Nama Kiana Kaslana, telah menjadi pusat perhatian dua eksekutor yang memiliki tujuan masing-masing. Kiana bukan sekadar seorang anak, bukan hanya pewaris nama besar Kaslana. Dia adalah seorang individu yang pernah menjadi Herrscher, dan kehadirannya menyimpan potensi ancaman yang tak bisa diabaikan. Tak ada yang tahu kapan dia akan kembali menampakkan dirinya sebagai Herrscher.
"Hmm, K-423. Jadi, ini adalah 'asuransi' yang kau siapkan di sisi putrimu?" tanya Cocolia dengan nada mencemooh. "Tidak heran kau dulu begitu bersemangat mengambil tugas merawat anak itu."
"Tidak, kau salah paham," jawab Raiden Ryoma dengan tenang. "Dalam perhitunganku, justru putriku yang menjadi asuransi terhadap Herrscher of the Void."
Cocolia mengangkat alisnya, menunjukkan ketidakpercayaan. "Jadi maksudmu, Kiana adalah semacam ancaman cadangan, sementara Mei adalah pelindungnya? Itu tidak masuk akal."
Ryoma menghela napas panjang. "Selama bertahun-tahun, aku tidak pernah benar-benar melihat Shirin menampakkan dirinya. Tapi sejauh ini, Kiana dan putriku tampaknya bergaul dengan baik. Jika suatu saat Herrscher of the Void muncul dan mengancam, aku percaya Mei setidaknya bisa mencoba menghentikannya."
"Ini gila!" sergah Cocolia dengan nada tinggi. "Kau mempertaruhkan nyawa putrimu sendiri untuk rencana seperti itu?"
"Tapi itu adalah risiko yang layak diambil," Ryoma menanggapi dengan tegas. "Jika rencana ini berhasil, maka anti-Honkai Alliance akan memiliki seorang Herrscher yang berdiri di pihak manusia. Itu bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan dunia."
Cocolia menggelengkan kepala, tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Kau benar-benar yakin akan ini? Bagaimana jika rencanamu gagal? Jika hal itu terjadi, kita tidak hanya harus menghadapi Herrscher baru, tetapi juga ancaman dari Herrscher of the Void yang kembali aktif."
Ryoma tetap tenang, meski kata-kata Cocolia menekan suasana. "Aku sudah mempersiapkan segalanya, termasuk kemungkinan terburuk. Selama ini, Kiana tidak menunjukkan niat untuk melawan manusia. Jika terjadi sesuatu, aku siap menanggung semua akibatnya."
Cocolia mendengus, merasa dirinya masuk ke dalam jebakan retorika Ryoma. "Baiklah, tapi jika semuanya gagal dan yang kau hasilkan adalah malapetaka, siapa yang akan bertanggung jawab? Aku?"
Ryoma hanya tersenyum tipis. "Jika kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan tanpa memicu Honkai, itu sepenuhnya menjadi keahlianmu. Tapi jika kau merasa ragu, lebih baik kau pergi sekarang."
Cocolia terdiam. Pilihan ini penuh risiko, tetapi dia tahu bahwa mundur sekarang akan menjadi kerugian besar bagi rencananya. Setelah beberapa saat berpikir, dia akhirnya mengajukan syarat. "Serahkan kendali unit pertahananmu padaku. Jika terjadi sesuatu, aku akan menyelesaikannya sendiri."
Beberapa minggu berlalu setelah Cocolia mengambil alih sementara tugas Ryoma. Dia tidak langsung mengambil tindakan terhadap Raiden Mei. Sebaliknya, dia fokus memperkuat sistem pertahanan di kota Changkong, bersiap untuk kemungkinan terburuk. Dia juga mempelajari laporan kesehatan Mei yang dikumpulkan secara rahasia oleh Ryoma. Hasilnya menunjukkan stabilitas yang mencemaskan: Gems of Conquest yang tertanam di tubuh Mei tetap dalam keadaan dorman.
Di sisi lain, Kiana dan Mei mulai menghadapi masalah baru di sekolah. Para guru dan siswa mulai melakukan pengucilan sosial terhadap Mei. Awalnya, tindakan ini hanya ditujukan pada Mei, tetapi ketika Kiana menggunakan kekuatan fisik untuk membela sahabatnya, dia pun menjadi sasaran yang sama.
Bagi Kiana, isolasi ini tidak terlalu menjadi masalah besar. Namun, perhatian utamanya adalah kondisi Mei dan aktivitas misterius Shirin, Herrscher of the Void yang bersemayam di dalam dirinya. Shirin telah menggunakan tubuh Kiana setiap malam untuk keluar, membuat Kiana merasa kelelahan di siang harinya.
Shirin juga memiliki masalahnya sendiri. Upayanya mencari jejak Ryoma di Kota Nagazora menemui jalan buntu. Penjara dan fasilitas yang dicurigai sebagai tempat tahanan Ryoma ternyata kosong. Sebuah insiden saat mencoba menyusup ke fasilitas ME Corp memicu alarm pendeteksi energi Honkai, memaksanya mundur setelah pertempuran singkat dengan penjaga.
Waktu terus berjalan, dan Shirin sadar bahwa Mei semakin dekat menuju transformasi sebagai Herrscher. Berdasarkan perhitungan "dewa" yang menjadi bagian dari dirinya, transformasi ini hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat bulan lagi. Namun, jika ada gangguan besar—seperti lonjakan energi Honkai—proses itu bisa terjadi lebih cepat.
Shirin menyadari bahwa Mei mungkin tidak siap untuk menerima beban sebagai Herrscher. Di sisi lain, Kiana tidak akan tinggal diam jika Mei berubah menjadi musuh umat manusia. Jika transformasi Mei memicu ledakan energi Honkai besar-besaran, Gems of Conquest dan Herrscher Core yang ada di tubuh Shirin akan saling mempengaruhi. Pada titik itu, core milik Shirin dapat mencapai tingkat aktivasi lebih dari 50%, sesuatu yang belum pernah dia alami sejak "kebangkitannya."
Jika ini terjadi, Shirin dan Kiana akan menghadapi risiko yang lebih besar: fusi kesadaran. Aktivasi core di atas 75% akan menyebabkan aliran ingatan dan emosi antara keduanya, sesuatu yang Shirin enggan hadapi sebelum Kiana siap menerima kebenaran tentang masa lalunya. Jika mencapai 90%, identitas keduanya akan mulai bercampur, menciptakan kebingungan di antara mereka.
Namun, ada satu harapan kecil: transformasi Mei sebagai Herrscher dapat dihentikan jika energi Honkai di tubuhnya diserap pada tahap awal manifestasi. Ini hanya solusi sementara, tetapi bisa memberi waktu bagi Mei untuk tetap menjadi dirinya sendiri.
Shirin tahu, dia hanya punya satu kesempatan untuk bertindak saat bencana terjadi. Bahkan, jika dia menggunakan lebih dari 74% kekuatannya, kesadarannya mungkin akan tertidur selama beberapa hari atau bahkan berbulan-bulan.
Oleh karena itu, Shirin mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Dia harus mengurangi konsumsi energi mentalnya dan memastikan Kiana memiliki jalan keluar jika bencana benar-benar terjadi. Di saat yang sama, dia harus mencari cara untuk menjaga agar transformasi Mei tidak memicu kehancuran yang lebih besar.
Namun, baik Shirin, Kiana, maupun Mei tahu bahwa waktu tidak lagi berada di pihak mereka. Honkai perlahan, tapi pasti, mendekat dengan intensitas yang mengerikan.