"Xavier apa kamu uda bisa masuk ke kantor Daddy? Kamu tinggal tunggu skripsi doang kan?", tanya Nathan sore itu saat sedang duduk santai di ruang keluarga.
"Boleh Dad, tapi aku mulai dari bawah aja ya Dad, aku ngga mau langsung jadi CEO kan aku belum tau seluk beluknya bisnis", ujar Xavier menjawab Nathan.
"Ih GR amat. Iyalah, kamu mulai dari karyawan bawah dulu dan jangan lupa, ngga boleh bilang kamu anak Daddy. Daddy ngga mau ada perlakuan istimewa walaupun kamu anak Daddy. Daddy mau kamu bisa survive walaupun tanpa nama Daddy", ujar Nathan tegas.
Adelia memberikan secangkir teh kepada Nathan yang langsung menyeruput nya. Adelia duduk disamping Nathan sambil membuka majalah wanita.
"Kalau kamu mau, besok kamu interview dulu sama personalia, dia sudah tau kamu siapa tapi itu formalitas aja. Dia sudah Daddy larang kasih tau identitas asli kamu. Jadi kamu bisa mulai sebagai Staff IT mulai Minggu depan", ujar Nathan lagi sambil menaruh cangkir tehnya di atas meja.
"Ok Dad, aku nanti segera buat lamaran kerjanya. Besok aku bawa langsung menghadap personalia WD", ujar Xavier bersemangat.
"Ingat ya, harus kerja keras. Biar kamu lebih bisa menghargai hasilnya", ujar Nathan menasehati.
"Iya Daddy. Aku ke kamar dulu ya, biar aku siapkan berkas-berkas aku", ujar Xavier dan setelah melihat anggukan kepala Nathan lalu ia berjalan ke arah kamarnya.
Sementara Nathan melihat sekeliling dan tidak menemukan sosok anak bungsunya.
"Kemana si Xena mom? Kok aku ngga lihat dia", ujar Nathan kepada Adelia yang duduk di sampingnya.
"Ada di kamarnya, uda pulang dari tadi kok Dad", ujar Adelia singkat.
"Kamu pasti kasih pinjam mobil ke dia kan?", ujar Nathan menyelidik.
"Mobil .. eh itu .. aku juga ngga ke mana-mana kok hari ini sayang", ujar Adelia gugup.
Nathan meraih muka istrinya lalu memandang tegas ke arah mata Adelia yang lalu menjadi salah tingkah.
"Tadi pagi aku bilang apa, kalau kamu kasih, kamu juga akan aku hukum", ujar Nathan lalu mencium bibir Adelia.
"Maaf sayang, kan kasihan kalo dia berdesak naik bis atau naik taxi sayang. Aku juga ngga kemana-mana kok", bela Adelia.
"Adel, kan aku sudah bilang jangan kasih dia mobil. Anak itu makin nakal sekarang. Kemaren Daddy dapat pemberitahuan dia kena tilang elektronik gara-gara melanggar lampu merah. Kalau sampai kenapa-kenapa karena melanggar peraturan lalu lintas gimana?", ujar Nathan kesal. Adelia lalu menggelayut manja di lengan suaminya.
"Maaf sayang", ujar Adelia menyesal.
"Mobil kamu juga aku ambil", ujar Nathan tegas.
"Ya sayang, nanti aku kerja gimana? Besok aku ada klient, Andika ngga bisa gantiin, soalnya Yuni masih sakit. Itu Yuni lagi hamil anaknya yang ke tiga sayang. Semoga aja kehamilan kali ini bisa dia pertahankan", ujar Adelia merajuk.
"Salah kamu sendiri kenapa ngelanggar perintah aku", ujar Nathan sambil berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
"Sayang .... ", Adelia memanggil Nathan lalu berjalan mengikuti nya menuju ke kamar.
Malamnya saat sedang makan malam bersama, seperti biasa keluarga kecil itu berkumpul di meja makan. Sudah peraturan baku Nathan, saat makan malam, anak-anak dan istrinya harus ada di meja makan walau hanya makan sedikit mereka harus hadir makan bersama.
Nathan duduk di ujung meja makan, tempat biasa dia duduk layaknya raja dalam keluarga. Adelia disisi kanannya dan Xavier duduk disisi kirinya serta Xena duduk disamping Xavier.
"Xena, kamu melanggar perintah Daddy kan? Kamu bawa mobil Mommy?", ujar Nathan.
"Maaf Dad, abisnya Xena kan sudah terlanjur janji Dad", ujar Xena minta maaf.
"Iya kalo kamu melanggar lagi gimana? Bukan masalah tilangnya, kalo kamu melanggar peraturan lalu lintas bisa bahaya untukmu", ujar Nathan kesal.
"Maaf Daddy. Xena ngga akan melanggar lagi. Waktu itu melanggar karena perut Xena sudah sakit banget Daddy. Beneran deh Xena ngga bohong", ujar Xena memelas.
"Kenapa ngga berhenti dulu kaya di mall kan bisa. Kamu alasan saja", ujar Nathan makin kesal. Adelia menyentuh tangan suaminya.
"Sayang, kan Xena uda minta maaf, dia uda tau kok kesalahan dia. Maaf kan ya sayang", ujar Adelia lembut. Xavier yang berada disamping Xena meledek adiknya. Xena mencubitnya di lengan Xavier hingga Xavier berteriak.
"Xena, sakit tau", jerit Xavier.
"Xena, kok hak paten Mommy kamu ambil", ujar Nathan.
"Oh kamu juga mau aku cubit lagi?", ujar Adelia kesal digoda suaminya.
"Hahaha .. Maaf sayang", tawa Nathan diikuti cekikikan Xena dan Xavier menggoda Adelia.
"Kalian ya", kesal Adelia.
"Sayang, mobil kamu aku mau ganti. Itu Uda lama kan? Kamu ngga mau ganti-ganti. Sekarang harus ganti, mobil kamu itu uda tua", ujar Nathan tegas.
"Ya udahlah, aku juga uda mulai ngga nyaman sama mobil itu", ujar Adelia pasrah. Nathan tersenyum puas lalu mengambil telepon nya.
"Jason, jadi ya kamu pesan mobil yang kemaren saya kasih liat kamu. Pesankan warna merah kesukaan Adel", ujar Nathan tersenyum lalu menutup teleponnya.
"Kamu sengaja kan biar aku ganti mobil", ujar Adelia kesal.
"Memang", ujar Nathan. Tak lama cubitan Adelia mendarat dengan mulus di pinggang Nathan.
"Ampun sayang", ujar Nathan meringis dan diikuti senyuman menggoda Xavier dan Xena. Kedua anaknya tidak ada yang berani menertawakan Nathan karena fatal akibatnya kalo Daddy mereka marah.
"Aku ganti juga dong Daddy", ujar Xena manja.
"Enak saja. Kamu pake sepeda aja", ujar Xavier menggoda.
"Kamu aja kak yang pake rakit buat ke kuliah", ujar Xena membalas.
"Oh iya, Xavier jangan lupa ya besok kamu ada interview sama bagian personalia", ujar Nathan sebelum bangun dari duduknya dan menuju ke kamarnya.
"Iya Dad", jawab singkat Xavier lalu dia juga berjalan ke kamarnya. Xena dengan cueknya juga berjalan ke arah kamarnya sementara Adelia dan seorang pelayan membereskan semua piring kotor bekas makan mereka. Setelah selesai, Adelia menyusul suaminya masuk ke kamar untuk istirahat.