Jack, pengguna gift yang dianggap tercela dan musuh manusia karena tindakannya sebagai orang gila yang sadis. Ia mati di usia 52 tahun setelah dengan gila nya mencoba membunuh pemilik gift terkuat di dunia. Bertemu dengan dewa dan diberikan kesempatan ke-2 di dunia murim untuk menebus dosanya. Akankah Jack akan bertobat atau justru menyebarkan kegilaannya di tanah murim? "Dunia ini penuh pilihan, tapi aku selalu memilih jalan yang memastikan orang lain bertanya-tanya apakah aku serius atau hanya gila."
Kabut gelap menyelimuti pandangan Jack. Dengan tubuh penuh darah, nafas terengah-engah, sosok "Ripper" tersenyum tipis dengan ekspresi yang sulit di tebak. Di Depannya berdiri Alexander the Radiant, keberadaan yang dianggap sebagai sosok terkuat di dunia dengan gift tingkat [SS]. Matanya memancarkan sinar kepada orang disekitarnya dan menusuk bagi musuhnya. Tangan Alexander menggenggam pedang yang dikatakan mampu membelah gunung, pedang indah yang memantulkan cahaya bulan.
"Begini caramu berakhir, Jack the Ripper? Aku sudah memperingatkanmu beberapa tahun yang lalu, membiarkanmu hidup, berharap kau menempuh jalan yang lebih baik lagi. Tapi kau justru mengabaikannya, sungguh ironis. Sebenarnya mengapa kau melakukan semua itu? Dengan gift milikmu, kamu bisa melakukan perbuatan yang lebih baik." Alexander mengarahkan pedangnya ke Jack.
"Aku tidak butuh alasan untuk melakukan apa yang aku inginkan. Kau tahu, kadang alasan itu hanyalah seni dari kebetulan." Jack tersenyum dengan tatapan tajam.
Di bawahnya, tepatnya kaki kirinya, Jack menginjak tubuh salah satu orang yang mengejarnya. Tidak hanya satu, ada sekitar 10 tubuh tidak bernyawa di tempat itu. Alexander menggertakan giginya, geram, marah, dan muak terhadap tindakan Jack.
"Bajingan!"
Alexander melesat maju ke depan, dengan cepat Jack menghindari serangan yang datang. Meski tubuhnya penuh luka dan pergerakannya melambat, Jack masih mampu melakukan gerakan efisien berkat gift miliknya. Pedang milik Alexander dan belati milik Jack beradu, menimbulkan suara dentingan besi ke segala arah.
"Hah! Sepertinya kemampuan pedangmu yang dikatakan mampu membelah gunung hanyalah omong kosong. Atau... Apakah karena sumber utama kekuatan gift mu sudah mati makannya kau melemah!" Jack masih menyempatkan untuk menendang salah satu mayat pengejarnya.
"Jack!"
Tebasan Alexander semakin tidak terkendali, ia kehilangan ketenangannya. Jack menatap Alexander dengan senyum bahagia, melihat sosok seperti pahlawan yang perlahan rusak dan putus asa. Namun tiba-tiba, kekuatan milik Alexander semakin kuat, meningkat secara drastis. Alexander yang melihat penambahan kekuatan itu langsung menggunakan tebasan cepat untuk memotong lengan kanan Jack. Serangan itu mengenai Jack dengan telak, namun Jack tidak peduli. Ia juga mengambil kesempatan dengan melemparkan belati miliknya, mengenai lengan Alexander. Meski begitu, dampak yang diberikan tidak banyak.
Alexander sekali lagi berdiri di hadapan Jack, menatap rendahnya. Kali ini matanya menatap dingin Jack dalam kekosongan.
"Ah... Alexander, pemilik gift [SS] Rising Hope. Gift yang memberikan penggunanya kekuatan saat ada harapan diberikan padanya, semakin efektif jika pemberi harapan ada di dekatmu. Sepertinya... Beberapa pemberi harapan, rekan-rekanmu sudah tiba. Itu menjelaskan kenapa terjadi lonjakan kekuatanmu. Tapi pertanyaannya?! Perlu berapa dari mereka kah yang harus mati sebelum kalian benar-benar bisa membunuhku?!" Tantang Jack.
"Dasar orang gila! Aku akan menyelesaikannya sebelum mereka datang!" Alexander mencapai batas kesabarannya.
"Oi... Oi... Apa masalahmu dengan orang gila? Menjadi gila itu bukanlah sebuah kesalahan, menurutku itu adalah seni." Jack terlihat tenang dan berjalan seakan-akan sedang mengajari Alexander.
"Benar... Kegilaan bukanlah kejahatan, itu seni. Dan aku adalah Maestro, Vincent van Gogh di dunia kanvas kekacauan dan kegilaan!" deklarasi Jack.
Jack terus mengoceh akan ideologinya tentang kegilaan dan seni, beberapa kali menyinggung bulan. Alexander menggenggam erat tangannya, ia berusaha tidak terpengaruh oleh ucapan Jack. Ia menyalurkan kekuatan ke pedangnya, cahaya cemerlang terlihat menyelimuti tubuh dan pedang Alexander. Tetapi, ditengah fokus itu, Alexander mendapatkan tikaman di perutnya.
"Tuan Radiant... Kenapa anda mengabaikan presentasi saya terhadap seni dan bulan? Anda benar-benar tidak sopan." Jack dalam sekejap sudah ada di hadapan Alexander dan menikamnya.
"K- Kau!"
Alexander memuntahkan darah. Saat ia hendak melompat kebelakang untuk mengambil jarak, Jack melemparkan beberapa belati. Beberapa tidak mengenainya karena keseimbangan yang goyah ketika kehilangan satu tangannya.
"Aku tidak menyangka anda akan seceroboh itu. Fokus itu penting, tapi tidak seharusnya anda sefokus itu. Sampai-sampai melupakan kalau aku memiliki dua gift , yang salah satunya memungkinkanku bergerak dengan cepat ke dekat anda. Mari kita jadikan ini pembelajaran. Pertama, jangan mudah terpancing. Kedua, dengarkan saat orang berbicara. Ketiga..." Jack melemparkan satu belati yang ia sembunyikan di balik lengan bajunya, mengenai Alexander.
"Aarrgghh..." Teriak Alexander sebelum terjatuh
"Jangan lengah. Kita tidak tahu apa yang seorang penjahat miliki di balik lengan bajunya. Tapi tunggu! Aku ingin mempertegas sesuatu. Aku bukan pahlawan, aku bukan penjahat. Aku hanya orang yang menikmati permainan yang dilakukan kedua kubu."
"Kau penjahat sialan?" Alexander berusaha bangkit.
Jack menatap tajam Alexander, dalam sekejap ia sudah ada di hadapan Alexander dan mendorongnya jatuh kembali. Wajahnya menampilkan campuran emosi, dengan perasaan kesal dan marah yang dominan.
"Si bodoh ini... Apa kau bahkan sudah melupakan dua hal yang baru saja aku katakan? Ku bilang dengarkan saat orang berbicara, lalu aku bukan penjahat!" Jack menendang belati yang menancap di paha Alexander.
Di tengah emosi yang meledak-ledak, sebuah peluru mengenai Jack. Peluru itu berasal dari tembakan sniper yang jaraknya cukup jauh. Tembakan itu menembus tubuh Jack, membuatnya berdarah hebat. Tersentak oleh serangan yang datang, Jack berusaha mencari jalan untuk keluar dari masalah. Meski begitu, luka yang menyebabkan tangannya terpotong dan tembakan sniper, membuat Jack tidak bisa berjalan terlalu jauh.
"Jack the Ripper, kau dihukum atas kejahatanmu membunuh ratusan orang. Normalnya, hukuman tidak akan jatuhkan dan akan di timbang kembali mengingat kondisi mental mu. Tapi dengan kuasa badan penghukum, aku mencabut peraturan itu khusus untukmu. Dengan lebih dari 100 kasus pembunuhan dengan cara yang keji dan dilakukan atas dasar bersenang-senang, Jack the Ripper, kau dihukum mati!"
Setidaknya ada sekitar 15 orang bantuan Alexander di tempat itu. Dengan tenaga dan bagian tubuh yang tersisa, Jack berusaha melawan pasukan khusus itu. jack berhasil membawa setidaknya 7 orang mati, sebelum ia benar-benar kehabisan tenaga.
Di bawah sinar rembulan malam yang merah, Jack mengagumi gerhana bulan yang sedang menyaksikan kematiannya ini. Darah keluar dari mulut, luka di lengannya yang terpotong, dan perutnya. Ia tersenyum puas, tidak ada tanda-tanda menyesal atas perbuatannya selama ini.
"Hah... jadi aku mati, di bawah sinar bulan yang indah ini... Benar-benar cara terbaik, bukan?" ucapnyua lemas.
Perlahan cahaya pudar dari matanya, jiwanya meninggalkan tubuhnya. Meski begitu, senyum dan raut wajah puasnya masih ada disana. Ekspresi yang membuat orang disana merasa jijik dan bingun. Bertanya-tanya soal apa yang sebenarnya ada di kepala Jack the Ripper.
Dalam kegelapan abadi, Jack terbangun di sebuah ruang tanpa wujud. Tidak ada lantai, tidak ada dinding, hanya sebuah padang kekosongan membosankan yang dipenuhi cahaya redup. Didepan Jack, berdiri sosok asing.
"Sialan, konsistenlah! Pilih salah satu bentuk yang kau mau! Jangan mempersulit orang dengan menggantinya!" Jack protes.
Sosok itu memiliki wujud yang terus berubah. Awalnya berbentuk humanoid dengan tanpa tubuh dan sepenuhnya putih, menjadi mirip manusia, serpihan bintang, hingga wujud humanoid dengan tampilan seperti seluruh alam semesta dalam dirinya.
"Kau benar-benar membuatku sakit kepala." Jack mulai kesal.
"Tapi tidak masalah… Aku tidak bisa menghakimi orang dan kebiasaan mereka. Aku tidak bisa menjadi sama dengan mereka yang seenaknya melebeliku sebagai penjahat dan orang gila." emosi Jack tiba-tiba mereda.
Meski berubah-ubah dan tidak dapat ditebak, namun ada ekspresi yang jelas terbaca di wajah sosok itu. Kecewa.
"Aku kecewa padamu. Tidak aku sangka akan ada makhluk sepertimu, lahir dari tanganku. Kau benar-benar kegagalan terbesarku." nada suaranya rendah, seperti orang lelah.
"Hoi.. Aku sudah baik hati dengan tidak menghakimi mu dan kau seenaknya menghakimiku. Memangnya siapa kau hah?!" jack berusaha menendang, tapi sosok itu menghilang.
"Aku Dewa, jadi bisa dikatakan… Aku penciptamu. Kau bisa panggil aku, X" sosok itu muncul dibelakang Jack.
"Pencipta? Dewa? Makhluk sempurna dan maha kuasa itu?" Jack penasaran.
"Pencipta? Tentu. Dewa? Jelas. Maha kuasa dan sempurna? Tidak juga, aku cukup payah menciptakan sesuatu dengan tangan kiriku. Hmm… APa jangan-jangan kamu aku ciptakan saat sedang melatih tangan kiriku? Ya itu bisa menjadi alasan… Kenapa kau cacat." sosok X ragu.
"Lihat bajingan ini, berbicara seenaknya saja."
Untuk sejenak Jack merasa kesal, namun perasaannya dengan cepat lelah, seakan-akan ia menikmati pembicaraan dengan makhluk absurd yang mengaku sebagai Dewa di depannya ini.
"Jack, aku akan memberikan padamu kesempatan kedua. Hidupmu hanya dipenuhi oleh kegilaan, penuh kesalahan, dan… sedikit membuat reputasiku menurun. AKu akan berikan kamu kesempatan, aku berikan waktu tambahan untuk menebus semua perbuatanmu." Tunjuk sosok X.
"Hah? Kesempatan kedua? Aku bahkan tidak tahu apa itu hidup pertama." desah Jack.
"Karena itu temukanlah jawabannya. AKu akan kirim kamu kembali, walau bukan di dunia asalmu. Ubahlah nasibmu, temukan hal selain kegilaan. Atau jika kau keras kepala, berjalanlah di jalan yang sama. Tapi tentunya akan membosankan bukan? Melakukan itu terus menerus. Apapun itu, pilihan ada padamu." sosok X bersiap mengirim Jack kembali.
Jack merenungkan perkataan sosok X. Meski ia menikmati kegilaannya, ia merasa perkataan sosok X benar. Sebuah kebosanan jika melakukan hal yang sama ketika kesempatan kedua datang.
"Sudah kuputuskan, aku akan mencoba untuk hidup bahagia kali ini. Berusaha menjadi baik dengan caraku sendiri." Jelas Jack.
"Hah! Terserah padamu, menjadi seorang penyelamat dan penghancur, seorang yang baik dan gila dalam satu tubuh.Cobalah hidup sebagai orang baik, walau aku tidak yakin kau bisa lepas dari kegilaan masa lalumu." Sosok X tertawa.
"Setidaknya dukung anakmu ini." balas Jack kesal.
"Aku tidak punya anak atau ciptaan tidak berbakti sepertimu."
Sosok X mendoro Jack. rasanya tubuh Jack seperti ditelan oleh kegelapan tanpa ujung.