Adelia sedang asyik bermain game di HP nya namun tiba-tiba ada panggilan masuk ke HP nya. Nama yang tertera adalah nama Andika, melihat itu nafasnya agak tertahan, kemudian ia berusaha menenangkan diri baru mengangkat panggilan masuk tsb.
"Halo bos, kenapa?", tanyanya ramah. Lama tak terdengar suara dari seberang telepon, hanya keheningan saja.
"Halo, Andika? Kamu ngga sengaja kepencet ya HP nya kok ngga ngomong?", kembali Adelia bertanya.
"Del ... aku Uda ngga sanggup lagi", ujar lirih Andika diseberang setelah Adelia menunggu lama. "Kenapa lagi?", tanya Adelia lembut.
"Adel, aku ngga bisa bohongi hatiku .... hiks... aku sungguh ... hiks ... sayang ... hiks sama ... kamu", ujar Andika terbata-bata.
"Kamu mabuk?", tanya Adelia khawatir.
"Saya. .. hiks ... ngga mabuk ... Hiks ... saya hanya .... hiks.... meminum 3 gelas wiski saja kok. ....hiks untuk menghilangkan kesedihan saya", ujar Andika lagi.
"Kamu mabuk. Ada dimana kamu sekarang? Apa Naomi ada bersama kamu?", tanya Adelia lagi.
Tak lama sambungan telepon terputus. Adelia mencoba memanggil kembali no telepon Andika tapi terhubung dengan mail box.
Saat ia akan berdiri, Nathan masuk ke dalam ruangan. Adelia lalu menghambur ke arahnya.
"Sayang, kamu masih sibuk kan? Aku ke kantor sebentar ya", ujar Adelia panik.
"Ada apa?", tanya Nathan tenang.
"Aku sudah bisa pergi, masalahku sudah teratasi", ujar Nathan sambil tersenyum.
"Ayo bantu Andika, dia mabuk seperti nya. Dia tidak pernah mabuk sebelumnya, pasti ada sesuatu dengan Naomi dan Andika", ujar Adelia sambil berlinang air mata. Terlihat ke khawatiran dimatanya, dan itu sungguh membuat Nathan cemburu.
"Biarkan dia melakukan sesukanya, kamu Uda ngga usa ikut campur lagi. Cukup kamu telpon Naomi, suruh dia yang selesaikan. Kalo ngga mereka ngga akan dewasa", ujar Nathan dengan nada jengkel.
"Tapi aku harus ikut campur, mereka sudah seperti saudara untukku", ujar Adelia melepaskan pegangan tangannya dengan kesal.
"Ya Uda kalau kamu ngga mau ikut, aku pergi sendiri, lagian mobil aku juga masih ada diparkiran sini", ujar Adelia sambil akan beranjak pergi.
Nathan menahan tangan Adelia, "Bisa ngga ya kamu nurut aku?. Ya sudah, kali ini aku antarkan. Kamu mau kemana?", ujar Nathan kemudian menyerah.
Percuma berdebat dengan Adelia kalau mengenai Andika, hanya membuang waktu saja. Kemudian kedua orang ini bergegas pergi menuju ke parkiran mobil. Nathan berjalan dengan selalu menjaga Adelia karena wanita ini kelihatan sibuk dengan HP nya mencoba menelpon Andika maupun Naomi namun keduanya seperti tidak ada yang mau ditemukan.
Nathan meletakkan tangannya dibahu istrinya dan sepanjang jalan karyawannya memperhatikan mereka dengan pandangan iri melihat kemesraan mereka.
Padahal Nathan sedang ngedumel dalam hatinya karena kesal pada Andika yang selalu mencari istrinya. Setelah sampai di depan mobilnya, Adelia cemberut melihat mobilnya mulai kotor karena debu, lalu ia menatap suaminya sambil menyerahkan kunci mobil nya.
"Mana aku tau mobil kamu ada disini, kan aku juga ada di RS bareng kamu. Ya Uda nanti pulang kita masuk ke car wash aja", ujar Nathan sambil mengangkat bahunya.
Dia sudah mengerti setiap tatapan istrinya jadi tanpa berbicarapun Nathan tahu maksud istrinya. Tak lama mobil pergi meninggalkan halaman parkir gedung perkantoran itu menuju ke kantor Adelia yang terletak agak kepinggiran kota.