webnovel

Chapter 2

Ilona menarik napas dalam-dalam sebelum membuka suara kembali, menatap Delvin yang juga tengah menatap matanya sangat lekat. "Sekarang kita adalah dua orang yang berubah status menjadi orang asing. Jaga diri kamu baik-baik, semoga bahagia selalu bersambut," ucap Ilona dengan tegar.

Ilona membalikkan badan. Memilih untuk melangkahkan kaki dan berusaha lapang dada atas semua hal yang terjadi, dan kali ini ia berusaha untuk benar-benar ikhlas meski dada terhimpit sesak, sebab kenangan yang masih terasa membekas. Semoga hati cukup mampu menjalani hari tanpa satu suara atau racauan dari seseorang Delvin.

Delvin meraupi wajahnya secara kasar. "Ilona!" teriak merasa frustasi. Hancur sudah semua hal yang diimpikan, bahkan dengan cara yang tak pernah ia duga sebelumnya, dan entah bagaimana kisah hidup akan tetap bisa berlanjut tanpa hadir wanita tersebut.

Ilona membalikkan badan dan diam di tempat saat mendengar teriakan Delvin memanggil namanya. memberikan seulas senyum tipis yang tercetak pada wajah yang masih saja dibanjiri oleh air mata. Menekan rasa nyeri yang kian menjalar di dalam hati. "Aku ikhlas Delvin! Sungguh! Asal jaminannya adalah meliihat kamu bahagia, meski suatu saat nanti bukan lagi bersama ... aku," gumam Ilona sembari menitikkan air mata.

Ilona melihat Delvin ikut meneteskan air mata, yah lelaki itu menangis. Bukankah semua ini adalah kemauan yang dipilih, lalu mengapa ikut hancur juga seperti dirinya saat ini.

Di tempat ini. Banyak sekali pohon-pohon yang menjulang sangat tinggi dengan ranting bergesekan satu sama lain kala angin bertiup kencang, daun berguguran menandakan masa pengabdian pada ranting telah habis.

Ilona dan Delvin berdiri pada jarak yang cukup jauh. Coba lihat, bahkan bukan hubungan mereka saja yang berjarak seperti ini, melainkan posisi mereka saja sudah berjauhan.

"Seharusnya kamu gak perlu untuk menangis, Vin."

"Seharusnya kamu merasa bahagia dengan semua keputusan ini."

"Bukankah semua hal yang terjadi di antara kita, karena kamu yang tidak bisa mempertahankan?"

Ilona menatap wajah Delvin lekat-lekat dari kejauhan, mengingat kali ini akan menjadi kisah terakhir untuk mereka berdua, sekaligus menjadi pertemuan yang tak akan pernah lagi terulang kembali, terkecuali ketika takdir dan semesta mengizinkan mereka untuk kembali bersitatap.

Dirasa sudah cukup puas untuk memandang wajah Delvin, kini Ilona membalikkan badan dan tersenyum penuh kesakitan untuk kemudian berjalan menjauh dari tempat tersebut.

Delvin menatap Ilona dengan miris dari kejauhan, ya hanya dari jarak yang tak pernah ia inginkan. "Semoga hati kamu dan aku bisa segera menyambut kata ikhlas!"

Delvin terduduk di atas tanah. Berdiri saja dirasa tak cukup mampu, dan badan terasa lemas tak berdaya sama sekali. Menatap riak air yang ada di hadapannya, sangat tenang dan tak pernah berniat untuk melawan arus sama sekali. Tunduk dengan arah yang sudah ditentukan untuk kemudian akan kembali berakhir menuju hilir.

Ilona segera menghampiri mobil mewah yang ia gunakan. Ingin rasanya untuk cepat-cepat pulang menuju rumah dan kamar yang menjadi tempat paling setia untuk menyimpan semua kisah hidupnya.

Ilona mulai menjalankan mesin mobil dan pergi melesat untuk menjauh pada tempat yang sudah mengukirkan kenangan buruk selama kisah hidupnya.

Fokus dengan kendaraan yang ia naiki saat ini, meski terkadang mata mengembun sendiri dan membuat buram pemandangan. Tangan Ilona kini menyentuh dashboard mobil dan mulai menyalakan musik yang sekiranya membuat tenang hati yang tengah patah.

Lagu mulai mengalun dengan sangat merdu pada pendengaran Ilona, terlalu terbuai dengan lagu dan kurang fokus pada rambu lalu lintas membuatnya tidak menyadari jika keadaan sedang lampu merah, dan kecelakaan tak bisa ia elak sama sekali.

Bruk!

Mobil Ilona tertabrak dengan truk besar yang tengah lewat dari arah yang berbeda. Terguling dan terbentur pembatas jalan membuat bentuknya sudah lagi tidak karuan.

"Tuhan! Kenapa ini?" tanya Ilona di dalam hati. Ia masih berada di dalam kesadaran, meski seluruh tubuh merasakan kesakitan yang tak karuan sama sekali. Darah segar keluar di berbagai tempat pada badan Ilona.

Ilona kini terasa di penghujung nyawa. Semua badan tak bisa digerakkan sama sekali, dan bau anyir kini mengisi sebagian besar indra penciumannya.

Di luar mobil, semua orang berteriak heboh karena terjadi kecelakaan yang sangat fatal. Melibatkan mobil truk dan sedan yang saling bertubrukan cukup keras, tapi yang membuat mereka semua merinding adalah keadaan mobil yang dikendarai oleh Ilona sudah lagi tak berbentuk sebab menabrak pembatas jalan.

Keadaan mobil Ilona saat ini berada di posisi yang terbalik. Kaca-kaca pecah, juga badan kendaraan yang sudah penyok di semua sisi. Kepala perempuan itu berada di bawah dengan darah mengalir deras pada mulut, serta hidung.

Semua orang yang menyaksikan kecelakaan yang tak terelakkan itu merinding ketakutan. Bagaimana tidak? Darah dari pengendara di dalam mobil itu bahkan sudah tercecer hingga keluar menuju jalanan. Mereka semua tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada orang yang ada di dalam sana. Apa masih hidup ataukah meninggal di tempat?

"Tuhan! Cepet panggil polisi!" teriak salah satu orang yang merupakan saksi mata atas kecelakaan dari Ilona.

Di antara semua orang yang ada di tempat kejadian belum ada sama sekali yang berani membantu Ilona untuk keluar, atau sekedar memastikan keadaannya yang kini sudah tak sadarkan diri dengan beberapa bagian tubuh terluka dan terus mengeluarkan darah segar.

Semua orang itu hanya saling berbisik-bisik satu sama lain, dan sebagian ada yang mengambil foto atau juga video untuk dibagikan ke sosial media milik mereka masing-masing.

"Kira-kira dia baik-baik aja gak yah?"

"Itu ada darah keluar dari mobil itu!"

"Tuhan! Semoga gak ada hal buruk untuk orang itu!"

"Halah! Lagian udah tau lampu merah, malah tablas aja. Rasain 'kan!"

Banyak sekali ucapan yang keluar dari mulut orang-orang tersebut. Ada kalimat iba, dan ada kalimat menyalahkan kecerobohan. Sementara Ilona sendiri sudah tidak berdaya di dalam sana, ia merasa jika ajal kini sudah sangat dekat.

Para polisi sudah datang di tempat kejadian, mereka dengan cepat memasang garis berwarna kuning di sekitar tempat kejadian. Tenaga medis juga ikut datang untuk membantu mengeluarkan wanita yang masih terjebak dalam kendaraan itu, darah tercecer kemana-mana.

"Tuhan! Banyak sekali darahnya. Cepat bawa dia ke dalam mobil ambulance, agar dia tidak kehilangan banyak darah karena itu akan berakibat sangat fatal!" teriak salah satu petugas medis yang ikut membantu mengeluarkan Ilona. Sudah tidak sadarkan diri dengan keadaan terjepit pada badan mobil itu.

Dengan gerakan yang hati-hati mereka semua bergotong royong untuk mengeluarkan tubuh Ilona dari jepitan kendaraan yang kini sudah tidak lagi karuan bentuknya. "Oh, Tuhan!" teriak salah satu dari mereka.

次の章へ