webnovel

1

Pukul 08:58

Triana Ardina hermawan sedang asik membaca novel diruang tamu bergaya modern rumahnya namun,

Triana ingin membeli beberapa novel yang ia sukai dan Triana ingin membangunkan kakaknya meminta untuk diantarkan kakaknya, edwin. namun Triana sangat gugup untuk membangunkan kakak tirinya itu. Karena Edwin memiliki sifat yang dingin.

Dengan langkah yang ragu, Triana memilih untuk melangkah kekamar kakak tirinya itu. Dengan perlahan menaiki anak tangga Triana berdoa agar dia tidak di marahi saat membangunkan edwin

"Mudah-mudahan kak Edwin gak marah deh kalo aku bangunin."

Setelah sampai di kamar Edwin, Triana berusaha mengatur nafasnya dan detak jantungnya supaya tidak gugup untuk berbicara dengan kakak dinginnya itu.

Perlahan Triana mencoba mengetuk pintu warna coklat itu beberapa kali sambil memanggil kakaknya "kak,kak Edwin..." namun tak ada sahutan dari sang empunya.

Triana pun berinisiatif untuk membuka sendiri pintu itu dan melangkah secara perlahan ke arah tempat tidur berukuran king size tersebut, dan mengulurkan tangan ke bahu kakaknya sambil sedikit mengguncang nya. "ekhem... kak, kak Edwin, bangun ini udah pagi...kak... kak Edwin... kak cepetan bangun, kak tolong anterin aku ke tokoh buku ya!....please" gadis berparas cantik dengan tubuh mungilnya itu memohon dengan tangannya didepan wajah kakaknya yang masih dengan muka bantalnya namun sudah memasang muka masam saat melihat Triana dengan gaya childisnya itu.

"diem bisa gak sih!, Gue masih ngantuk...,lagian ini jam brapa sih?, gue ngantuk, kenapa gak supir aja sih yang anterin...ato kamu sendiri aja kek yang pergi..." Dengan suara seraknya  edwin menjawab dengan dingin nya. Yah memang orangnya dingin sih

"Aku maunya kak Edwin aja yang anterin, bang Mamat belum datang anterin papa kekantor, lagian kakak kan gak jadi jalan sama kak Rina...." Terang Triana yang berusaha senyum walau gugup dan Berusaha akrab.

   

"Bisa diem gak tri, lagian kamu tahu apa soal rina...skarang kamu keluar dari kamar gue dan jangan pernah lancang mengetahui urusan pribadi orang." Teriak edwin sambil mendorong triana yang membuat Triana terlonjak kaget dan takut.

"Kak, bisa gak jangan teriak dan kenapa kak Edwin anggap Triana kayak orang asing,kenapa juga sih kak Edwin harus dingin dan kasar selama ini sama triana!..." Dengan mata berkaca-kaca Triana meluapkan perasaan nya yang tak nyaman selama dia tinggal di rumah keluarga tirinya itu.

Memang Triana merupakan anak yang di telantarkan dan dititip di sebuah panti asuhan oleh keluarga kandungnya yang merupakan keluarga yang kurang mampu untuk menghidupi nya.

pada saat triana berusia 10 tahun, Triana diadopsi oleh keluarga Ardiansyah.

Keluarga Ardiansyah merupakan keluarga kaya yang hanya memiliki satu anak laki-laki yang begitu pendiam dan dingin sehingga mereka mengadopsi anak perempuan yakni Triana.

Namun saat triana hendak kembali ke ruang tamu untuk mengambil novelnya dan berencana akan kembali ke kamarnya, namun belum sempat Triana melangkah.lengannya di tarik oleh edwin.

"Loh memang orang asing bagi gue dan Lo  skarang keluar dan jangan pernah brani masuk kamar gue lagi. Dan ingat satu hal ya tri, Lu itu cuman anak pungut yang bikin gue enek ngeliat loh." Edwin dengan kasarnya mendorong bahu Triana dan hampir membuat Triana  kehilangan keseimbangan kalo saja tidak memegang gagang balkon depan kamar Edwin dengan tatapan tajam Edwin membanting pintu dengan begitu kasar.

"Kenapa kak Edwin gak pernah berubah sih, aku selalu berusaha buat akrab dengan kak Edwin, tapi selalu saja begini endingnya kalo bicara dengan manusia es itu." Triana terus saja berbicara dengan dirinya saat berjalan ke kamarnya.

________________________________

 di tempat lain setelah membanting pintu Edwin kembali ke kasurnya dan menekuk kedua tangan di depan dadanya dengan muka yang begitu masam.

"Huft.....wanita menyebalkan, seenaknya bangunin orang, trus seenaknya ngatain orang kasarlah, dinginlah, seandainya Lo gak pernah masuk ke kehidupan keluarga gue, gak bakalan pernah gue berubah menjadi orang yang kejam sperti ini. Lagian ada bagusnya dari dulu gue udah bunuh loh Triana Ardina, Lo pantas mati."

Gerutu Edwin saat dia berdiri dan keluar menuju balkon kamarnya yang memperlihatkan pemandangan hiruk pikuk kota Jakarta saat masih pagi.

Di balik pintu terdengar suara mama Alya memanggil.

"Nak, bangun sarapannya udah siap, lagian ini udah jam 9 lewat loh kok gak bangun sih." Tanya mama Alya.

"Iya ma, nanti Edward turun,"

" Yaudah cepetan ya, keburu dingin ntar nasi goreng spesial nya"

"Gue harus rencanain sesuatu, buat nyingkirin perempuan sialan itu, gue udah enek ngeliat dia cari muka terus ke mama sama papa, dasar anak pungut." Edwin pun dengan cepat mengambil handuk yang di gantung di lemari.

__________________________

"Kak Edwin, kapan kakak bisa membuka hati kakak, sedikit aja, supaya aku bisa tahu bagaimana rasanya di sayang oleh seorang kakak, aku bingung kak," batin Triana.

Tring,...tring....tring....

Suara benda pipi tersebut membuyarkan lamunan triana, dengan gaya malas Triana berdiri dari meja riasnya dan mengambil benda pipi tersebut di atas nakas dekat tempat tidurnya.

"Lah, kok tumben Siska nelfon pagi-pagi!, Bukanya dia kerja ya?,"

"Hallo sis,?"

"Triana my best friend, lagi apa loh, gue ada kabar gembira buat loh ni."

"Aku sih rencana mau ke toko buku, kabar apa sis?,"

"Gue punya lowongan buat loh, loh mau gak tri?,"

"Ha, kamu serius sis?"

"Iya, lu mau gak jadi sekretaris bos gue?, Dia lagi butuh banget nih, kan kasihan tuh S1 loh."

"What?, Kamu serius aku jadi sekretaris?,"

Dengan gembira Triana meloncat-loncat di depan meja rias nya

"Iya serius, tapi cuman 6 bulan, soalnya sekretaris lamanya sedang cuti sakit gara- kecelakaan."

"Boleh deh, tapi kalo boleh tahu, aku kerjanya kapan?"

"Esok,...."

"What esok, gue belum buat Persiapan nih sis, gimana dong?,"

"Triana Ardina, bisa gak jangan potong pembicaraan gue, kok gue jadi kesel..."

"Ya maaf sis, aku terlalu bersemangat jadi gak sabaran."

"Iya deh mba sekretaris, maksud gue kamu masuk kerja esok lusa, karna CEO nya di ganti sama anaknya, jadi kantor kita akan ada CEO baru, sekaligus sekretaris baru, ngerti gak mba?,"

"Iya deh Siska admajaya, tapi tolong ya aku bukan mba-mba."

"Ya udah esok gue libur, jadi gue bakalan nemenin lu buat lengkapi perlengkapan kerja loh, ok bye-bye beb, muach"

Tut,...Tut...Tut.

"Hadeh dasar Siska kebiasaan, selalu saja matiin telfon sepihak," Triana menghela nafas panjang.

"Nak, ayo keluar sarapan dulu,.."

"Iya ma," dengan terkejut sekaligus bingung, karena Triana keluar dari kamarnya dengan riang, namun sudah berdandan dengan begitu cantiknya yang membuat mama Alya pun bertanya-tanya.

"Nak, kamu mau kemana sih!, Ini masih pagi loh," mama alyapun menatap Triana dari ujung kaki hingga ujung kepala, dengan tangan yang di silangkan di depan dada.

"Aku mau ke toko buku ma, mau beli beberapa novel terbaru, ada yang baru rilis soalnya." Jawab Triana dengan menggandeng lengan mama Alya.

"Em, yaudah sarapan dulu sama kakak kamu gih, biar mama bilang ke Edwin buat anterin kamu." Terang mama saat mereka menuruni anak tangga.

Sesampai di meja makan mama Alya mengambilkan piring dan nasi goreng kepada triana dan Edwin menatap Triana dengan begitu tajam seakan-akan dapat membunuhnya saat itu juga dengan tatapan dinginnya.

"Edwin, kamu anterin Triana ya ke toko buku, skalian mampir ke supermarket buat beli buah ya, sama,..."

"Gak ma, Edwin ada kerjaan di kantor,..."

Potong Edwin yang membuat Triana menunduk karena mendapat tatapan tajam dari Edwin.

Edwin pun langsung membanting sendok yang di pegangnya di atas piring yang masih ada sisa makanan, dan mengambil tas kantor dan langsung meninggalkan meja makan itu.

"Edwin, Edwin....kamu belum selesai sarapan, Edwin...."

Panggil mama Alya yang tak di hiraukan oleh edwin yang sudah menghilang di balik pintu ruang tamu.

"Ma, biar Triana aja yang pergi sendiri, lagian kak Edwin sibuk." Jelas Triana, yang membuat mama Alya memeluknya.

"Kasihan kamu tri, kamu slalu di pojokin kakak kamu, mama gak tega ngeliat kamu gak di anggap oleh edwin." Dengan lembut mama Alya mengelus rambut Triana.

" Aku udah biasa kok ma, mungkin karena kak Edwin sibuk aja, jadi kak Edwin gak pernah suka kalo Triana ganggu."

次の章へ