jika ingin melakukan penyelidikan.

Masalahnya mereka bukan benci peraturan yang berlaku, tapi cara mendapatkannya. Karena harus melalui kepala polisi atau dari anggota keluarga korban.

Tapi dalam kasus Felix ini, mereka tidak akrab dengan keduanya. Dan itu membuat mereka berencana menyelidikinya secara diam-diam.

Linda terlihat memelas kasihan. "Kumohon, Kapten, hanya kali ini saja."

Dengan nafas yang berat, Johnson hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Wajah ketiga anggota Black Lion terlihat putus asa. Walaupun begitu, mereka bisa mengerti posisi Johnson.

"Tapi…" Johnson mengecilkan suaranya. "Aku janji jika ada kabar, akan ku kasih tahu."

Sayangnya, kata-kata Johnson terlihat tidak membuat ketiga anggota Black Lion lebih baik.

Linda memberikan kode kepada kedua anggotanya. James tahu, itu adalah kode yang biasa Linda berikan saat Linda sudah puas dengan pengamatannya.

"Baiklah, Kapten, kami tunggu kabarnya. Kalau begitu, kami pamit."

"Maaf jika aku tidak bisa bantu apa-apa," wajah Johnson terlihat murung.

"Tidak apa-apa, Kapten. Kami mengerti," ucap James, tersenyum pahit.

James mengulurkan tangannya. "Kalau begitu, semoga harimu menyenangkan, Kapten."

Johnson membalas menjabat tangan James. "Kalian juga, detektif."

Dengan perasaan yang kesal, mereka berjalan menuju mobil. Tapi mau bagaimana lagi, mereka tidak bisa sembarang mengganggu pihak kepolisian.

Padahal...

Mereka tidak tahu ada hal baik yang menanti mereka, ya, HAL BAIK!