Leonna, Datan, Chella dan Leon sudah merancang rencana. Bahkan Vinopun ikut andil dalam mengumpulkan bukti untuk meyakinkan Verrel.
Siang itu, Zarim dan para konconya sampai di gudang kesenian sesuai rencana Leon tadi pagi. Mereka tengah menunggu kedatangan Leon.
"Bodoh!" cibir Leon yang berdiri di sudut ruangan yang cukup tersembunyi seraya menarik tali yang berada di dekatnya, hingga seketika itu juga kain putih jatuh mengenai tubuh mereka berenam. Ke enam wanita itu berteriak karena ketakutan.
Leon, bersama Datan, Vino, Leonna dan Chella segera mengikat tubuh mereka semua. Berkali-kali mereka berontak, tetapi tak mampu melawan kelima orang itu. Hingga akhirnya mereka berenam terikat.
"Apa ini Leon?" teriak Zarim sangat emosi. Ternyata Leon menipunya.
"Kalian benar-benar picik!" amuk Leonna. "Apa yang kalian lakukan di belakang gue? Apa yang kalian rencanakan dengan Martin?"
"Gue gak berbuat apapun! lepaskan kami!" teriak Zarim.
"Heh Zara imitasi, loe pikir kita ini bego apa. Gue tau kalau kalian semua bersekongkol dengan Martin." ucap Datan.
"Katakan sekarang juga yang sebenarnya, Zara." pekik Leon.
"Aku gak melakukan apapun Leon, sungguh." ucap Zara dengan tangisannya. Ia menampilkan wajah memelasnya pada Leon. "tolong lepaskan aku."
"Astoge, susah memang dengan cara baik-baik. Ayo kita keluar, biarkan kesayangan gue yang bertindak." ucap Datan.
Keenam wanita itu bertanya-tanya apa yang di maksud Datan dengan kesayangannya itu. Datan yang baru saja keluar, dan kembali lagi ke dalam dengan membawa keranjang panjang berukuran 2 meter. Leon dan Vino membantu Datan membawanya, Leonna dan Chella sudah menunggu di dekat pintu. "Kalian tidak mau jujur kan." Datan membuka penutup keranjang itu. "ayo boy, saatnya makan siang."
"Arrghhhh Buaya!!" pekik Keenam wanita itu saat seekor buaya besar keluar dari keranjang itu.
"Demi kalian, gue terpaksa harus membawa conel kesini." ucap Datan. "ayo boy makan siangmu sangat lezat-lezat." Datan menepuk moncong buaya itu yang menatap tajam pada keenam mangsa di depannya.
"Buayaaaaaa!! Tolongg," teriak keenam wanita itu. Datan beranjak pergi menghampiri yang lain di dekat pintu. "Tolooongggg jauhkan buaya ini!"
"Sayang sekali Zarim, tapi Conel sepertinya menyukai kalian." kekeh Datan.
Conel berjalan mendekati mereka semua, dan seketika membuka moncongnya lebar-lebar. "Aaaarrghhhhhhh!!" Datan tertawa puas melihatnya.
"Ini gak akan bahaya?" Tanya Chella.
"Kagak Lonja, si conel kagak demen yang imitasi. Dia itu buaya paling iseng." kekeh Datan.
"Syukurlah, isengnya mirip sama bapaknya." kekeh Chella.
Vino tanpa malu merangkul pundak Chella membuat Chella tersenyum senang ke arah Vino.
"Lahap aja deh tuh bulet bulet sama si conel, greget gue." Leonna sangat kesal.
"Tolongg, pleaseee jauhkan buaya ini." tangis keenamnya pecah.
Apalagi conel menyentuhkan moncongnya ke kaki mereka semakin membuat mereka berteriak histeris. "Oke Leonna. Kita ngaku salah." teriak Zarim.
"Kita di bayar pak Martin." teriak Sally yang merupakan teman Zarim.
"Dosen cabul brengsek!" Leonna mengepalkan kedua tangannya.
"Loe harus bersaksi sekarang, di depan rekaman ini. Katakan yang sebenarnya." keenamnya serempak mengangguk dengan ekspresi ketakutan. "Oke boy, cukup bermainnya. Sekarang kita pulang dan bertemu Daddy gator." Conelpun menurut dan berbalik kembali memasuki keranjang panjang itu.
"Oke mulai," Chella merekam mereka berenam menggunakan handycam miliknya.
"Kami memang kesal karena Leonna memenangkan acara battle dance itu. Saat aku sedang memaki Leonna, Pak Martin datang. Dia menawarkan diri untuk membantu kami menghancurkan Leonna. Ide taruhan itu juga ide dia dan meminta kami untuk merekamnya." jelas Zarim.
"Dia juga membayar kami dan pak Samsul untuk mengatakan ke suami Leonna kalau kalian sering menghabiskan waktu berdua, kalian sering diam diam bercumbu di dalam ruangan pak Martin." jelas Sally.
Kamu menjijikan.....
Kamu senang menggilir tubuhmu untuk pria lain.
Leonna tau sekarang, kenapa Verrel mengatakan itu.
"Dan kami membantu pak Martin untuk menculik Leonna sore itu. Kami membius Leonna hingga dia pingsan dan membawanya ke apartement pak Martin. Dan kami juga yang memotret kalian berdua." tambah Ana.
"Sialan!" Amuk Leonna dengan tangisnya.
Leonna beranjak pergi meninggalkan gudang itu. Leon segera mengejar Leonna, begitupun yang lain meninggalkan Zarim dan para konco bersama Conel yang kandangnya belum di tutup.
"Leonna tunggu," teriak Leon mengejar Leonna.
"Princes, jangan gegabah." teriak Vino.
Leonna tak mendengar mereka dan terus berlari hingga di depan kampus dia menyetop sebuah taxi.
"Leonna!" teriak Leon dan segera menyusulnya menggunakan mobil. Datan hendak ikut mengejar, tetapi di tahan Vino.
"Sudah ada Leon, sekarang kita bereskan si Zarim dan bawa kembali conel. Sebelum ada yang tau, dan bisa membahayakan kita." ucap Vino. "Chell, kamu sudah menyimpan rekamannya kan?"
"Sudah Abang," jawab Chella.
"Ayo kembali ke gudang. Leon bisa mengurus Leonna." ucap Vino.
Di dalam taxi Leonna mengepalkan kedua tangannya dengan erat hingga buku buku tangannya memutih, emosinya sungguh meluap-luap. Taxi itu sampai di apartement Martin. Leonna segera berlari menuju kamar apartement Martin.
Dor dor dor ... Leonna menggedor pintu apartement dengan tak sabaran, hingga Martin membuka pintu.
Bug ... Tinjuan Leonna mendarat di pipi Martin membuat darah segar keluar dari hidung mancungnya.
"KAU!" pekikan Martin terhenti saat melihat Leonna berdiri di hadapannya dengan dada yang naik turun karena emosi.
"Sialan kau dosen cabul!" pekik Leonna.
Bug ... Leonna kembali memukuli Martin dengan kedua tangannya. "Loe ngancurin hidup gue! Loe brengsek, loe maho yang hanya bisa bersembunyi di belakang!" amuk Leonna terus memukuli dan menjambak rambut Martin.
Martin akhirnya melawan, dan memeluk tubuh Leonna yang kecil. Sekuat apapun, tenaga seorang wanita akan tetap kalah oleh tenaga seorang pria. "Lepasin gueeeee!" teriak Leonna saat Martin memangku tubuh Leonna ke pundaknya.
"Turunin gue, Brengsek!" Leonna memukuli punggung Martin.
Martin menurunkan tubuh Leonna di atas ranjang, dan menahan kedua tangannya di sisi kanan dan kirinya. Leonna menendang tubuh Martin, dan akhirnya Martin menghimpit kedua kaki Leonna membuatnya kesulitan untuk bergerak. "Kamu pria paling brengsek yang pernah ku temui!" amuk Leonna.
"Dan kamu wanita paling menggemaskan yang membuatku tergila-gila." ucap Martin dengan seringainya. "Tonjokkanmu tadi lumayan juga."
"Menyingkir kau brengsek!" pekik Leonna terus berontak walau sulit.
"Tidak akan pernah, mana ada singa yang melepaskan mangsanya." seringai tercetak jelas di bibirnya.
"Apa yang mau loe lakuin?" sekarang Leonna mulai ketakutan
"Melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sebelumnya." Ia hendak mencium Leonna. Sebelum berhasil mencium, seseorang menarik pakaiannya.
Bug
Bug
Bug
Amarah tercetak jelas, mata dan rahangnya yang terlihat mengeras. Pria itu terus memukuli Martin hingga Martin tumbang. "Kepara!" amuknya membuat Leonna menangis terisak di atas ranjang.
Pria itu meraih botol alkohol untuk memukul kepala Martin tetapi Leonna memeluknya dari belakang. "Jangan lakukan kak Verrel, jangan kotori tangan Kakak." isak Leonna menghentikan gerakan pria itu. "aku mohon jangan bunuh dia." Isaknya memeluk tubuh Verrel dengan erat. Verrel terlihat menghembuskan nafasnya kasar, dia melempar botol alkohol itu asal dan berbalik ke arah Leonna. Ia menatap Leonna dengan lekat seakan meneliti seluruh tubuh Leonna.
"Leonna," panggil Leon yang baru saja sampai di ambang pintu.
Leon dan Verrel saling menatap tajam seakan mereka berperang melalui tatapan tajamnya. Leon terlihat mengepalkan kedua tangannya saat melihat Verrel. Tanpa mengatakan apapun Verrel berlalu pergi meninggalkan mereka berdua, dan sekali lagi Leon dan Verrel berperang lewat tatapan tajam mereka. Leonna yang melihat amarah tercetak jelas di mata Leon, segera menarik lengan Leon, dan itu berhasil membuat Leon memalingkan pandangannya. Dan Verrel berlalu pergi tanpa mengatakan apapun. "Loe gak apa-apa?" Tanya Leon, dan kaget melihat Martin yang terkujur kaku.
"Gue baik baik saja, dia hampir melecehkan gue lagi. Tapi Kakak dating." Isaknya terlihat ketakutan. Leon menarik Leonna ke dalam dekapannya.
"Sekarang kita balik," ucap Leon saat Leonna sudah mulai tenang. Saat menaiki lift, Leonna memekik karena perutnya terasa sangat sakit. "Loe kenapa?"
"Perut gue sakit." ringis Leonna. Leon segera membopong tubuh Leonna dan membawanya ke AMI hospital.
Sesampainya di AMI hospital, mereka berpapasan dengan Chacha. Dan Chacha langsung meminta Leon membawa Leonna ke dalam ruangannya. Chacha langsung memeriksa tubuh Leonna, dan Leon menunggunya di ruangan Chacha.
Tak lama Chacha menghampiri Leon bersama Leonna. "Bagaimana?" Leon segera membantu Leonna untuk duduk di sisinya. Chacha tersenyum pada twins di hadapannya.
"Selamat Leon, kamu akan memiliki keponakan." ucap Chacha.
"Keponakan?" Leon mengernyitkan dahinya. "Tunggu, maksud mom, Ona-"
"Iya sayang, Leonna sedang hamil."
Deg...Leonna sangat bahagia mendengarnya dan berulang kali mengucapkan syukur, begitupun Leon. "Sayang, kamu harus jaga kondisi kamu, usia kandungannya jalan 2 bulan." ucap Chacha.
"2 bulan?" Tanya Leonna kaget.
"Iya, memangnya kamu tidak menyadarinya?" Tanya Chacha dan Leonna menggelengkan kepalanya.
"Jadi apa yang harus aku lakukan, Mom?" Tanya Leonna dengan sangat antusias sampai kursi yang dia duduki hampir terjengkang.
"Ona, santai." tegur Leon membuat Leonna dan Chacha terkekeh.
"Mom, mommy gak bohong kan? Leonna hamil? Anaknya kak Verrel ada di dalam sini?" pekik Leonna sangat antusias, membuat Leon dan Chacha terkekeh.
"Iya sayang, mommy akan buatkan resep untuk kamu. Dan kamu harus memakan obatnya, siap?" Tanya Chacha.
"Demi impianku dan Kakak, aku siap meminum obat sebanyak dan sepahit apapun juga." ucap Leonna bersemangat.
"Good, nah ini resepnya kamu tebus di apotek. Dan minum 3 kali sehari, jangan lupa untuk susu hamil sebaiknya kamu minum susu hamil yang Mommy tulis disana, itu bagus untuk ibu yang sedang hamil muda." ucap Chacha,
"Siap mommyku saying." kekeh Leonna. "Dan Mom, jangan kasih tau siapapun dulu yah. Malam ini Leonna akan mengundang semua anggota brotherhood plus littlenya ke rumah Bunda. Leonna akan umumin ke semuanya berita bahagia ini. Dan nanti malam saat Kakak pulang, dan mendengar berita ini. Dia akan memelukku dan menciumi Leonna." ucap Leonna sangat antusias. "Kakak akan membawa Leonna ke pelukannya dan berputar-putar seraya mengucapkan syukur. Kami akan berdamai dan menggapai impian kami, ya allah Alhamdulillah. Leonna sangat bahagia." Ceroscosnya sangat antusias. Leon tersenyum melihat ke antusiasan Leonna.
"Baiklah akan Mommy umumkan di group brotherhood kalau malam ini princes Leonna mengundang kami semua makan malam." ucap Chacha.
Ada kekhawatiran di hati Leon mengenai Verrel. Benarkah Verrel akan ikut bahagia? "Kalau begitu ayo kita pergi buat tebus obat dan pulang." ucap Leon.
"Iya Le, aku mau minta Bunda masakin makanan sunda kesukaan papa Dhika dan juga kesukaan kak Verrel." ucap Leonna yang di angguki Leon.