"Maafkan aku ya kak", ujar Xena pelan di dalam mobil yang melaju menuju ke rumahnya.
"Kenapa?", tanya Pras tak mengerti.
"Maafkan aku yang tadi bilang kamu pacarku kak", ujar Xena hati-hati sambil memperhatikan ekspresi muka Pras yang sedang menyetir.
"Astaga Xena, aku kira apa. Aku juga suka kok kamu bilang pacar kamu", ujar Pras tersenyum.
Mobil Pras berhenti saat lampu lalu lintas menyala merah. Pras lalu mengambil tangan Xena yang ada dipangkuan nya lalu mencium tangan Xena.
"Aku berharap, aku benar-benar menjadi pacar kamu", ujar Pras sambil menatap mata Xena dalam dan pernuh arti.
"Kak", ujar Xena ragu dan kemudian tampak Pras melepaskan pegangannya karena lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.
"Xena, aku ngga akan memaksa. Pikirkanlah. Aku siap menunggu jawabanmu", ujar Pras tersenyum. Xena membalas senyum manis Pras lalu menyetuh pipi Pras lembut.
"Beri aku waktu ya kak", ujar Xena.
"Iya sayang", jawab Pras lembut.
Tak terasa mobil sudah memasuki pekarangan rumah Nathan Utomo.
"Kakak mau masuk dulu?", tanya Xena.
"Iyalah, aku harus pamit dengan orang tua mu, aku kan sudah membawamu seharian ini", ujar Pras lalu kemudian keluar dari mobil.
Xena lalu keluar juga dari mobil setelah pintu dibukakan oleh Pras. Memasuki ruang tamu, tampak rumah dalam keadaan sepi. Pras lalu duduk di sofa di ruang tamu. Xena masuk ke dalam rumah tak lama muncul Nathan menemui Pras.
"Malam sekali kalian pulang", tanya Nathan saat dia duduk di depan Pras.
"Maaf om, tadi sempat kumpul sama kawan-kawan Xena om. Jadi lupa waktu", ujar Pras menjelaskan.
"Ngga apa si mumpung hari Sabtu, waktunya kalian bersenang-senang. Ini si Xavier aja belum pulang, palingan lagi sama Luna", ujar Nathan tersenyum.
"Waduh ternyata ada yang lebih malam dari kami", ujar Pras tersenyum lega.
Xena datang membawakan dua cangkir teh manis lalu menaruhnya di depan Nathan dan di depan Pras.
"Minum dulu kak", ujar Xena kepada Pras yang langsung mengambil cangkir tehnya.
"Mommy mana Dad?", tanya Xena.
"Lagi ke rumah sebelah. Madeline katanya mau merayakan ulangtahun jadi minta Mommy kamu atur acaranya", ujar Nathan.
"Serius Dad? Uda umur ke berapa ya?", tanya Xena tertawa geli.
"Hus jangan sampai terdengar Mommy, bisa ngamuk dia", ujar Nathan.
"Siapa Madeline?", tanya Pras.
"Madeline tuh kakak sepupu aku. Mamanya dengan Mommy aku kakak adik", ujar Xena menjelaskan.
"Aku susul deh Mommy kamu, kalo ngga pasti ngga pulang-pulang", ujar Nathan sambil memasukkan tangannya ke kantong celana pendeknya lalu berjalan keluar rumah menuju ke rumah mertuanya di sebelah.
"Kamu mau kenalan dengan kakak Madeline kak? Ayo kita ikutin Daddy ke rumah sebelah", ujar Xena menarik tangan Pras.
"Ngga usah Xena, tak enak datang ke rumah orang malam-malam", tolak Pras halus.
Xena merapatkan alisnya, "Lah kamu ke sini aja dari kemaren malam-malam terus kak" ujar Xena.
"Kan kalo ke sini aku ke rumah pacar, Xena", ujar Pras menggoda. Reflek Xena mencubit lengan Pras dan Pras meringis kesakitan.
"Eh maaf kak, kebiasaan sama kak Xavier, dia kalau menggoda aku pasti aku cubit lengannya", ujar Xena menyesal sambil mengelus lengan Pras di tempat bekas cubitannya.
"Hahaha ... Kamu mudah ditipu ya sayang", goda Pras lagi.
"Kamu ya kak. Menyebalkan juga rupanya", ujar Xena sambil memukul lengan Pras. Pras lalu menangkap tangan Xena lalu menggenggam nya erat.
"Jadilah pacarku ya", ujar Pras lembut. Xena mengangguk dan Pras lalu menarik Xena ke dalam pelukannya.
"Makasih ya sayang", ujar Pras riang.
"Sudah malam kak, istirahat lah. Aku juga sudah memgantuk", ujar Xena melepaskan pelukan Pras.
"Satu jam lagi ya. Aku masih ingin bersama kamu. Lagian om Nathan juga masih di rumah sebelah, ngga enak kalo aku main pulang aja", ujar Pras memelas.
"Ya sudah", ujar Xena mengalah.
Xena membuka HP nya lalu membuka Aplikasi Y Tube dan melihat video lucu-lucu. Pras merapatkan duduknya dan Xena memperlihatkan Pras juga apa yang sedang ia tonton. Mereka bercanda ria bersama sampai tak terasa waktu sudah lebih malam lagi.
Xavier muncul di pintu rumah lalu tersenyum melihat Xena yang sedang duduk merapat dengan Pras.
"Daddy sama Mommy mana Xena?", tegur Xavier. Xena dan Pras berbarengan melihat ke arah suara. Xena lalu bangun mendeket ke arah Xavier.
"Ke rumab sebelah, kamu pulang sendiri kak?", tanya Xena sambil kepalanya celingukan melihat ke arah luar rumah.
"Iyalah. Masa Luna mau aku bawa pulang ke sini, bisa dilaporin menculik anak orang nanti", ujar Xavier cuek.
"Kalian Uda malam masih pacaran aja", goda Xavier.
"Ini mau pulang kok", ujar Pras langsung bangun dari duduknya. Xena cemberut menatap kakaknya.
"Eh Pras, aku becanda lagi. Mau nginep juga ngga apa kok, tapi yang pasti ngga mungkin sekamar sama Xena", goda Xavier lagi.
"Ha-ha-ha, ngga kok. Lagian Xena juga katanya sudah mengantuk, jadi lebih baik aku pulang. Salam sama om dan Tante ya soalnya mereka di rumah sebelah dari tadi", ujar Pras tersenyum lalu ia menyentuh pipi Xena yang cemberut.
"Uda, nanti aku sampai rumah aku telepon kamu ya", ujar Pras.
Setelah melihat senyum Xena, ia lalu keluar dari rumah menuju ke arah mobilnya. Xavier berdiri mendekati Xena yang berdiri tepat di pintu masuk.
"Daddy tumben mau ke rumah sebelah. Ada apa?", tanya Xavier.
"Kak Madeline mau merayakan ulangtahun nya kak. Mommy disuruh urus acaranya", ujar Xena terkikik.
Xena melambai ke arah Pras yang kemudian melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah Nathan Utomo. Xavier berbalik diikuti Xena yang langsung menutup pintunya.
"Aku malas akh ikut Pesta nya Madeline. Ntar kaya beberapa tahun lalu, aku disuruh pura-pura jadi pacarnya agar dia bisa membanggakan diri ke teman-teman nya. Akhirnya dia juga yang bilang ke teman-teman nya aku sepupunya. Ngga jelas tuh orang", dumel Xavier.
"Kak, tadi aku lihat Adrian dan pacarnya di bioskop", ujar Xena lemah.
Xavier berhenti dan kemudian berbalik menghadap ke arah Xena. Xavier mengangkat dagu Xena yang tertunduk, ia melihat mata adiknya mulai ada cairan bening melingkupinya. Xavier lalu menarik adiknya ke dalam pelukannya. Xena lalu kembali menangis.
"Menangislah Xena lalu lupakan. Pria seperti itu tak pantas kamu tangisi", ujar Xavier dengan menahan amarahnya.
"Aku sudah merelakan kok kak", ujar Xena kemudian setelah beberapa saat. Xavier diam lalu melepaskan pelukannya. Ia melihat ke arah mata Xena dalam dan Xena tersenyum.
"Beneran kak. Kak Pras minta aku jadi pacarnya dan aku mau kak", ujar Xena.
"Baguslah. Pras kelihatannya Pria yang baik dan bertanggung jawab. Apa aku bilang kemarin kan. Jodoh kamu tuh Pras", goda Xavier sambil mencubit pelan hidung Xena.
"Seharian bersama dia, aku nyaman kak. Tapi jangan bilang apa-apa sama Daddy dan Mommy ya kak", pinta Xena.
"Iya. Ya Uda kamu istirahat dulu sana, bentar lagi Pras bakalan telepon kamu kan. Uda di charge belum HP mu", ujar Xavier menggoda.
"Oh iya. Makasih ya kak", ujar Xena mencium pipi kakaknya lembut lalu berlari naik kekamarnya.
Xavier tersenyum melihat adiknya naik ke kamarnya lalu ia mengeluarkan HP dari kantong celananya lalu membuat panggilan telepon.
"Halo om Jason. Kalo ngga salah Surabaya perlu tenaga IT kan ya? Pindahkan Adrian ke Surabaya om, bagaimanapun caranya. Kalau ngga mau, pecat saja cari segala alasan untuk memecatnya", ujar Xavier tegas lalu menutup teleponnya dan kemudian dia berjalan masuk ke arah kamarnya.