Di bagian selatan negara Yuan Jia, benua Arin, Planet Athreya. Ada sebuah kota yang di kuasai oleh keluarga Xiao, setelah bertahun-tahun yang tak terhitung jumlahnya, tidak ada lagi orang yang tahu nama kota itu, kini kota itu hanya di kenal sebagai kota Xiao.
Li Hongjun, seorang remaja berusia lima belas tahun, tinggal bersama seorang tabib tua bernama Zhang, di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota Xiao. Ibunya sudah meninggal saat ia masih kecil, dan ayahnya meninggal lima tahun yang lalu akibat kerusuhan yang terjadi di sebuah rumah makan di kota xiao. Saat itu ayahnya bekerja sebagai pelayan, ketika sedang menyajikan hidangan, tiba-tiba seorang tuan muda dari keluarga xiao yang sombong datang membuat huru-hara.
Ayah Li Hongjun hanya orang biasa yang tidak beruntung, ketika sebuah meja yang terkena serangan kuat seorang kultivator terbang menghantam tubuhnya, ia tidak mampu untuk menghindar. Dia segera muntah darah dan pingsan.
Dia di larikan ke rumah Kakek Zhang yang merupakan seorang tabib, dan juga tetangga dekatnya untuk mendapatkan perawatan, namun, ia hanya mampu bertahan satu hari sebelum akhirnya meninggal.
Sejak saat itu Li Hongjun memutuskan untuk tinggal bersama kakek Zhang, karena tidak ada satupun keluarganya dari pihak ayah maupun ibu yang diketahui keberadaannya. Kebetulan Kakek Zhang juga hidup seorang diri, sehingga ia tidak keberatan ketika Li Hongjun meminta untuk tinggal bersamanya.
Di rumah Kakek Zhang, Li Hongjun belajar baca tulis dan ilmu pengobatan, ia juga mempelajari tentang berbagai macam tanaman obat dan racun, cara merawat dan memelihara tanaman obat hingga pengetahuan tentang beberapa tumbuhan obat langka di alam liar.
Suatu hari, Li Hongjun baru saja menyelesaikan pekerjaan rumahnya, ia duduk dibawah pohon di halaman belakang yang dipenuhi tanaman herbal, menikmati udara pagi yang hangat, sambil membaca buku yang di ambilnya dari rak buku milik kakek Zhang. Dia melihat buku itu ketika membersihkan rumah dan hatinya tergelitik untuk mengambilnya.
Berbeda dari semua buku-buku lain yang ada disana yang hampir semuanya adalah buku pengobatan, buku ini berisi tentang metode kultivasi yang sangat terperinci.
"Dari mana kakek Zhang mendapatkan buku seperti ini? apakah isi buku ini sungguhan?".
Setelah membacanya berulang-ulang, dan mengingat peristiwa yang terjadi pada ayahnya, muncul ketertarikan dalam hatinya untuk mempelajari apa yang tertulis di buku itu. Dia ingin menjadi kuat. Hanya dengan memiliki kekuatan ia bisa menuntut keadilan untuk ayahnya. Hanya dengan menjadi kuat ia akan mampu membuat perhitungan dengan orang-orang yang selalu menganggap hidup orang lain seperti semut. Yang terpenting adalah, dia tidak mau membiarkan dirinya ditindas oleh orang lain.
"Aku akan mempelajari buku ini" Li Hongjun berkata penuh tekad. Ada kilatan cahaya dimatanya.
Pada tahap awal, setiap pagi dan sore ia berlatih pernafasan, pada malam hari sebelum tidur ia berlatih meditasi dan memusatkan pikiran untuk membuka meridian dan menciptakan ruang spiritual, Kakek Zhang hanya diam-diam memperhatikanya.
Tiga bulan kemudian setelah tekun berlatih setiap hari, ia merasakan ada tanda-tanda meridiannya mulai terbuka, perlahan-lahan ia mulai bisa merasakan energi spiritual mengalir masuk kedalam tubuhnya dan berputar mengikuti aliran darah mengayuh di sekujur tubuhnya. Tapi jumlah energi spiritual ini sangat tipis karena meridiannya belum terbuka sepenuhnya.
Kakek zhang jarang berada di rumah, sebagai seorang tabib, ia selalu memiliki kesibukannya sendiri.
Namun, suatu hari selepas senja, Kakek Zhang menghampiri Li Hongjun dan bertanya dengan nada tuanya.
"Hongjun.., Apa yang kau rasakan saat berlatih?"
Li Hongjun menceritakan semua yang dialaminya dari awal latihan hingga saat ini. Setelah mendengarkan penjelasan Li Hongjun, Kakek zhang mengangguk-anggukan kepala.
"Tidak buruk... Tidak buruk..."
Kakek Zhang masuk kekamarnya, mengambil sesuatu, lalu keluar dan memberikan sesuatu pada Li Hongjun.
"Hongjun, ambilah ini" Kakek Zhang mengulurkan sebuah kantong.
"Ada dua puluh ribu koin emas dalam kantong ini. Pergilah ke paviliun pil dan beli dua botol pil rumput nadi hijau, dan satu butir pil rumput biru. Empat ribu koin emas seharusnya sudah cukup, gunakanlah sisanya untukmu jika ada sesuatu yang ingin kau beli".
"Baik Kakek Zhang" Li Hongjun mengangguk, meraih kantong itu dan pergi.
Paviliun pil berada di pusat kota, meski belum pernah masuk kesana, secara alami Li Hongjun tahu tempat itu. Setelah lebih dari satu jam berjalan ia tiba dipusat kota yang ramai, banyak para pedagang yang berbaris di pinggir jalan, orang-orang sibuk berjual beli dan berlalu lalang.
Li Hongjun hanya mengabaikan semuanya, ia hanya memperhatikan jalan dan bergegas menuju ke paviliun pil. Ada gerbang besar dengan halaman luas yang membentang di depan paviliun itu. Li Hongjun melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang.
Di halaman paviliun pil, dia juga melihat ada banyak pedagang. Li Hongjun pernah beberapa kali melewati tempat ini, tapi dia tidak pernah melihat ada pedagang disini sebelumnya.
Barang-barang yang di jual di sini semuanya aneh, tidak bisa di mengerti oleh orang awam. Namun dengan kecerdasan Li Hongjun, dan berdasarkan apa yang di bacanya dari buku milik Kakek Zhang, ia segera mengerti bahwa pedagang ini adalah para kultivator.
Setelah memasuki gerbang, dia hanya melewati para pedagang itu yang menatapnya dengan tanda tanya, ia mengabaikan mereka dan bergegas masuk ke dalam paviliun. Dalam waktu singkat ia sudah mendapatkan dua botol giok berisi pil rumput nadi hijau, dan satu botol berisi pil rumput biru. Dia menghabiskan lima ribu koin emas untuk itu, sedikit lebih mahal dari yang di katakan kakek Zhang. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu dan segera menyimpanya, lalu bergegas keluar.
Saat ini Li hongjun masih memiliki lima belas ribu koin emas di kantong. Ia tidak bergegas pulang. Ia tertarik untuk melihat-lihat barang dagangan yang aneh itu. Ia memperhatikan orang-orang yang sedang melakukan transaksi dan tawar menawar. Barang-barang ini semuanya mahal, mulai dari harga puluhan ribu hingga ratusan ribu koin emas.
Li hongjun memperhatikan lapak demi lapak, ada berbagai macam senjata, artefak dan harta karun, serta berbagai macam bahan permurnian. Tentu saja Li hongjun tidak mengerti satupun dari benda-benda itu. Namun, karena dia bertekad untuk memasuki dunia kultivasi, secara alami dia tertarik memperhatikan hal-hal itu untuk menambah wawasan.
Di bagian paling belakang, ada beberapa pedagang yang menjual berbagai macam binatang buas, dikurung dalam kandang-kandang besi. Dengan pengetahuannya tentang berbagai macam tanaman langka yang biasanya di jaga oleh binatang buas, secara alami Li Hongjun tertarik untuk memiliki binatang buas itu. Memiliki binatang buas peliharaan pasti akan sangat membantu ketika ia mencari berbagai tumbuhan langka di hutan. Tapi sayang, harganya sangat mahal, ia tidak mungkin mampu membelinya.
Setelah puas melihat-lihat, Li Hongjun berniat untuk pulang. Namun tiba-tiba dia melihat ada seorang pedagang yang menawarkan binatang kecil seperti anak anjing kepada orang-orang yang lewat, tapi nampaknya tidak ada orang yang tertarik dan hanya mengabaikannya dengan tatapan mencibir.
Sebenarnya itu bukan anak anjing, tapi anak binatang roh srigala bersayap yang legendaris dan sangat langka. Karena sangat langka, jarang sekali orang yang mengerti tentang binatang ini. Seandainya mereka tahu indentitas binatang kecil ini, sudah pasti mereka akan berebut dan rela mengeluarkan jutaan koin emas untuk mendapatkannya. Tapi karena penampilannya yang hanya terlihat seperti anak anjing, atau seperti anak srigala biasa yang sangat mudah dijumpai di hutan, semua orang hanya mengabaikannya.
Secara alami Li Hongjun tidak tau tentang identitas anak srigala ini, dia hanya berpikir jika dia memiliki binatang buas sebagai peliharaan, maka itu akan sangat membantunya saat dia pergi kehutan, atau setidaknya bisa di jadikan teman untuk mengisi hari-harinya. Tanpa pikir panjang dia segera menghampiri pedagang itu.
"Paman, berapa harga anak srigala ini?"
"Hanya dua ratus ribu koin perak," pedagang itu segera menyambut dan bersemangat.
Satu koin emas sama nilainya dengan seratus koin perak. Li hongjun merenung sejenak, lalu bertanya
"Berapa jika dengan koin emas?"
"Cukup dengan dua ribu koin emas. Bocah... ini adalah binatang roh, kau harus memberinya makan dengan batu roh. Kalau kau ingin dia lebih cepat tumbuh besar kau harus memberinya pil khusus, harga pil ini seribu lima ratus koin emas perbotol, berisi tiga puluh pil, ini adalah harga yang paling murah, tapi jika kau membeli banyak, aku akan memberimu harga yang lebih bagus lagi, kau bisa mendapatkan anak srigala itu dan lima botol pil hanya dengan sembilan ribu koin emas. Bagaimana?"
Tanpa berpikir lagi Li Hongjun mengangguk, dan memberikan sembilan ribu koin emas. Ia segera menyimpan botol pil dan meraih anak srigala berwarna putih itu dan menggendongnya.
Li Hongjun berniat untuk pergi, tapi pedagang itu menahannya, mengeluarkan banyak benda-benda aneh di hadapannya. Dari penampilannya tidak ada satupun dari benda-benda itu yang merupakan harta karun, lebih tepatnya, itu hanya terlihat seperti rongsokan benda-benda kuno yang tidak jelas kegunaannya.
"Bocah, hanya dengan sepuluh ribu koin emas, kau bebas memilih satu dari harta karun ini, semua ini aku dapatkan dari medan pertempuran kuno, jika kau bisa memecahkan rahasia didalamnya, maka itu akan menjadi harta yang tak ternilai harganya" Secara alami orang-orang berpikir pedagang itu hanya mengarang kata-kata untuk menarik pembeli.
Li Hongjun memperhatikan barang-barang seperti rongsokan itu, ia memegang dan memeriksa benda-benda yang di sebut harta karun itu satu persatu, seolah-olah ia mengerti apa yang dia pilih, tidak ada yang menarik, kecuali sebuah gulungan seperti gulungan teknik atau resep tertentu, tapi itu hanya gulungan kosong berwarna hitam yang polos luar dalam, tidak ada tulisan atau goresan apapun disana, bahkan jika seorang kultivator memeriksa dengan kekuatan indra spriritual, juga tidak akan menemukan apapun pada gulungan itu.
Li Hongjun baru belajar pada tahap latihan pernapasan, tentu saja dia tidak memiliki kekuatan indra spiritual apapun untuk mengetahui rahasia di dalam gulungan. Tapi dengan niat dan tekadnya untuk berkultivasi, dia berpikir jika suatu saat dia sudah memiliki kekuatan, pasti dia akan bisa mencari tahu rahasia di balik gulungan itu.
"Tapi paman, aku hanya ada enam ribu koin emas"
Pedagang itu berpikir sejenak, cukup sulit menemukan orang yang mau membeli barang-barang itu "Baiklah, karena suasana hatiku sedang baik, aku akan menjualnya kepadamu dengan enam ribu koin emas".
Tanpa banyak bicara, Li Hongjun segera membeli gulungan itu. Pedagang itu memasang ekspresi ramah dan menyeringai.
"Bocah! Jika lain kali kau membutuhkan sesuatu, carilah aku! namaku Song Tianji". Li Hongjun hanya mengangguk dan pulang.
Setelah sampai di rumah ia menyerahkan dua botol rumput nadi hijau dan pil rumput biru kepada Kakek Zhang.
Kakek Zhang meraih botol dan memeriksa isinya. Lalu memberikan pil rumput biru kepada Li Hongjun dan berkata.
"Minumlah pil rumput biru ini". Tanpa bertanya Li Hongjun meraih pil sebesar kelereng itu dan menelannya, ketika menyentuh tenggorokannya, pil itu berubah menjadi cair dan langsung meresap ke sekujur tubuhnya.
Kemudian, Kakek Zhang memberikan dua botol pil rumput nadi hijau kepada Li Hongjun.
"Mulai hari ini minumlah pil rumput nadi hijau ini satu butir setiap malam sebelum berlatih kultivasi".
"Terima kasih Kakek Zhang"
Kakek Zhang mengangguk dan pergi, meninggalkan Li Hongjun sendiri untuk melanjutkan latihan.
Hari demi hari berlalu. Anak srigala itu telah di beri nama Syaoran. setiap hari Li Hongjun mengerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman herbal dan Syaoran. Di setiap waktu luangnya, dia selalu menyempatkan diri untuk mempelajari teknik pernapasan untuk menciptakan ruang spiritual, dan membuka meridian. Pada malam hari, berlatih kultivasi.
Satu bulan kemudian, pil rumput nadi hijau telah habis. Li Hongjun telah berhasil membentuk ruang spriritual dan membuka dua belas meridian dengan sempurna.
Dari tahap pemula Ia telah berhasil menerobos ketahap 'Martial Disciple', ini adalah tahap paling dasar di dunia Kultivasi yang menandakan bahwa ia telah sepenuhnya menjadi seorang kultivator.
Kakek Zhang menghampiri Li Hongjun dan memberikan sebuah cincin giok berwarna hijau.
"Ini adalah cincin ruang untuk menyimpan harta benda, ada ruang dimensi yang mampu menyimpan gunung didalamnya. Jika kau bisa mengeluarkan benda dari dalam cincin ini, aku akan memberikan cincin ini beserta semua isinya kepadamu, ambillah" Kakek Zhang mengulurkan tangan, dan cincin itu mendarat di tangan Li Hongjun.
"Rasakan aliran energi sepiritual di dalam tubuhmu, pusatkan pikiran mu untuk mengalirkan energi sepiritual kedalam cincin, jika kau berhasil melihat benda-benda yang tersimpan di dalamnya, maka kau akan bisa mengeluarkan dan memasukan kembali benda-benda itu hanya dengan pikiran".
Li Hongjun segera melakukan apa yang di perintahkan kakek zhang, beberapa saat kemudian, ada ratusan botol giok dengan tanda nama yang berbeda-beda, puluhan gulungan dan sebuah tungku pemurnian pil, melayang keluar dari cincin. Melalui kekuatan indra spiritual, Li Hongjun melihat masih ada beberapa bahan obat langka, serta beberapa pedang dan pisau. Ada juga sejumlah batu roh kualitas tinggi dan koin emas dan perak di dalam cincin itu.
Kakek Zhang menjelaskan satu persatu kegunaan benda-benda itu, ada gulungan metode kultivasi yang lengkap, buku yang dipelajari Li Hongjun hanyalah berisi ringkasan dari gulungan itu. Gulungan teknik pemurnian dan pengendalian api, gulungan metode pemurnian inti api, ada gulungan metode pembangkit kekuatan mental, gulungan bergambar sebuah simbol berwarna ungu. Ada gulungan teknik segel jiwa yang bisa di gunakan untuk menyegel jiwa binatang roh atau manusia yang telah tunduk, jika orang atau binatang yang disegel ini berkhianat, maka dia akan mati. Sedangkan puluhan gulungan sisanya berisi berbagai macam resep pil dan pengobatan.
"Hongjun, semua ini kakek serahkan kepadamu, jika kau mau, kau boleh memanggilku guru, maka kau akan menjadi satu-satunya muridku, jika tidak, anggaplah aku sebagai Kakek, maka itu akan baik-baik saja,"
"Guru. Selamanya Kakek Zhang adalah kakek ku dan juga guruku" Li Hongjun berlutut. lalu kowtow sebanyak tiga kali sebagai tanda penghormatan kepada guru.
"Hmm" Kakek Zhang mengangguk. Merenung sejenak dan menarik napas panjang.
" Dulu... Aku adalah murid sekte awan ungu di negara Yan di dataran tengah, dalam usia dua puluh lima tahun aku sudah menjadi Martial Emperor dan Alkemish tingkat enam. Hal ini mengundang banyak pujian, tetapi juga mendatangkan banyak kebencian, aku dianggap sebagai seorang jenius pada saat itu, yang membuat beberapa orang merasa iri dan benci.
Suatu hari ada kompetisi alkemis dan aku berhasil menjadi juara, aku merasa sangat senang dan bangga pada saat itu, membuat kebencian orang-orang itu semakin dalam. Pada suatu malam ketika aku berada diluar sekte, puluhan orang kultivator menyergapku, dua di antaranya pada tahap Martial Emperor, sisanya pada tahap Martial King dan Martial Spirit.
Beberapa dari mereka adalah murid dari sekte awan ungu, temanku sendiri. Aku tidak mampu menghadapi kultivator sebanyak itu seorang diri, satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya berusaha melarikan diri.
Berkat bantuan binatang rohku, aku berhasil menyelamatkan diri, namun luka-lukaku terlalu parah yang membuat kultivasiku rusak dan tidak bisa di pulihkan. Binatang rohku juga terluka parah dan mati.
Beberapa bulan kemudian aku diam-diam pulang menemui keluargaku, tapi mereka semua sudah tidak ada. Rupanya setelah orang-orang itu gagal membunuhku, mereka melampiaskan kemarahan dengan membunuh semua keluargaku"
Kakek Zhang diam sejenak, pandangannya menerawang ke tempat yang jauh. Ada genangan air di matanya.
"Sejak saat itu aku menghilang dari dunia kultivasi, menjadi manusia biasa dan pergi mengembara, berharap menemukan obat atau sesuatu yang bisa memulihkan kultivasiku. Agar aku bisa membalaskan dendam kematian keluargaku. Hingga akhirnya aku tiba di kota Xiao". Kakek Zhang menarik napas panjang.
"Tapi sekarang.. aku sudah terlalu tua, dan lelah, sudah tidak ada harapan lagi untuk pulih. Hongjun, beberapa gulungan ini aku dapatkan di pelelangan dan belum sempat di pelajari, ada kemungkinan orang-orang yang menyerangku mengincar gulungan itu. Terutama gulungan dengan simbol ungu, jangan biarkan orang lain tahu kau memilikinya. Sedangkan botol-botol giok, masing-masing sudah di beri tanda sesuai dengan nama benda di dalamnya. Setelah kau mempelajari semua gulungan ini, secara alami kau akan mengerti kegunaan dari setiap botol itu. Beberapa botol giok berisi api binatang, kau bisa menggunakanya untuk pemurnian pil.
Hongjun, kau harus selalu waspada terhadap siapapun yang kau temui, dunia kultivasi kejam dan penuh tipu daya, jangan mudah percaya kepada siapapun".
"Baik guru" Li Hongjun menangkupkan tangan dengan hormat. Sesaat kemudian Kakek Zhang pergi.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Dua tahun sudah berlalu sejak Li Hongjun menerima cincin penyimpanan dari Kakek Zhang. Syaoran telah tumbuh besar, tubuhnya sedikit lebih besar dari beruang dewasa dengan bulu putih salju. Selain bermain dengan Syaoran, dan merawat tanaman, Li Hongjun menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlatih.
Berkat bimbingan dari kakek Zhang, dalam waktu dua tahun ia telah berhasil memurnikan puluhan botol pil penyembuh, pil pemulih enegi, pil penyerap energi tingkat dua, dan beberapa jenis pil tingkat dua lainnya. Ia juga telah menyerap semua metode dalam gulungan kedalam ingatannya.
Namun, gulungan metode pemurnian inti api harus memiliki Divine Flame untuk mempraktikannya. Ada pun metode pemurnian dan pengendalian api, dia sudah menguasai sepenuhnya menggunakan api binatang berwarna hijau dari botol giok.
Gulungan metode pembangkit kekuatan mental sudah berhasil di pelajari. Setelah berhasil membangkitkan kekuatan mental, dia mempelajari gulungan bergambar simbol ungu. Setelah dia mempelajari gulungan itu, muncul sebuah simbol berwarna ungu di antara alisnya, bentuk simbol itu sama dengan simbol pada gulungan. Lalu dia pun mulai belajar mengendalikan benda-benda dengan kekuatan mental.
Dengan kekuatan mentalnya, ia juga memiliki kemampuan melihat dalam gelap dan tembus pandang untuk memindai area di sekitarnya dalam jarak tertentu. Semakin kuat kekuatan mental, semakin jauh jarak penglihatannya, itu adalah kemampuan khusus yang dimiliki oleh master mental dengan simbol ungu.
Untuk meningkatkan kekuatan mental ia harus menyerap energi berwarna ungu, yang bisa di dapatkan dari pil dan beberapa tumbuhan langka, selain itu, bisa juga dengan melahap inti binatang roh tertentu, atau berkultivasi di tempat khusus yang mengandung energi kekuatan mental.
Waktu berlalu dalam sekejap, tanpa terasa satu tahun lagi telah berlalu, total tiga tahun Sejak Li Hongjun mulai berkultivasi, dengan bimbingan Kakek Zhang, Li Hongjun sudah mencapai tahap Martial Practitioner bintang lima. Kekuatan mentalnya juga semakin kuat. Berkat latihan yang tekun setiap hari, kini dia sudah pandai menggerakan benda-benda dengan kekuatan mental dan mengendalikannya.
Li Hongjun memeriksa semua gulungan miliknya, semuanya sudah selesai di pelajari. Dia hanya perlu mencari beberapa terobosan untuk meningkatkan kultivasinya. Namun, masih Tersisa satu gulungan polos berwarna hitam yang didapatkan dari Song Tianji, ia meraih gulungan itu dan mengamatinya, Lalu ia memusatkan pikiran dan mengalirkan kekuatan indra spiritualnya untuk memeriksa gulungan, namun dia tidak menemukan apapun. Dia mencobanya beberapa kali, tapi tetap tidak bisa menemukan apapun. Li Hongjun menggeleng dengan ekspresi kecewa, ia menyalakan api hijau di telapak tangannya, menggengam gulungan itu untuk membakar dan menghancurkannya, namun tiba-tiba ekspresinya berubah, bagaikan membakar sebongkah batu, gulungan itu tidak bisa terbakar, padahal gulungan itu seperti terbuat dari kulit binatang
Setelah dibakar cukup lama, gulungan itu tetap utuh dan tidak ada perubahan sedikitpun. Li Hongjun berhenti membakar dan meletakan gulungan itu. Ia berpikir bahwa gulungan itu tidak biasa, pasti ada sesuatu di dalamnya, ia hanya perlu menemukan cara untuk melihat isinya. Ia merenung dan berpikir beberapa saat.
Tiba-tiba, Li hongjun punya ide dengan kekuatan mental miliknya. Dia segera maraih gulungan itu, dan segera fokus mengalirkan kekuatan mentalnya kedalam gulungan, setelah beberapa kali mencoba, perlahan mulai muncul sebuah gambar buram, perlahan-lahan gambar itu mulai bertambah jelas, semakin banyak kekuatan mental mengalir masuk kedalam gulungan, gambar itu menjadi semakin jelas, itu adalah sebuah senjata cakram besi hitam dengan empat bilah, berbentuk seperti suriken berukuran besar yang di modifikasi dengan sangat unik dan indah dengan ukiran berwarna emas. Li Hongjun menyalurkan kekuatan mentalnya pada cakram, tiba-tiba cakram itu bergetar, lalu berputar dan melesat keluar dari dalam gulungan, masuk kedalam simbol diantara alisnya, lalu muncul di dalam ruang spiritualnya. Gulungan hitam itu lalu runtuh menjadi debu dan beterbangan.
Di dalam ruang spiritual, Li hongjun mengamati cakram besi itu yang hanya mengambang diam disana. Dia mencoba berulang kali untuk menggerakan cakram besi itu dengan indra spiritual dan kekuatan mental, tapi cakram besi itu hanya diam disana tidak bergeming. Li hongjun menyerah pada cakram itu, ia menghentikan latihannya, dan keluar untuk bermain dengan Syaoran.
Tidak ada lagi gulungan yang tersisa untuk di pelajari, Li hongjun membutuhkan teknik beladiri untuk bisa benar-benar menjadi seorang kultivator yang kuat. Tapi kakek zhang tidak memberikan satupun, ia hanya berpikir mungkin Kakek Zhang tidak memilikinya.
Setelah menghabiskan waktu beberapa hari lagi hanya untuk berkultivasi, Li Hongjun bosan, dia memberanikan diri untuk bertanya kepada Kakek Zhang, bagaimanapun ia sangat membutuhkan teknik beladiri, apapun itu.
Pagi itu, dia melihat Kakek Zhang sedang duduk di teras rumah menikmati udara pagi, dia mengambil poci teh, dan menuangkannya untuk kakek zhang. Dia mengepalkan giginya untuk bertanya, namun ia kembali ragu-ragu dan nyaris mengurungkan niatnya.
Kakek Zhang hanya duduk santai dan menyeruput cangkir teh. Dia menatap Li Hongjun dalam-dalam. Sesaat kemudian, ekspresi Kakek Zhang seolah-olah tahu apa yang dipikirkan bocah itu, lalu ia mengambil sebuah cincin berwarna hitam dan berkata.
"Hongjun... kau harus pergi dan bergabung dengan sekte"
"Tapi guru" Li hongjun tertegun. "Jika aku pergi, siapa yang akan menemani guru?"
"Hanya dengan bergabung kedalam sekte kau bisa lebih mudah meningkatkan kekuatan, menjalin beberapa hubungan, temukan beberapa orang yang bisa kau percayai untuk di jadikan sahabat. Lagi pula, aku tidak punya gulungan teknik beladiri untuk kau pelajari. Gulungan teknik beladiri yang ku pelajari saat itu sebagian besar milik sekte, aku hanya meminjam dan mengembalikannya. Aku hanya memiliki beberapa gulungan yang disimpan di rumah ku, tapi semuanya sudah di curi.
Kau tidak perlu khawatir tentangku, aku akan baik-baik saja, orang-orang di sini berhubungan baik denganku" Kakek zhang menatap Li hongjun dalam-dalam.
"Di dalam cincin ini ada tungku pil kelas legendaris dan resep pil tingkat tinggi. itu adalah hadiah yang aku dapatkan sebagai juara di kompetisi alkemish. Ada juga beberapa resep pil tingkat lima. Ada beberapa juta koin emas dan perak serta jutaan batu roh kualitas tinggi, itu semua adalah tabunganku selama menjadi Alkemish.
Sekarang benda-benda ini sudah tidak berguna untukku. Ambilah ini dan gunakanlah sebaik mungkin.
Ada batu giok di dalam cincin ini, Aku merekam gambar orang-orang yang menyerangku saat itu dengan sisa-sisa kekuatan terakhirku. Aku hanya meminta satu hal, jika kelak kau sudah memiliki kekuatan yang cukup, carilah mereka dan balaskanlah dendam kematian keluargaku"
Li hongjun terdiam, sebagai seorang murid sudah tentu dia ingin membalaskan dendam dan mencari keadilan untuk gurunya.
"Baik guru. Aku pasti akan mencari mereka dan memaksa mereka membayar perbuatannya".
"Hongjun.. kau adalah satu-satunya muridku dan juga satu-satunya keluargaku. Juga hanya kaulah satu-satunya harapanku". Kakek Zhang menarik napas. "Pergilah ke ibukota kerajaan, disana kau bisa mencari informasi tentang sekte-sekte besar untuk bergabung".
"Sekarang guru?" Li hongjun tertegun. Di balas dengan anggukan Kakek Zhang.
"Tidak ada lagi yang bisa kau lakukan disini. Sudah tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu. Pergilah ke ibukota untuk mendapatkan teknik beladiri di Treasure palace, barangkali saja ada beberapa yang dijual disana".
"Guru" Li hongjun berlutut dan melakukan kowtow tiga kali.
Mata Li Hongjun berkaca, ada genangan air yang tertahan disana. Berat rasanya bagi Li hongjun untuk meninggalkan Kakek Zhang. Setelah semua, baginya Kakek Zhang adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, tapi dia tidak punya pilihan. Jika dia tetap tinggal, akan terlalu sulit baginya untuk berkembang. Ia lalu berdiri dan menangkupkan tangan.
"Guru, murid mohon pamit". Kakek Zhang mengangguk. Setelah menangkupkan tangan, Li hongjun berbalik untuk pergi dan perlahan menghilang di kejauhan.
Li hongjun pergi ke paviliun pil di pusat kota Xiao untuk mencari Song Tianji, namun paviliun pil itu sekarang sepi, tidak ada orang yang berdagang disana. Rupanya tidak setiap hari tempat itu di penuhi pedagang. Hanya setahun sekali para kultivator datang untuk berdagang di sini selama beberapa hari. Melihat tidak ada orang, Li hongjun segera pergi untuk melanjutkan perjalanannya ke ibukota Yuan Jia.
Jika mengikuti jalan utama yang berputar kearah barat dengan berjalan kaki, akan butuh waktu yang sangat lama untuk sampai disana. Ia tidak bisa mengeluarkan Syaoran di jalan umum karena takut akan menarik perhatian banyak orang. Jika ingin lebih cepat, dia harus mengambil jalan pintas dengan menerobos hutan dan mengambil jalan lurus ke utara. Li hongjun menghadapi situasi yang sulit, jika ia mengambil jalan pintas melewati pegunungan dan hutan, ia beresiko besar untuk tersesat karena dia tidak punya peta dan kompas.
Li hongjun mengepalkan giginya, jika ingin menjadi kuat dia harus siap untuk menghadapi segala resiko. Jangankan hanya tersesat, sebagai kultivator dia juga harus siap untuk menghadapi situasi hidup dan mati. Li hongjun mengusap cincin penyimpanannya mengeluarkan syaoran. Setelah lebih dari tiga tahun di beri pil khusus dan batu roh kualitas tinggi, tubuh Syaoran sekarang sudah sebesar banteng. Dia naik kepunggung Syaoran dan memerintahkan Syaoran yang terhubung dengan indra spiritualnya untuk menerobos kedalam hutan menyerbu ke utara.
Syaoran berlari membawa Li hongjun di punggungnya, dengan auranya dan ukuran tubuhnya yang besar, tidak ada binatang buas biasa yang berani menggangunya, mereka semuanya melipatkan ekor di antara kedua kakinya sebelum berbalik dengan cepat dan lari terbirit-birit.
Li hongjun dan syaoran terus berjalan menyelinap diantara semak dan pepohonan menerobos ke arah utara. Pada malam hari mereka beristirahat dan berkultivasi. Setelah menjadi kultivator, Li hongjun bisa bertahan hidup tanpa makanan. Dia cukup mengkonsumsi pil dan menyerap batu roh serta menyerap energi spiritual di sekitar untuk menjaga tubuhnya tetap sehat dan kuat. Kecuali hanya untuk menikmati rasa makanan yang lezat, mengkonsumsi makanan biasa tidak terlalu berguna untuknya. Sepanjang perjalanan ini mereka tidak menemui satupun binatang roh dan tumbuhan herbal.
Belasan hari kemudian mereka tiba di tepi jurang yang curam. Ratusan meter di seberang sana adalah gunung-gunung berbatu yang tinggi menjulang di atas tebing, Li hongjun menggunakan kekuatan mentalnya, ia melihat ada beberapa binatang roh dan tumbuhan langka disebrang sana.
Li hongjun turun dari punggung syaoran, memeriksa jurang dan melihat kebawah. Jauh di bawah sana ada sungai jernih yang mengalir diantara bebatuan. Li hongjun memeras otak memikirkan cara untuk turun, ia berpikir andaikan dia punya binatang roh burung pasti semuanya akan lebih mudah.
Sesaat kemudian Li hongjun mendapat ide, dia mengumpulkan batang-batang tumbuhan merambat sebesar jari lalu mengikat dan menyambungkan mereka semua membentuk sebuah tali. Dia mengikatkan salah satu ujungnya pada sebatang pohon dan melemparkan ujung yang lain kedasar jurang. Ia lalu turun melalui tali itu, merayap hingga mendarat di dasar jurang. Kemudian dia mengeluarkan pedang dan mengendalikannya dengan kekuatan mental untuk memotong ujung tali yang terikat di atas.
Kemudian, dia menggulung tali dan memasukannya ke dalam cincin, lalu pergi menyebrangi sungai. Sungai itu dangkal, jika orang biasa dari atas jurang jatuh kesungai ini, sudah pasti mati.
Setelah menyebrangi sungai, dia mengeluarkan tali lalu mengikatkan salah satu ujungnya ke gagang pedang. Kemudian dia mengendalikan pedang itu terbang ke atas bertujuan untuk mengaitkan tali pada batang pohon di atas tebing. Tapi tebing itu terlalu tinggi, kekuatan mentalnya tidak cukup kuat untuk mengangkat tali dengan pedang. Ia mencoba berulang kali tapi selalu gagal, pedang dan tali itu selalu jatuh sebelum sampai di atas tebing.
Akhirnya Li Hongjun menyerah dengan ide itu, ia memasukan tali itu kedalam cincin penyimpanan lalu berjalan menyusuri tepian sungai untuk menemukan bagian tebing yang lebih rendah.
Setelah dua hari berjalan menyusuri tepi sungai, Li hongjun bertemu dengan air terjun. Ia memindai air terjun dengan kekuatan mental. Ada gua di balik air terjun itu. Dengan hati-hati ia berjalan merayap di pinggiran tebing di tepi air terjun untuk menyelinap masuk kedalam gua.
Setelah berada di gua, ia memindai kedalam, memeriksa takut ada sesuatu yang berbahaya. Setelah memastikan tidak ada bahaya, dia masuk kedalam gua, dia bisa menggunakan api binatang untuk penerangan, tapi dia tidak melakukannya, dia memilih menggunakan kekuatan mental untuk melihat di kegelapan.
Li Hongjun berjalan menyusuri gua, semakin dalam gua itu semakin terang, ada beberapa kristal yang memancarkan cahaya menerangi dinding gua. Gua ini seperti terowongan yang di buat oleh seseorang bertahun-tahun yang tak terhitung jumlahnya.
Setelah berjalan beberapa ratus meter, gua itu bercabangi, Li hongjun berbelok ke sebelah kiri dan memindai kedepan dengan kekuatan mental, puluhan meter di depan, ada ruangan luas seperti aula dengan sebuah kolam kecil di tengahnya, dia pun bergegas keruangan itu.
Setelah tiba disana, dia melihat kolam kecil dengan air yang sangat jernih. Ada tetesan kecil yang menetes terus menerus dari stalaktit yang menggantung jauh di atas kolam. Dia meraih air kolam dengan telapak tangan dan meminum airnya, ada kandungan energi spiritual murni yang besar pada tiap tetes air itu.
Li Hongjun minum beberapa teguk lalu berkultivasi. Syaoran juga minum sepuasnya. Li hongjun duduk dalam posisi lotus. Dia merasakan energi sepiritual yang kaya mengalir ke dalam tubuhnya. Namun, sesuatu yang aneh terjadi, energi spiritual itu terbagi kedalam cakram besi di ruang spiritual.
Lima bulan kemudian, Li Hongjun menembus ke tahap Martial Practitioner bintang delapan. Ada perubahan pada cakram besi. Kini cakram besi itu sedikit lebih terang. Jika saja energi spiritual itu tidak terbagi dengan cakram besi, seharusnya dia sudah menembus tahap Martial Grandmaster.
Li Hongjun mengambil beberapa botol giok kosong dan mengisinya dengan air kolam. Namun dia tidak puas, ia merasa ada sesuatu yang terlewat.
Ia melihat keatas memandang tetesan air yang menetes dari stalaktit besar yang basah. Li Hongjun memindai dengan kekuatan mental. Dia melihat ada sebongkah batu berwarna putih susu didalam stalaktit itu. Dia mengusap cincin, dan sebuah pedang keluar, dengan kekuatan mentalnya pedang itu terbang mengebor stalaktit besar yang menggantung beberapa meter dari atas kolam.
Pedang itu hanya harta biasa, butuh waktu lama untuk melubangi stalaktit, tapi dia tidak terburu-buru, dengan sabar ia duduk bersila di tepi ruangan sambil mengerahkan kekuatan mentalnya untuk mengendalikan pedang. Satu hari kemudian, dia berhasil mengeluarkan bongkahan batu putih susu itu dari dalam stalaktit, tapi batu itu pecah menjadi beberapa bongkahan kecil sebesar telur ayam.
Li Hongjun duduk dalam posisi lotus memegang dua bongkahan batu putih susu di kedua tangannya, ia memusatkan pikirannya untuk menyerap batu itu. Li Hongjun fokus dan mulai menyerap untuk naik ke tahap Martial Master. Namun energi yang diserap dari bongkahan batu juga terbagi, sebagian terserap masuk kedalam cakram besi. Gemuruh gemuruh bergema di dalam ruang spiritual Li Hongjun. Cakram besi itu bergetar dan bercahaya.
Warna hitam pekatnya tiba-tiba pudar dan berubah menjadi putih susu yang bercahaya seperti neon, namun masih agak redup. Gemuruh gemuruh bergemuruh. Cakram besi itu terus menyerap energi dari batu putih susu dengan. Beberapa saat kemudian kedua bongkahan batu ditangan Li Hongjun runtuh dan menghilang.
Tidak puas, Li Hongjun mengambil bongkahan dan menyerap sekali lagi, cakram besi tiba-tiba bergetar sekali lagi menyerap energi dari bongkahan batu secara gila-gilaan. Beberapa saat kemudia cakram besi putih susu itu bersinar terang dan mulai bergerak. Kemudian cakram itu melesat keluar dari ruang spiritual dan melayang di depan Li Hingjun.
Dengan kekuatan mentalnya, Li Hongjun mengendalikan cakram. Cakram itu berputar kencang dan melesat terbang berputar-putar mengikuti pikiran Li Hongjun.
Jika Li Hongjun berkehendak agar cakram bergerak kekanan maka ia akan kekanan, jika Li Hongjun berpikir agar cakram berhenti maka ia akan berhenti dan melayang di dekatnya. Li Hongjun berpikir untuk memasukan cakram itu ke ruang spiritual, cakram itu pun langsung melesat masuk kedalam tubuh Li Hongjun dan melayang di dalam ruang spiritualnya.
Li Hongjun kembali fokus untuk menyerap energi spiritual. Kini energi itu tidak lagi terbagi, cakram besi itu tidak lagi menyerap energi spiritual. Li Hongjun terus menyerap bongkahan batu di tangannya, terus menyerap hingga akhirnya dia berhasil menembus tahap Martial Master bintang satu. Sesaat kemudian batu putih susu itu sekali lagi runtuh dan menghilang.
Ada dua bongkahan batu putih susu yang tersisa. Li Hongjun melemparkan satu kepada Syaoran. Srigala besar itu menangkap bongkahan batu dengan mulut dan melahapnya, ia segera menyerap batu itu, energi sepiritual melonjak masuk kedalam tubuh Syaoran secara menggila. Segera Ia menerobos ke tingkat tiga dan terus berlanjut ke tingkat empat. Hingga beberapa saat kemudian lingkaran bola cahaya muncul mengelilingi tubuh Syaoran. Tubuh syaoran melayang di udara dalam bola cahaya.
Li Hongjun duduk menunggu sambil berkultivasi. Beberapa hari kemudian gemuruh bergemuruh pada tubuh Syaoran dan "Boom!" Syaoran menerobos naik ke tingkat lima, kekuatannya kini setara dengan kultivator martial grandmaster. Sepasang sayap berwarna putih salju tiba-tiba tumbuh di punggungnya. Li Hongjun menganga menyaksikan pemandangan yang sulit di percaya di hadapannya. Seekor Srigala sebesar banteng dan bersayap seperti garuda berdiri di depannya. Dia menghampiri Syaoran dengan penuh suka cita, mengelus Syaoran, ada kegembiraan yang sulit di jelaskan dengan kata-kata terpancar di matanya. Kegembiraan yang sama juga terpancar di mata Syaoran, ia menggosok-gosokan kepalanya dengan lembut ke tubuh Li Hongjun.
Masih ada satu lagi bongkahan batu yang tersisa, dia menyimpannya. Lalu mengajak Syaoran pergi meninggalkan ruangan itu.
"Haha.. kita panen besar! Syaoran, ayo kita mencari ruangan gua yang lain" Sepasang sayap Syaoran menghilang masuk kembali kedalam tubuhnya, lalu ia berjalan mengikuti Li Hongjun.
Li Hongjun berjalan menyusuri lorong gua, sesekali kekuatan mentalnya menyebar memindai di sekitarnya, di bawah cahaya kristal yang menerangi dinding gua, Li Hongjun tiba-tiba menemukan tulang belulang tengkorak manusia yang berserakan. Li Hongjun menggigil, ia memindai dengan kekuatan mental sekali lagi, tiba-tiba penglihatannya menangkap beberapa cincin dalam tumpukan tengkorak. Ia bergegas mendekati cincin itu, setelah cukup dekat, cincin-cincin itu melayang dengan kekuatan mental dan mendarat di tangannya.
Li Hongjun memindai lorong gua dengan kekuatan mental sekali lagi, berharap menemukan harta karun atau sesuatu yang lain. Namun tiba-tiba dia menggigil. Kulit kepalanya terasa seperti mati rasa. Di lorong gua yang jauh di depan, dia melihat sepasang mata besar terbuka, seekor ular kobra raksasa berduri, menyerbu kearahnya. Ular itu sangat besar dengan panjang puluhan meter.
Tanpa pikir panjang dia naik kepunggung Syaoran. Melalui indra spiritual Li Hongjun, secara alami Syaoran bisa mengerti apa yang terjadi, dia langsung berbalik dan lari menuju mulut gua di air terjun dengan kecepatan gila. Ular itu semakin dekat dan hampir melahapnya, Syaoran terus berlari seperti orang gila.
Syaoran segera melompat kemulut gua dan meluncur terbang menembus air terjun. Pada saat yang sama ular itu meluncur di belakangnya menembus air terjun dengan mulut terbuka lebar untuk melahap. Syaoran mengepakan sayapnya dengan kekuatan penuh.
Mulut ular itu hampir melahap mereka berdua. Hanya beberapa inci sebelum mereka masuk kemulut ular. Tiba-tiba sebuah piringan cahaya putih berputar seperti gasing melesat seperti kilat menerobos masuk ketenggorokan ular dan terus mengebor kedalam perutnya, menghancurkan organ-organ ular itu dari dalam.
Ular raksasa itu menggelepar-gelepar di bawah air terjun, membanting ekornya secara membabi buta. Syaoran terbang melayang dengan Li Hongjun yang mengendalikan cakram duduk diatas punggunnya.
Ular raksasa itu terus menggelepar-gelepar kesakitan, sementara cakram di bawah kendali Li Hongjun terus berputar seperti gasing menghantam setiap bagian dinding perutnya, dan menghancurkan jantungnya. Beberapa saat kemudian ular itu ambruk terkulai dan mati. Cakram itu lalu melesat keluar dari mulutnya dan kembali kedalam ruang spiritual Li Hongjun.
Sebuah inti binatang tingkat sembilan melayang keluar dari kepala ular itu. Li Hongjun menyimpan inti binatang kedalam cincin. Ia memperhatikan ular itu sebentar lalu menyalurkan energi spiritualnya ketubuh ular. Tubuh ular itu lalu menyusut dan terbang masuk kedalam cincin. Li Hongjun berbinar.
"Syaoran, ayo kita kembali kedalam, ini panen pertama kita, jangan menyia-nyiakan panen besar ini". Syaoran terbang kembali dan meluncur menembus air terjun masuk ke mulut gua. Setelah mendarat di mulut gua sayap Syaoran segera menutup dan menghilang.
Li Hongjun dan Syaoran kembali masuk menyusuri lorong gua. Setelah sampai pada tumpukan tengkorak dan tulang belulang yang berserakan, Li Hongjun turun dari punggung Syaoran. Ia terus berjalan sambil memindai dengan kekuatan mental.
Ada beberapa lorong gua di depan yang melingkar dan saling terhubung menembus satu sama lain. Tidak ada lagi ruangan besar seperti di kolam stalaktit. Setelah cukup lama mencari, namun tidak menemukan apapun. Dia berjalan ratusan meter mengikuti lorong gua yang berbelok belok sebelum akhirnya tiba di mulut gua. Dia keluar dari gua, dan melihat hamparan lembah yang hijau di hiasi bukit-bukit batu.
Dia berdiri di depan gua, menikmati hembusan angin dan pemandangan dari hamparan lembah yang membentang luas. Setelah puas, dia berbalik masuk kembali kedalam gua. Dia duduk bersila di sekitar mulut gua dan memeriksa cincin yang dia temukan pada tumpukan tulang. Tidak ada jejak energi spiritual pada cincin itu, dia memindai cincin-cincin itu dengan indra spiritual, ada sebuah kuali racun disana, ada sebuah kotak giok dan beberapa gulungan. Ada juga beberapa bahan pemurnian. Dan mata Li Hongjun berbinar, ada ribuan tael emas di dalam salah satu cincin, hampi sepuluh ribu. Juga ada jutaan koin emas dan jutaan batu roh kualitas tinggi di dalam cincin lainnya..
"Dari mana orang-orang ini mendapatkan begitu banyak tael emas dan batu roh? Apakah mereka meracuni sebuah klan besar dan merampok semua hartanya?"
Li Hongjun mengeluarkan kotak giok dan membukanya, ada puluhan jarum sebesar lidi dengan panjang sepuluh inci berwarna perak. Kemudian dia mengeluarkan gulungan, dia membuka gulungan satu-persatu dan menyerap semua informasi kedalam ingatannya. Itu adalah teknik pemurnian senjata beracun, dan beberapa resep penawar racun dan teknik racun. Dia berpikir, mungkin pemilik cincin ini sengaja datang ke gua untuk mendapatkan racun ular sebagai bahan utama teknik racun miliknya. Tapi sayang, mereka malah berakhir di dalam perut ular dan menjadi tulang belulang. Namun kenapa mereka tidak membayar orang dengan ribuan tael emas dan batu roh untuk menangkap ular? Atau jangan-jangan ular ini binatang roh miliknya?. Ah.... Li Hongjun menggeleng, sia-sia saja memikirkan itu.
Setelah menyerap gulungan teknik pemurnian racun, dia mengeluarkan bahan-bahan dari dalam cincin. Ada belasan bahan pemurnian melayang di depannya. Masih kurang satu bahan, itu adalah racun ular kobra sisik perak. Dia mengusap cincin dan tubuh ular raksasa melayang keluar. Ia memeras kelenjar racun dengan kekuatan mental. Cairan racun mengalir keluar dari taring ular dan melayang di udara membentuk dua bola hijau. Lalu mengambil botol giok dan memasukan salah satu bola hijau ke dalamnya, sedangkan bola hijau yang lain di biarkan melayang didepannya.
Li Hongjun mengeluarkan kuali racun. Lalu ia menyalakan api hijau di tangannya dan mengendalikannya untuk membakar kuali. Belasan bahan melayang masuk satu-persatu kedalam kuali. Li hongjun terus membakar kuali hingga bahan-bahan mulai mencair. Lalu puluhan Jarum dari kotak giok melayang masuk kedalam kuali, dan beberapa saat kemudian racun ular berbentuk bola hijau melayang masuk kedalam kuali.
Puluhan jarum itu melayang dan berputar-putar di tengah kuali, bahan-bahan yang mencair mulai menyatu dengan racun ular dan meresap masuk kedalam jarum. Dia terus membakar kuali, hingga beberapa saat kemudian semua bahan-bahan telah terserap habis dan menyatu dengan jarum.
Li Hongjun memadamkan nyala api, dan puluhan jarum beracun yang sangat mematikan melayang keluar dari kuali. Jarum itu awalnya berwarna perak, tapi kini telah berubah menjadi hijau gelap. Dia tersenyum puas dan menyimpannya kedalam cincin.
Kuali racun itu masih melayang di depan Li Hongjun, lalu dia mengeluarkan beberapa bahan lagi dari dalam cincin sesuai informasi yang dia serap dari gulungan teknik racun, bahan-bahan itu melayang di depannya, semua bahan ini sudah lengkap kecuali hanya satu bahan yang kurang, yaitu racun ular. Li Hongjun menyalakan kembali api hijau di tangannya dan mulai membakar kuali racun, bahan-bahan melayang masuk kedalam kuali satu-persatu dan setelah beberapa saat kemudian bahan-bahan itu mulai mencair. Kemudian racun ular melayang keluar dari botol giok dan masuk kedalam kuali.
Dia terus membakar dan fokus mengendalikan api agar panasnya merata dan stabil. Dahinya berkeringat, beberapa saat kemudian bahan-bahan mulai menggumpal dan dua butiran pil mulai terbentuk, itu berputar di tengah kuali dan perlahan-lahan mengeras. Lalu dia memadamkan api, dan sesaat kemudian dua butir pil berwarna hijau gelap terbang keluar dan mendarat di tangannya.
Li Hongjun mengamati pil beberapa saat, dia tidak tahu pil itu tingkat berapa, tidak ada informasi dalam gulungan. Dia duduk bersila dan memasukan satu pil kedalam mulutnya. Kemudian tubuhnya mulai bergetar dan berkeringat panas dingin. Cairan racun menyebar ke seteiap sel darah dan terus meresap kesetiap bagian tubuhnya. Beberapa saat kemudian dia kembali tenang, pil racun sudah di serap dengan sempurna.
Kemudian dia memberikan satu pil racun kepada Syaoran, dengan perintah indra spiritual Li Hongjun, Syaoran segera melahap pil itu dan menyerapnya. Kini mereka berdua kebal terhadap segala jenis racun.
Tubuh ular raksasa itu masih tergeletak di sana, Li Hongjun mengamatinya sebentar, ia mengusap cincin dan sebilah pedang melayang keluar. Ia meraih pedang itu dan menebas kulit ular dengan kekuatan penuh. Saat tebasan pedang itu menyentuh kulit ular, ia berdentang keras seperti menghantam baja. Ekspresi Li Hongjun puas. Kemudian dia menyingkirkan tubuh ular raksasa itu kedalam cincin. Dia berpikir mungkin saja bangkai ular ini akan memiliki harga yang cukup mahal jika di jual.
Setelah melakukan pemurnian dua kali, tubuh Li Hongjun merasa letih, ia segera minum beberapa pil pemulih energi dan beristirahat, kemudian dia meminum air dari kolam tetesan stalaktit di botol giok dan berkultivasi.
Sempat terpikir untuk memberikan inti binatang tingkat sembilan itu kepada Syaoran untuk di serap, tapi ia mengurungkan niatnya. Dengan tingkatan Syaoran saat ini ia belum cukup kuat untuk menyerap inti binatang tingkat sembilan. Jika Syaoran mampu menyerapnya maka tingkatannya bisa melonjak beberapa tingkat dan berevolusi sekali lagi. Tapi jika Syaoran tidak kuat menahan energi yang terlalu besar, tubuhnya bisa meledak dan mati. Tentu saja Li Hongjun tidak mau mengambil resiko itu.
Setelah energi Li Hongjun pulih sepenuhnya, dia naik ke punggung Syaoran dan masuk kembali menyusuri lorong gua dan tiba di ruangan besar berisi kolam, lalu ia turun dari punggung Syaoran. Dia mencelupkan cincin ke dalam kolam. Lalu dia segera memusatkan kekuatan spiritualnya pada air kolam. Beberapa saat kemudian air kolam itu menyusut dan masuk kedalam cincin, tidak ada apapun dalam cincin itu selain air kolam, kemudian cincin itu menghilang masuk kedalam cincin hitam yang terpasang di jarinya. Setelah semua, dia segera naik kepunggung syaoran dan keluar meninggalkan kolam yang kering, mereka terus bergegas melewati lorong dan keluar meninggalkan gua lalu terbang diatas hamparan lembah yang luas.
Syaoran terbang melayang tinggi di atas lembah seperti elang yang sedang mencari mangsa. Li Hongjun mengamati lembah di bawahnya. Sesekali ia memindai dengan kekuatan mentalnya. Namun tidak ada sesuatu yang menarik, hanya ada binatang roh tingkat rendah berkeliaran, binatang roh tingkat rendah tidak memiliki inti iblis, membunuh mereka hanya sia-sia dan tidak akan menghasilkan apapun. Hanya binatang roh tingkat empat atau lebih tinggi yang memiliki inti binatang.
Pada suatu tempat di sisi lain lembah. Belasan orang pemuda berkumpul, mereka terlihat seperti murid-murid dari suatu sekte. Dua dari mereka pada tahap martial grandmaster, dan tiga orang pada tahap martial master. Sedangkan sisanya, paling tinggi hanya pada tahap martial practitioner bintang sembilan.
"Kakak senior, itu tempatnya" sorang pemuda berbaju abu-abu menunjuk kesebuah gua.
"Apa kau yakin?" Orang berbaju hitam yang di panggil senior ini pada tahap martial grandmaster.
"Itu benar senior" kata pemuda lain berbaju coklat "kami melihatnya dengan mata kepala sendiri pohon buah langka itu di dalam"
"Tapi bagaimana mungkin ada pohon tumbuh didalam gua".
"Senior, itu bukan pohon biasa".
"Betul senior, jika bukan karena harimau besar itu terbangun, kami pasti sudah mengambilnya, dua orang teman kami tewas".
"Ada berapa binatang buas didalam?"
"Kami tidak yakin, tapi pada saat itu hanya ada satu harimau tingkat lima".
"Ayo masuk" kata senior berbaju hitam. Lalu mereka semua masuk kedalam gua.
Di atas lembah, Syaoran masih terbang melayang dengan Li Hongjun duduk di atas punggungnya. Li Hongjun mengamati pemandangan dibawah, beberapa lama kemudian tiba-tiba ekspresinya berubah, ia melihat sebuah gua di kejauhan. Dalam sekejap mereka meluncur dan mendarat di depan gua.
Setelah mendarat, sayap besar syaoran segera menutup dan menghilang. Li hongjun turun dari punggung Syaoran. Dia berdiri di depan gua berniat untuk memindai dengan kekuatan mental.
Namun tiba-tiba belasan orang keluar dengan tawa dan obrolan penuh suka cita. Salah satu dari mereka menggendong anak harimau kecil berwarna hitam pekat. Meski beberapa dari mereka terluka dan berlumuran darah, mereka terlihat gembira dan bersemangat. Namun ekspresinya tiba-tiba berubah ketika mereka melihat seseorang berdiri di depan gua.
Li Hongjun terkejut dan segera manangkupkan tangan sebagai bentuk adab saling menghormati. Belasan orang pemuda itu berdiri di mulut gua, dia memandang Li Hongjun dan Syaoran dengan ekspresi aneh. Tidak ada satupun dari mereka yang membalas menangkupkan tangan.
Senior berbaju hitam mengamati tingkat kultivasi Li Hongjun, dia lalu melihat pakaianmya yang sederhana dan lusuh. Ekspresi menghina terbias di wajahnya. Dan beberapa saat kemudian pandangan matanya terkunci pada cincin hitam di jari Li Hongjun. Ia lalu mengamati srigala besar seputih salju di belakang Li Hongjun dan berkata.
"Bocah, apakah itu binatang roh milikmu?".
"itu benar, senior" Li Hongjon mengangguk.
"Berikan binatang roh itu padaku, dan aku akan membiarkanmu pergi" Kata senior berbaju hitam dengan santai.
Li Hongjun kembali menangkupkan tangan.
"Maaf senior, binatang roh ini sudah seperti adikku sendiri, aku tidak bisa memberikannya".
"Hmm!! Kalau begitu serahkan cincin di jarimu dan kau boleh pergi!"
"Mohon maaf senior, cincin ini adalah pemberian kakekku, aku tidak bisa menyerahkannya kepada siapapun". Li Hongjun masih menangkupkan tangan.
"Kurang ajar! Bocah, Aku sudah berbelas kasihan kepadamu, tapi kau benar-benar tidak tau berterima kasih"
"Mohon maaf senior, mintalah sesuatu yang lain, aku punya koin emas dan batu roh, jika senior mau aku bisa memberikannya".
"Bocah sialan! Kurang ajar!! "Senior berbaju hitam menggertakan giginya karena marah "kau pikir aku ini pengemis?!"
Senior berbaju hitam memberi isyarat kepada para juniornya "Bunuh dia!".
Tanpa banyak bicara belasan pemuda itu menghunus pedang dan segera mengelilingi Li Hongjun dan Syaoran. Mereka serentak menerjang dan menebaskan pedang kearah Li Hongjun. Syaoran menggeram dan menyeringai, dalam sekejap mata ia melompat dan menerkam ke depan, menggigit dan mencabik para pemuda yang menyerang.
Beberapa orang pemuda tewas seketika. Beberapa yang lain lolos dari terkaman Syaoran dan melompat menebaskan pedang ke kepala Li Hongjun. Namun sebelum pedang itu menyentuh Li hongjun, dalam sekejap mata tiba-tiba mereka berjatuhan ketanah, terkulai dan mati. Sebuah jarum beracun melesat menembus tubuh mereka secepat kilat tanpa bisa terlihat oleh seorangpun dari mereka.
Senior berbaju hitam tercengang tidak percaya, mulut pemuda tahap Martial Grandmaster yang lain menganga, kulit kepalanya terasa mati rasa. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi dengan para juniornya.
Hanya mereka berdua yang tersisa. Mereka mengepalkan giginya dengan marah dan cahaya qi meletus ditubuhnya, pedang ditangannya menyala mengeluarkan tekanan energi pedang yang kuat. Hampir bersamaan mereka melompat secepat kilat menebas dan menusukkan pedang kearah Li Hongjun.
Li Hongjun berdiri dengan tenang. Menyuruh syaoran untuk mundur dengan indra spiritual. Dia lalu bersiaga menunggu tebasan datang. Tepat ketika kedua senior itu melompat di udara, Li Hongjun menggerakan tangannya. Hanya beberapa inci sebelum pedang menyentuh tubuh Li Hongjun, Tiba-tiba sebuah piringan cahaya putih berputar seperti gasing terbang melingkar melesat seperti kilat menembus tubuh kedua senior itu. Mereka melotot dengan penuh rasa marah dan tidak percaya, lalu dengan serentak mereka berdua ambruk dan mati.
"Aku tidak ingin membunuh, tapi kalian menganggap hidupku seperti semut. Menolak uang dan memilih kematian".
Dengan lambaian, dua buah cincin giok berwarna hijau melayang ketangan Li Hongjun, ia mengamati belasan mayat pemuda yang lain, namun tak satupun dari mereka memiliki cincin penyimpanan. Dia lalu mengambil anak harimau kecil berwarna hitam dan menggendongnya.
Li Hongjun menyingkirkan mayat-mayat dan pedang yang berserakan kedalam cincin lalu masuk kebagian terdalam gua, ia lalu mengeluarkan mayat-mayat itu dari cincin dan menumpuknya disana. Li Hongjun menyalakan api di tangannya dan membakar mayat-mayat itu menjadi abu.
Dia memindai area didalam gua, ia hanya menemukan bangkai harimau hitam besar, dan tidak menemukan apapun yang lain. Dia berniat meninggalkan anak harimau itu di dalam gua, namun dia tidak tega dan mengurungkan niatnya. Dia memasukan anak harimau itu kedalam cincin, lalu naik kepunggung Syaoran dan segera pergi meninggalkan gua itu. Dia harus pergi secepat mungkin menjauhi tempat itu untuk menghindari masalah. Walau bagaimanapun dia baru saja membunuh banyak orang, akan sangat berbahaya jika dia berlama-lama disana.
Setelah terbang beberapa puluh kilometer jauhnya, Syaoran melambat. Li hongjun memerintahksn syaoran untuk mendarat ke tanah. Li Hongjun melompat turun dari punggung syaoran. Mereka kemudian berjalan menyusuri padang rumput dan semak di antara bukit-bukit batu yang tinggi menjulang.
Mereka berjalan beberapa kilometer sambil berburu inti binatang. Setiap bertemu dengan binatang roh tingkat empat. Syaoran segera menyerang dan menerkamnya. Di bantu dengan cakram besi milik Li Hongjun, dalam waktu singkat mereka sudah mengumpulkan lebih dari tiga puluh inti binatang roh tingkat empat. Setelah di rasa cukup, mereka bergegas mencari tempat untuk istirahat dan berkultivasi.
Lembah itu dipenuhi dengan tebing bukit batu yang membentuk dinding tinggi menjulang. Li Hongjun berjalan di antara dinding batu. Ia sesekali memindai area di sekitarnya mencari tempat yang aman untuk berkultivasi.
Setelah cukup lama berjalan, mereka tiba di sebuah danau kecil. Li hongjun memindai dengan kekuatan mental. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada sebuah gua di bawah dinding tebing di sekitar tepi danau. Dia segera bergegas menuju gua.
Lubang gua itu hanya sedalam lima meter dan tingginya hanya sekitar dua meter. Ada berbagai macam bunga beraneka warna yang tumbuh subur di depan gua itu yang terhampar hingga ke tepi danau. Li Hongjun segera masuk dan duduk di lantai gua. Syaoran duduk di depannya. Li Hongjun mengusap cincin dan puluhan inti binatang tingkat empat melayang keluar, mengambang di depan syaoran. Srigala besar itu kemudian melahap dan menyerapnya satu persatu. Li Hongjun mengeluarkan anak harimau hitam, lalu dia memberinya minum air energi spiritual dari cincin hitam, kemudian memberinya pil dan setumpuk batu roh untuk diserap.
Li Hongjun mengusap cincin lagi, dalam sekejap dua buah cincin giok berwarna hijau muncul di genggaman tangannya. Dia memindai kedua cincin itu dengan indra spiritualnya dan langsung mengeluarkan semua isinya. Ada dua gulungan teknik beladiri, satu teknik beladiri tangan kosong, dan lainnya teknik beladiri pedang.
Ada tiga butir buah mirip sawo yang bercahaya keemasan. Dan ada pohon kecil sebesar lengan yang di cabut dengan tanahnya. Serta ada beberapa puluh ribu koin emas dan ratusan ribu batu roh kualitas menengah, dan beberapa juta batu roh kualitas rendah. Li hongjun mengambil satu juta batu roh kualitas rendah dan menggundukannya membentuk gunungan kecil di sekitar anak harimau hitam dan Syaoran.
Kemudian dia meraih gulungan teknik bela diri, lalu menyalurkan energi spiritual kedalam gulungan. Segera gemuruh gemuruh bergemuruh di kepala Li Hongjun. Berbagai bayangan gambar manusia transparan bergerak memperagakan gerakan-gerakan bela diri mengalir masuk kedalam ingatannya. Setelah selesai, dia meraih gulungan yang lain dan melakukan hal yang sama.
Beberapa saat kemudian dia keluar dari gua. Lalu memperagakan gerakan-gerakan beladiri seperti gambar dalam gulungan, gambar-gambar itu sudah tersimpan di dalam kepalanya. Dia hanya perlu berlatih menggerakan tubuhnya agar bisa melakukan gerakan-gerakan yang sama dengan gambar dalam gulungan. Dia berlatih teknik beladiri tangan kosong dan teknik pedang.
Setelah beberapa jam berlatih, Li hongjun merasa letih. Dia belum pernah mengolah tubuh sebelumnya. Setamina dan kekuatan tubuhnya masih lemah dan cepat merasa lemas. Keringat mengucur deras membasahi tubuh dan wajahnya. Dia menghentikan latihan dan masuk kedalam gua.
Didalam gua, Li Hongjun segera duduk dalam posisi lotus lalu minum beberapa teguk air energi spiritual. Lalu dia meraih buah berwarna keemasan dan memakannya. Kemudian dia segera memusatkan pikiran untuk menyerap esensi buah.
Beberaa saat kemudian tubuh Li Hongjun mengeluarkan cahaya keemasan. Lonjakan energi besar-besaran bergemuruh di dalam tubuhnya. Suara berdesir bergemuruh dan gemeretak terdengar di sekujur tubuhnya. Seolah-olah tulang dan dagingnya runtuh dan di reformasi menjadi jauh lebih kuat berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Satu hari kemudian esensi buah sudah terserap sepenuhnya. Li Hongjun merasakan tubuhnya merasa segar, dia merasa seolah tulang dan otot-ototnya menjadi lebih kuat dan kekar. Dengan ekspresi gembira Li Hongjun mengambil satu butir buah bercahaya keemasan yang lain dan memakannya lagi. Proses yang sama berulang dan satu hari berlalu sekali lagi. Kemudian dia mengambil buah terakhir namun tidak memakannya, kali ini dia memberikannya kepada Syaoran untuk di lahap. Dengan mata berbinar Syaoran segera melahap buah dan menyerap semua esensinya. Efek buah ini tidak berpengaruh pada kultivasi, dia hanya menjadikan tulang dan otot menjadi jauh lebih kuat berkali-kali lipat.
Setelah memakan dan menyerap esensi buah ajaib, Li Hongjun merasakan tulang dan ototnya sangat kekar dan kuat. Dia segera keluar dari gua untuk berlatih beladiri lagi. Sekarang dia tidak lagi merasa lelah dan letih meski berlatih sehari penuh. Dia bisa melompat setinggi beberapa meter dan berjungkir balik dengan mudah. Dia memperagakan gerakan-gerakan beladiri dengan sangat mudah dan lincah. Hari demi hari dia terus berlatih, hanya sesekali dia berhenti untuk minum air energi spiritual dan pil pemulih. Pada malam hari dia menggunakan waktunya untuk berkultivasi dan menyerap batu roh.
Sepuluh hari berlalu. Inti binatang level empat serta gundukan batu roh di sekitar Syaoran sudah habis. Li Hongjun memasukan anak harimau kedalam cincin. Lalu dia naik ke punggung Syaoran dan terbang meninggalkan gua.
Li Hongjun terbang keluar dari wilayah tebing batu. Dia sudah tidak berminat untuk mencari harta dan tumbuhan ajaib disini. Di wilayah ini tidak banyak binatang roh dan tumbuhan ajaib. Mereka terbang melintasi padang rumput yang luas, banyak kuda liar dan banteng yang tak tehitung jumlahnya berhamburan ketika Li Hongjun dan Syaoran terbang melayang melewatinya.
Beberapa puluh kilometer kemudian, Li Hongjun melihat pemandangan rumah-rumah perkotaan di kejauhan.
Setelah tiba dalam jarak ratusan meter dari pinggiran kota Li Hongjun mendarat dan memasukan Syaoran kedalam cincin penyimpanan. Lalu berjalan kaki ke pusat kota.
Beberapa saat kemudian, Li Hongjun tiba di pusat kota. Ini bukan ibu kota kerajaan, melainkan kota Anming. Kota ini lebih besar dan lebih ramai dari kota Xiao. Hari sudah sore ketika Li Hongjun tiba di sana.
Li Hongjun berkeliling mencari penginapan. Setelah bertanya kepada beberapa orang akhirnya dia mendapatkan informasi penginapan untuk menginap. Itu adalah penginapan Qing Lin yang merupakan penginapan terbaik dikota Anming. Berdasarkan informasi yang di dapat Li Hongjun, kamar terbaik di penginapan ini memiliki tingkat keamanan yang sangat kuat. Selama Anda menginap di kamar ini maka tidak ada seorang pun di kota Anming yang berani mengusik. Di kamar ini, pelanggan juga bisa melakukan berbagai aktivitas yang biasa di lakukan kultivator seperti memurnikan pil dan berlatih. Sebelum gelap Li Hongjun tiba di penginapan.
Lantai dasar penginapan ini adalah rumah makan yang mewah. Banyak orang yang duduk manikmati hidangan. Hampir semua orang yang ada disini adalah orang-orang besar yang memiliki status tinggi dan terpandang. Mereka semua berpakaian mahal dengan penampilan mewah dan gagah. Li Hongjun masuk ke penginapan dan langsung pergi ke meja penerima tamu.
Begitu masuk, pandangan semua orang tiba-tiba tertuju pada Li Hongjun. Beberapa orang tersenyum kecut. Beberapa tertawa mencibir. Dan sebagian yang lain hanya diam acuh tak acuh. Namun cahaya di mata mereka memiliki nilai penghinaan yang sama.
Li Hongjun tiba di depan penerima tamu dan bertanya.
"berapa harga kamar terbaik?".
Seorang pemuda di meja makan tersedak. Memandang Li Hongjun lalu menggelengkan kepala. Dia, yang seorang tuan muda dari sebuah keluarga besar, hanya bisa menginap di kamar biasa. Bagaimana orang miskin ini tiba-tiba pesan kamar terbaik.
"kamar terbaik... Hahaha". Pemuda di meja yang lain tertawa kecit..
"Kenapa penginapan terbaik di kota ini bisa di masuki orang-orang seperti ini..." tamu yang lain berkomentar tidak puas.
"Kenapa seseorang tidak segera mengusirnya?".
"Apakah penginapan Qing Lin yang terkenal tidak memiliki penjaga?!"
Ekspresi penerima tamu suram. Dia memandang Li Hongjun dengan tatapan remeh, lalu menjawab.
"Sepuluh ribu koin emas untuk satu malam".
Ekspresi Li Hongjun acuh tak acuh, dia mengusap cincin dan tumpukan koin emas mendarat diatas meja membentuk gunung kecil.
"Ini untuk tiga bulan".
Kali ini lebih banyak orang tersedak. Namun senyum diwajah mereka berganti menjadi senyum malu. Beberapa orang tersipu kecut dan menggeleng, lalu menghembuskan napas. Faktanya orang-orang kaya ini hanya mampu menyewa untuk beberapa hari jika harus menginap di kamar terbaik.
Ekspresi penerima tamu itu berubah. Dalam sekejap sikapnya menjadi hormat. Ia segera memanggil pelayan dan menyuruhnya mengantarkan Li Hongjun kekamarnya.
Setelah tiba dikamar, Li Hongjun langsung mandi sepuasnya membersihkan badan, berganti pakaian dan tidur pulas sampai pagi.
Setelah bangun di pagi hari ia keluar untuk berjalan-jalan. Pagi itu matahari bersinar diatas pucuk daun, kota Anming sudah ramai. Hilir mudik para pejalan kaki dan teriakan para pedagang menawarkan barang menciptakan suasana khas yang membuat kota terasa hidup.
Seorang pemuda berpakaian lusuh berjalan gontai memasuki sebuah toko yang besar dan mewah. Segala macam jenis pakain ada di toko ini. Ekspresi orang-orang kecut ketika melihat pemuda ini masuk kedalam toko. Pemuda itu adalah Li Hongjun.
Tepat ketika dia memasuki toko, dia melihat ada sebuah liontin giok tergelatak dilantai. Liontin itu hampir terinjak olehnya. Dia mengambil liontin itu dan melihat ke sekitar, matanya berkeliling mencari pemilik liontin.
Didalam toko, seorang gadis cantik berbaju merah baru saja masuk tidak lama sebelum Li Hongjun. Gadis itu asyik melihat-lihat pakaian mewah. Disampingnya, berdiri seorang pemuda berpenampilan gagah yang sabar menunggu dan mengawasinya. Tiba-tiba gadis itu berseru panik menyentuh pangkal lehernya.
"Kakak Duan Tian!, Liontin ku hilang".
"Adik Xue Mei.. itu hanya liontin, aku bisa membelikan yang baru, tidak perlu panik begitu". Pemuda bernama Duan Tian itu menjawab santai.
Mendengar jawaban Duan Tian ekspresi gadis itu tidak puas, dia mendengus dan segera pergi untuk mencari liontin miliknya.
Ketika sampai di dekat pintu, gadis bernama Xue Mei itu tiba-tiba menyerbu kearah Li Hongjun dan berteriak.
"Dasar pencuri!!"
PlaaaK...!!! Xue Mei menampar Li Hongjun dan merampas Liontin di tangannya.
Li Hongjun hanya diam, dia berjalan meninggalkan kecantikan yang berwajah marah itu dengan acuh tak acuh. Gadis bodoh bertempramen seperti ini tidak layak untuk membuang-buang waktu dengannya.
Beberapa orang yang melihat hanya diam dan kembali melanjutkan kesibukannya masing-masing. Duan Tian melihat di kejauhan dan meggelengkan kepala.
Tidak berapa lama kemudian Li Hongjun keluar dari toko dengan pakaian baru berwarna putih. Itu hanya pakaian murah dan sederhana berharga beberapa ribu koin perak. Namun dengan baju itu, meski tidak tampan, dia terlihat elegan dan gagah.
Kota Anming sangat luas. Setiap hari Li Hongjun berkeliling mencari paviliun pil dan toko paviliun harta karun. Sambil mencari tempat para kultivator berdagang. Namun dia tidak pernah menemukannya.
Satu bulan sudah Li Hongjun tinggal di kota Anming. Li Hongjun mengutuk dalam hatinya, akan lebih baik baginya jika berkeliling di hutan.
Akhirnya dia mencoba bertanya tentang paviliun pil dan harta karun kepada pelayan di penginapan.
"Paman, apakah paman tahu dimana para kultivator membeli pil dan harta ajaib di kota ini?".
"Tuan muda, di kota ini tidak ada tempat seperti itu. Harta karun dan pil untuk para kultivator hanya ada di pelelangan".
"Bisakah paman mengantarku kesana?"
"Tuan muda, pelelangan hanya dibuka satu kali dalam setahun, dan itu hanya berlangsung selama satu hari".
"Paman, terima kasih untuk informasinya". Li Hongjun mendengus kecewa.
"Tuan muda, tidak perlu sungkan". Pelayan itu menangkupkan tangan dan pergi, namun setelah beberapa langkah, dia seperti mengingat sesuatu dan berbalik.
"Tuan muda, kalau aku tidak salah ingat seharusnya bulan depan ini pelelangan akan dibuka lagi. Jika tuan muda ingin pergi kesana carilah sebuah bangunan tinggi besar dengan papan nama Balai Pelelangan Dong Ji di atas pintu gerbangnya. Itu ada di tengah kota, seharusnya tidak sulit untuk menemukan tempat itu". Setelah selesai bicara pelayan itu berniat pergi.
"Paman, Ambilah ini" Li hongjun mengulurkan tangan, dan satu tael emas sebesar telur ayam mendarat di tangan pelayan itu.
"Tuan muda. Ini...?" Pelayan itu terkejut, ekspresinya tidak percaya.
"Bantu aku mengawasi pelelangan, jika sudah di buka, temui aku dan antarkan aku kesana"
Pelayan itu berbinar, dia langsung menyetujui kata-kata Li Hongjun, lalu berterima kasih dan pergi. Bahkan jika pelayan itu menabung selama satu tahun, juga tidak mungkin baginya untuk bisa memiliki satu tael emas.
Selama satu bulan penuh Li Hongjun menghabiskan waktunya untuk berkultivasi, namun belum ada tanda-tanda akan menerobos ke tahap Martial Master bintang dua.
Dalam waktu satu bulan ini penginapan semakin penuh dan ramai. Li Hongjun menghentikan kultivasinya, lalu pergi kelantai dasar. Berharap bisa mendengar percakapan orang-orang dimeja makan untuk mendapatkan beberapa informasi. Namun diluar harapan, tempat itu sudah penuh, tidak ada lagi meja kosong untuknya. Dia menyerah dan berbalik kekamar.
Dikamar, Li Hongjun minum beberapa teguk air energi spiritual dari cincin hitam dan melanjutkan kultivasi, sambil menunggu pelayan menjemputnya untuk pergi kepelelangan.
Lima hari kemudian Li Hongjun menerobos ke tahap Martial Master bintang dua. Setelah berkultivasi, Li Hongjun mengusap cincin hitam dijarinya dan memindahkan tubuh ular raksasa ke dalam cincin hijau. Dan sesaat kemudian pelayan datang menjemputnya untuk pergi ke pelelangan. Namun Li Hongjun pergi ke sana hanya untuk mendaftarkan barang miliknya untuk di lelang. Lelang akan di buka dua hari lagi.
Balai Pelelangan Dong Ji di lindungi oleh orang-orang kuat di belakangnya. Gedung pelelangan ini sangat besar dan megah, hampir mirip seperti sebuah stadion dengan atap tertutup. Ada dua pintu di bagian depan, satu pintu utama yang besar, dan pintu lain berjarak lebih dari seratus meter di sebelahnya berukuran jauh lebih kecil. Pintu kecil ini adalah tempat Khusus untuk para Kultivator yang ingin menjual hartanya untuk di lelang.
Li Hongjun masuk ke pintu yang lebih kecil. Dia langsung pergi menghampiri pelayan, itu adalah seorang pria paruh baya. Dia mengeluarkan cincin giok berisi tubuh ulah kobra sisik perak kepada pria paruh baya itu. Pelayan memindai cincin dan ekspresinya berubah, namun dia segera kembali normal dan melanjutkan mengurus beberapa hal.
"Kulit ular kobra sisik perak ini cukup untuk membuat puluhan armor besi yang berharga tinggi. Tulang dan taringnya bisa di gunakan untuk membuat berbagai macam harta sihir. Dan sumsum tulangnya, jika dimurnikan dengan divine flame bisa berguna untuk meningkatkan kultivasi. Apa kau yakin ingin menjualnya?"
"Aku yakin". Li Hongjun berpikir meski sumsum tulang sangat berguna, dia tidak bisa memurnikannya. Lagipula jika disimpan terlalu lama tubuh ular itu hanya akan membusuk di dalam cincin.
"Baiklah. Tubuh ular ini akan di lelang dengan harga awal satu juta koin emas. Setelah pelelangan selesai kau bisa datang kesini untuk mengambil uangnya dengan potongan lima persen".
"Anak muda, apa kau sudah punya jubah samaran?".
"Apa itu?"
"Jubah khusus untuk menyembunyikan aura dan identitas. Ini harta ajaib milikku sendiri, bukan milik pelelangan. Kalau kau berminat, aku akan menjualnya". Pelayan menunjukan sebuah jubah.
Li Hongjun mengangguk. Kemudian membeli satu set jubah dan topeng dengan harga beberapa juta koin emas. Untuk sebuah jubah, harga itu terlalu mahal.
"Paman, aku ingin tahu dimana aku bisa mendapatkan kompas dan peta lengkap Negara Yuan Jia?".
"Kompas dan peta negara Yuan Jia...? Kebetulan keponakanku memilikinya. Sebenarnya benda itu tidak berguna untuknya. Dia tidak pernah pergi kemana-mana. Tapi aku tidak tau apakah dia akan menjualnya atau tidak".
"Bisakah paman membantuku mendapatkannya?"
"Baiklah.. setelah pelelangan selesai kau temui aku. Jika dia mau menjualnya aku akan membawanya padamu".
"Terima kasih.. Kalau begitu aku akan merepotkan paman, aku mohon diri" Li Hongjun menangkupkan tangan lalu pergi dan kembali kepenginapan.
Dua hari kemudian. Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Pagi-pagi sekali Li Hongjun mengenakan jubah dan topeng. Dia berdiri di depan cermin dan tersenyum. Di cermin dia terlihat seperti seorang penatua berusia tujuh puluh tahun. Topeng itu seperti menyatu dengan wajahnya, dia sama sekali tidak terlihat seperti memakai topeng. Di cermin, jubah itu juga tidak terlihat seperti jubah, melainkan hanya berbentuk seperti pakaian biasa. Li Hongjun senyum dan menggeleng, pantas harganya mahal.
Jalanan di pusat kota Anming jauh lebih padat dibandingkan hari sebelumnya. Suasana di kota hari ini berbanding terbalik dengan hari-hari yang pernah dilihat Li Hongjun. Pagi ini banyak orang mengendarai berbagai jenis binatang buas yang berjalan menuju ke arah yang sama. Li Hongjun hanya berjalan kaki di antara mereka. Penduduk di kota sepertinya sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Di langit, ada juga berbagai binatang roh terbang melintas di atas perkotaan menuju ke Balai Pelelangan Dong Ji.
Setelah berjalan cukup lama Li Hongjun tiba di pelelangan. Ia segera menyelinap diantara orang-orang dan bergegas masuk.
Di dalam gedung Balai Pelelangan Dong Ji, ruangan lelang berbentuk seperti stadion. Ada sebuah panggung berwarna emas berbentuk lingkaran di tengah. Li Hongjun menghampiri salah satu kursi kosong dan segera duduk. Tempat duduk para pengunjung adalah deretan kursi yang berbaris melingkar mengelilingi panggung diatas lantai berbentuk mirip tangga. Orang yang duduk di kursi depan akan berada di posisi lebih rendah dari orang di belakangnya. Ada area kosong dengan jarak yang cukup luas anatara tempat duduk dan panggung. Di lantai dua, terdapat ruangan kamar-kamar terbuka tempat anggota VIP.
Dalam sekejap semua kursi telah terisi penuh. Di lantai atas, Li Hongjun melihat gadis yang menamparnya beberapa waktu lalu. Di sebelah gadis itu ada seorang pemuda tampan dan elegan. Di samping mereka ada penatua di dampingi beberapa pengawal.
Di kamar VIP yang lain ada pemuda yang tersedak saat Li Hongjun pertama kali datang ke penginapan, di dampingi seorang penatua dan pengawal. Li Hongjun melirik kamar-kamar VIP, ada banyak tuan muda dan murid inti dari berbagai sekte didampingi penatua dan pengawal mereka.
Saat suara orang berdengung saling berbincang satu sama lain, tiba-tiba lonceng berdentang, tanda pelelangan akan segera di mulai. Seketika suasana menjadi hening.
Panggung lelang tiba-tiba bergetar. Suara gemerisik gesekan besi terdengar. Dan perlahan lantai panggung terbelah, belahan terus melebar, sesaat kemudian panggung telah berubah menjadi lubang. Kemudian, seorang pria paruh baya yag bertugas sebagai juru lelang muncul dari lubang. Di iringi suara gemerisik gesekan besi. Dalam waktu singkat lubang itu telah kembali menjadi lantai panggung dengan seorang juru lelang berdiri di tengah. Ada meja yang sangat indah di dekatnya.
"Baiklah.. karena hari sudah siang, langsung saja kita mulai. Barang-barang yang akan di lelang ini sebagian besar adalah barang-barang yang berhasil di kumpulkan oleh Balai Pelelangan Dong Ji selama satu tahun. Namun ada beberapa tambahan barang dari pengunjung yang akan ikut meramaikan lelang ini".
Juru lelang menyentuh meja yang seperti giok, lalu sebuah telur berwarna kuning keemasan dengan aura aneh terbang melayang diatas meja. Seseorang melotot dan berseru.
"Telur naga..?!".
"Sebagai pembukaan, kami akan menghadirkan satu buah telur. Telur ini di dapatkan dari benua langit mystirius. Tidak di ketahui telur ini dari jenis binatang apa. Namun semua orang tahu benua langit mysterius di huni berbagai jenis binatang tingkat mistik. Dan melihat bentuk dan aura telur ini, kami yakin delapan puluh persen bahwa telur ini adalah binatang roh mistik".
Para pengunjung mulai saling berbisik satu sama lain. Li Hangjun hanya acuh tak acuh. Yang dia inginkan hanyalah beberapa gulungan teknik dan resep. Dia tidak berminat pada telur. Lagi pula dia sudah punya Syaoran. Ruang lelang bergemuruh kecil. Juru lelang melanjutkan.
"Karena ini lelang pembukaan, seperti biasa, akan ada hadiah satu buah gulungan kepada pemenang. Karena barang lelang kali ini berhubungan dengan binatang roh, kami akan memberi hadiah yang juga berhubungan dengan binatang roh, itu adalah resep pil evolusi binatang roh. Lelang di buka dengan harga awal seratus ribu koin emas".
Mendengar kata-lata gulungan sebagai hadiah, ekspresi Li Hongjun Berubah. Seseorang tiba-tiba mengangkat tangan dan berseru.
"Seratus sepuluh ribu!"
"Seratus dua puluh ribu!" Yang lain membalas.
"Seratus lima puluh ribu"
"Dua ratus ribu!" tiba-tiba seorang tuan muda di lantai atas berseru.
Li Hongjun melirik kesana dan hanya diam.
"Tiga ratus ribu" yang lain menaikan harga.
"Kelurga besar Duan menginginkan telur ini. Lima ratus ribu". Seorang tuan muda berseru. Pemuda ini adalah Duan Tian.
"Hah...?! Ch" Ekspresi orang yang hadir sebagian berubah kecewa, karena seseorang membawa nama keluarga untuk menekan yang lain. Jarang orang yang berani menyinggung keluarga besar ini.
"Enam ratus ribu" Seorang ketua sekte junior membalas. Untuk menunjukan bahwa statusnya tidak bisa di tekan oleh nama Duan semata.
"Sekte Angin kabut juga menginginkan telur ini, delapan ratus ribu"
"Cih..Satu juta!" Duan Tian mengepalkan gigi.
"Satu juta seratus".. Yang lain tidak mau kalah.
"Lima juta!.." Duan Tian menggertakan gigi.
"Lima juta koin emas... Apakah ada yang lebih tinggi!?" Juru lelang berseru dan memandang sekeliling.
"Dalam hitungan ke lima, jika tidak ada yang lebih tinggi maka telur ini akan di menangkan oleh tuan muda Duan Tian.
"Seratus juta...! " Li Hongjun mengangkat tangan.
"Hah.. !? ini..? Hmm " Beberapa orang menggeleng. Bagi mereka harga ini terlalu mahal untuk di naikan lagi. Jika memaksakan diri, mereka akan kekurangan uang untuk mendapatkan barang lain. Lagi pula ini hanya pembuka, barang bagus masih menanti di akhir. Harga seratus juta ini terlalu mahal hanya untuk sebuah telur semata. Terlebih mereka tidak tahu itu telur apa.
Duan Tian geram, dan membanting kepalan tangan ke kursi. Giginya gemeretak menahan marah. Sikapnya yang biasanya terlihat sabar dan elegan, saat ini berbanding terbalik. Bagaikan iblis sejati yang melepas topeng dewanya.
"Ada yang lebih tinggi...?!" Mata juru lelang kembali berkeliling. Para pengunjung saling berbisik dan bertanya satu sama lain. Siapa orang ini yang berani menyinggung keluarga Duan dan membuang-buang jutaan koin emas hanya untuk sebuah telur.
"Satu..." Juru lelang mulai menghitung "Dua... Tiga.... Empat... Lima. Tok! Tok! Tok! Palu diketuk tanda lelang di tutup.
Sesaat kemudian, sebuah kotak giok berisi gulungan terbang melayang di atas meja dan telur besar berwarna hijau itu mendarat pada kotak. Lalu kotak itu terbang ke arah Li Hongjun.
Perhatian semua orang tertuju pada kotak dan Li Hongjun. Mata mereka bergerak mengikuti kotak yang melayang. Tidak ada seorangpun yang berani berbuat sesuatu pada kotak itu, kecuali jika dia sudah bosan hidup.
Li Hongjun mengambil telur dan gulungan. Lalu meletakan seratus juta koin emas di dalam kotak. Kemudian kotak berisi koin emas itu pun terbang kembali ke meja juru lelang. Segera, Li Hongjun menyimpan telur dan segera menyerap informasi dalam gulungan ke dalam ingatannya. Lalu diam acuh tak acuh mengabaikan semua mata yang memandangnya.
"Barang kedua adalah logam awan hitam. Ini adalah salah satu bahan untuk permurnian harta tingkat legendaris. Harga awal adalah sepuluh ribu koin emas, penawar bisa mengangkat tangan. Setiap mengangkat tangan maka harga akan naik sepuluh persen dari harga awal dan kelipatannya".
Segera para pengunjung silih berganti mengangkat tangan hingga berhenti pada harga seratus ribu koin emas. Li Hongjun hanya diam, dia hanya menunggu gulungan.
Lelang berlanjut, berbagai macam bahan pemurnian keluar satu demi satu. Namun tidak ada yang menarik perhatian Li Hongjun.
"Untuk barang selanjutnya adalah buah suci gunung langit mysterius. Di buka dengan harga awal seratus ribu koin emas".
Ekspresi Li Hongjun Berubah. Buah ini adalah bahan resep pil evolusi binatang roh.
Seperti sebelumnya, para pengunjung segera mengangkat tangan bergantian satu demi satu. Hingga akhirnya Li Hongjun mendapatkan buah itu dengan harga seratus lima puluh ribu koin emas. Tidak banyak orang yang mengerti dengan buah ini. Dan kalaupun mengerti itu juga tidak terlalu di butuhkan.
Lelang terus berlanjut. Ada sebuah armor besi seharga ratusan juta koin emas yang mendarat di tangan sekte angin kabut. Ada sebuah jubah mysterius berharga seribu tael emas yang mendarat di tangan seorang lelaki kekar dengan bekas luka di pipinya. Berbagai senjata muncul dan mendarat di tangan para pengunjung satu demi satu.
Keluarga Duan belum mendapatkan apapun. Dan Xue Mei yang duduk di sebelah Duan Tian di dampingi penatua, hanya diam sejak pertama kali datang. Xue Mei adalah putri satu-satunya dari ketua Klan Xue.
"Barang selanjutnya adalah gulungan teknik pesona roh air. Teknik ini sangat penting untuk pemilik roh air. Untuk harga awal teknik ini adalah seratus ribu koin emas".
Meski teknik pesona roh air adalah teknik yang langka, sangat sedikit orang yang berminat pada teknik ini. Itu karena teknik ini tidak berguna jika tidak memiliki roh air.
"Dua ratus ribu" Xue Mei yang sejak awal diam tiba-tiba mengangkat tangan. Dia adalah pemilik roh air bawaan. Teknik pesona roh air ini telah dia cari sepanjang hidupnya.
Setelah beberapa saat, tidak ada pengunjung lain yang mengangkat tangan. Sebagian besar adalah karena tidak butuh dengan teknik ini. Dan sebagian yang lain karena takut dengan Klan Xue.
Melihat Xue Mei, hati Li Hongjun kecut. Dia masih ingat dengan tamparan gadis ini. Dia tersenyum, inilah saatnya menampar balik gadis ini.
"Apakah ada yang lebih tinggi?!" Juru lelang berseru.
"Tiga ratus ribu" Li Hongjun berseru sambil mengangkat tangan.
"Empat ratus ribu" Xue Mei membalas.
"Lima ratus ribu"
"Enam ratus ribu!!" Xue Mei geram.
Wajah seperti batu giok yang dari pagi terlihat cantik dan anggun ini tiba-tiba berubah seperti kesurupan.
Li Hongjun mengangkat tangan. Tanda bahwa dia menaikan harga.
"Tujuh ratus ribu" Xue Mei tidak mau menyerah.
Li Hongjun kembali mengangkat tangan. Terus berulang-ulang sampai harga naik menjadi dua juta. Orang-orang mulai merasa heran campur kesal. Kenapa dengan tingkah orang tua ini? Apakah sengaja membuat masalah dengan Klan Xue? Akhirnya harga melambung jadi lima ratus juta koin emas.
Xue Mei semakin marah dengan kelakuan Li Hongjun. Dia tidak mau menyerah, dia harus mendapatkan teknik ini. Ia nyaris mengangkat tangan untuk menaikan harga. Namun penatua membisikan sesuatu di telinganya. Gadis itu pun akhirnya mengepalkan gigi dan menyerah menaikan harga. Mereka akan mendapatkan teknik itu dengan cara lain.
Gulungan teknik pesona roh air akhirnya mendarat di tangan Li Hongjun.
Lelang kembali berlanjut. Bahan-bahan pemurnian muncul satu demi satu. Sebagian besar dari bahan-bahan ini mendarat di tangan anggota VIP, sedangkan sisanya terjual secara acak ke tangan para pengunjung biasa di lantai bawah. Dan beberapa, mendarat di tangan Li Hongjun.
"Baiklah.. selanjutnya adalah tubuh ular kobra sisik perak. Ini adalah bahan utama pemurnian armor legendaris. Harga awal di buka dengan satu juta koin emas" Tubuh ular raksasa puluhan meter tiba-tiba muncul melingkar di sekitar panggung.
Para pengunjung melotot dan menganga. Sebagian yang lain terlihat antusias. Namun banyak juga yang acuh tak acuh. Pandangan Li Hongjun berkeliling, bagaimanapun, barang lelang ini adalah miliknya. Secara alami, dia ingin melihat reaksi orang-orang ketika melihat tubuh ular ini.
Mata Li Hongjun menyapu ke arah Xue Mei dan Duan Tian. Dia melihat gadis itu masih menatapnya dengan marah. Pandangan Li Hongjun bergeser ke arah penatua di sebelah Xue Mei. Ada sesuatu di mata orang tua ini, Li Hongjun tersenyum dalam jumlah yang tidak terdeteksi.
Segera para pengunjung mengangkat tangan silih berganti. Hingga akhirnya Penatua Klan Xue berseru.
"Klan Xue kami membutuhkan kulit ular ini, aku berharap rekan-rekan kultivator memberi Klan Xue kami Beberapa wajah"
Semua orang diam. Beberapa penatua bertukar senyum dan mengangguk pada penatua Xue. Tidak banyak orang yang butuh kulit ular. Hanya beberapa ahli pemurnian yang akan tertarik dengan barang ini. Sedangkan Klan Xue membutuhkanya untuk membuat banyak armor yang akan dibagikan pada anggota Klan.
"Ada yang lebih tinggi?" Juru lelang berseru. Semua orang diam. Menyerah untuk menaikan harga.
Melihat ini, Li Hongjun tidak puas, dia mengangkat tangan dan berseru.
"Lima juta"
Penatua Klan Xue memukul kursi dan berseru.
"Sepuluh juta!" Dia sudah terlalu marah dengan orang ini. Jika dia menyerah maka dia akan dipermalukan di depan banyak orang. Namun kemudian dia punya ide lain, dia akan menaikan harga untuk menjebak Li Hongjun.
"Dua puluh juta" Li Hongjun berseru.
"Tiga puluh juta"
"Lima puluh juta" Li Hongjun tidak perduli, lagi pula uangnya akan kembali padanya. Dia hanya ingin membuat Klan Xue ini kesal sampai mati.
"Seratus juta koin emas" Penatua Xue masih belum menyerah.
"Seribu tael emas". Li Hongjun membalas. Dia masih punya ribuan tael emas. Jumlah ini tidak seberapa baginya. Satu tael emas sama dengan satu juta koin emas. Itu karena koin emas hanyalah terbuat dari logam kuning bercampur emas. Sedangkan tael emas adalah emas murni sebesar telur. Jika di bandingkan dengan koin perak, maka satu tael emas sama dengan seratus juta koin perak, karena satu koin emas adalah seratus koin perak.
Penatua Xue tersenyum diam-diam. Dia puas melihat kenyataan bahwa orang tua yang sebenarnya adalah Li Hongjun ini ternyata begitu bodoh. Dia berencana setelah Li Hongjun menaikan harga yang sangat tinggi, dia akan menyerah. Dengan cara begitu dia bisa membuat orang tua ini bangkrut. Namun, Li Hongjun juga memiliki niat yang sama.
"Seribu tael emas, apakah masih ada yang lebih tinggi?" Juru lelang berseru. Dan siap untuk menghitung.
"Dua ribu tael emas"..
"Lima ribu tael emas" Li Hongjun masih membalas.
"Hash?!! ... Ini?!.." Orang-orang di ruang VIP tertegun, sebagian dari mereka melotot heran dan menganga. Sulit dipercaya ada orang yang menaikan harga setinggi langit hanya untuk bangkai ular. Siapa sebenarnya orang tua ini?. Jika orang tua ini berasal dari sebuah Klan besar, kenapa mereka tidak pernah melihat atau mendengar tentang orang ini sebelumnya?.
"Lima ribu tael emas, apakah ada yang lebih tinggi?"
Suasana hening. Pandangan orang-orang beralih antara Li Hongjun dan Penatua Xue.
Dalam hati, Penatua Xue berjingkrak melompat-lompat sambil tertawa. Namun di permukaan dia bersikap tenang, membelai janggutnya bertindak seperti orang yang bijak.
Melihat penatua Xue diam, Li Hongjun suram. Sial! kenapa dia menyerah!? Li Hongjun memperhatikan Xue Mei, ada gelang emas dan giok ditangannya. Dia memusatkan pikiran dan mengerahkan kekuatan mentalnya dengan kekuatan penuh pada gelang-gelang itu.
"Satu... Dua..." Juru lelang mulai menghitung.
Namun tanpa di sangka-sangka tiba-tiba Xue Mei mengangkat tangan. Melihat ini penatua Xue tersentak ke belakang. Langsung jatuh lemas dan kejang-kejang. Xue Mei terkejut dan segera menurunkan tangannya.
"Lima ribu tael emas dan seratus ribu koin emas...apakah ada yang lebih tinggi?"
Semua hening. Pandangan mata semua orang tertuju pada Li Hongjun, menunggu apa yang akan dilakukan orang tua ini. Harga ribuan tael emas benar-benar di luar harapan semua orang. Apakah dia masih mau lanjut? Li Hongjun hanya diam. Dia tidak bisa mengangkat tangan Xue Mei untuk kedua kalinya. Karena jika Xue Mei menyadari apa yang terjadi, dia akan melawan dan menolak tangannya di angkat. Li Hongjun tahu kapan waktunya untuk berhenti.
"Satu... Dua.... Tiga... Empat... Lima... " Tok!... Tok!... Tok!... Palu diketuk.
"Selamat! Keluarga Xue memenangkan tubuh ular kobra sisik perak dengan harga lima ribu tael emas dan seratus ribu koin emas!" Juru lelang berseru.
Suara juru lelang ini terdengar biasa bagi orang lain. Namun bagi Klan Xue, ini seperti sambaran petir bercampur badai yang mengguncang jantung mereka.
Kemudian tubuh ular menyusut masuk kedalam cincin hijau yang segera mendarat diatas kotak giok. Dan Kotak giok itu terbang ke arah Xue Mei.
Xue Mei pucat. Mau tidak mau dia mengambil cincin berisi tubuh ular dan meletakan semua koin dan tael emas miliknya. Di tambah koin dan tael emas dari penatua, itu masih kurang. Akhirnya Duan Tian dipaksa untuk menggenapinya. Setelah jumlah koin dan tael emas genap, kotak giok itu kembali terbang ke arah juru lelang.
Kemudian lelang kembali berlanjut. Keluarga Duan dan Klan Xue semuanya pergi dengan wajah suram, tidak ada gunanya berlama-lama disana karena mereka sudah tidak punya uang.
"Kali ini adalah gulungan teknik tarian burung phoenix. Harga awal satu juta koin emas"
"Sepuluh juta koin emas" Li Hongjun berseru. Berharap tidak ada yang melawan.
Namun, orang-orang mengangkat tangan silih berganti hingga akhirnya harga melambung sekali lagi.
"Seribu tael emas" Li Hongjun berseru. Orang-orang menggeleng. Siapa orang tua ini? Dari Klan besar mana dia? Apakah dia punya gunung emas?.
Pengunjung yang lain berhenti mengangkat tangan. Jumlah ini diluar kemampuan mereka.
Tidak ada lagi yang berani menaikan harga. Lagi pula ini pasti gulungan hasil curian. Kemungkinan besar gulungan ini dicuri dari sekte besar di benua dataran tengah. Jika pemilik asli dari teknik ini mengetahui, itu bisa mengundang banyak masalah. Akhirnya gulungan itu pun mendarat di tangan Li Hongjun. Dan lelang berlanjut.
Gulungan lain muncul di atas panggung, itu adalah Gulungan teknik langkah bayangan iblis yang lagi-lagi mendarat di tangan Li Hongjun dengan harga seribu tael emas.
Lelang berlanjut. Berbagai macam artefak dan pil tingkat tinggi di hadirkan yang sebagian besar mendarat di tangan berbagai tokoh diruang VIP.
Suara juru lelang kembali bergema.
"Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ini adalah barang penutup yang merupakan barang terakhir pada lelang hari ini. Barang ini adalah sebuah harta ajaib Kuno yang sangat langka dan hanya ada satu di seluruh benua. Itu adalah sebuah formasi pembunuh yang sangat kuat. Formasi ini di sebut formasi sembilan bencana. Harga awal di buka pada seribu tael emas".
Suasana hening. Harta terakhir adalah harta yang paling di tunggu semua orang. Namun harga dari harta ini benar-benar sulit untuk dijangkau.
"Seribu seratus tael emas" Seorang ketua Sekte muda di ruang VIP berseru dan mengangkat tangan.
"Seribu dua ratus tael emas "yang lain membalas.
"Lima ribu tael emas...!! Li Hongjun berseru dan mengangkat tangan.
Wajah-wajah di ruang VIP suram. Mereka merasa seperti telah menjadi pencundang karena orang tua yang satu ini. Namun semuanya diam, tidak ada lagi yang mampu menaikan harga. Selain karena harga lima ribu tael emas ini berada diluar jangkauan, sebagian besar dari mereka juga telah menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan pil tingkat tinggi dan barang-barang lain sebelumnya.
Setelah beberapa lama, Juru lelang mulai menghitung. Suasana lelang masih hening. Akhirnya palu di ketuk. Dan formasi pembatasan itu mendarat ditangan Li Hongjun dengan harga lima ribu tael emas dibawah tatapan iri semua orang.
Beberapa saat kemudian Lonceng berbunyi sebagai tanda lelang sudah berakhir. Dan segera, semua orang beranjak satu persatu meninggalkan tempat duduk mereka masing-masing.
Li Hongjun pergi ke ruangan khusus untuk mengambil uang hasil lelang miliknya. Dia juga membeli Peta Negara Yuan Jia dan kompas dari pelayan dan segera mohon diri. Namun tiba-tiba, manajer pelelangan datang menghampiri Li Hongjun.
"Tuan, karena anda telah menghabiskan tael emas dengan jumlah terbesar dalam lelang ini, anda berhak mendapatkan Token VIP berlian. Pemilik token ini akan mendapat layanan khusus jika pergi ke Treasure palace di ibukota. Treasure palace adalah pemilik sebenarnya dari Balai Pelelangan Dong Ji" kata Manajer dengan hormat dan menyerahkan token kepada Li Hongjun.
Kemudian Li Hongjun meraih token, berterima kasih dan mohon diri. Lalu pergi kepenginapan Qing Lin dengan berjalan kaki. Keluarga Duan dan Klan Xue mengawasinya. Namun situasi masih terlalu ramai, mereka tidak bisa bertindak sekarang.
Para pengintai dari Klan Xue dan Keluarga Duan mengawasi sepanjang jalan. Mereka harus mendapatkan informasi tentang orang ini. Jika orang ini berasal dari kekuatan Klan besar, maka keluarga Duan dan Klan Xue akan menyerah untuk berurusan dengannya. Namun jika orang tua ini hanya biasa-biasa, maka mereka akan mengerahkan kekuatan penuh untuk mendapatkan gulungan sekaligus menyiksa orang tua sialan ini sampai mati.
Begitu tiba di pelelangan Qing Lin, Li Hongjun pergi ke meja penerima tamu dan memesan kamar terbaik untuk satu bulan. Para pengintai mengawasinya diam-diam. Setelah semua, Li Hongjun berjalan masuk.
Setelah sampai di dalam, Li Hongjun tidak masuk Kekamar yang baru di pesan. Dia kembali ke kamar lama yang sudah di pesan ketika pertama dia datang ke sini. Dia segera melepas topeng dan jubahnya dengan sembunyi-sembunyi.
Di dalam kamar, Li Hongjun segera membuka gulungan teknik tarian burung phoenix dan gulungan teknik langkah bayangan iblis. Segera, bayangan gambar-gambar yang mempergakam gerakan beladiri mengalir masuk kedalam ingatannya.
Teknik Tarian burung phoenik adalah teknik beladiri dengan atribut api. Sedangkan Teknik langkah bayangan iblis adalah teknik yang bisa membuat orang bergerak dengan sangat cepat dan hampir tidak terlihat seperti bayangan.
Masih ada belasan hari lagi sampai sewa kamar genap menjadi tiga bulan. Li Hongjun menggunakan waktu ini untuk berlatih kedua teknik itu di dalam kamar. Teknik langkah bayangan iblis bisa di latih di dalam kamar ini. Namun Teknik tarian burung phoenix terlalu sulit di latih dalam ruangan karena menimbulkan banyak kobaran api.
Setelah Sepuluh hari berlatih teknik Langkah bayangan iblis, Li Hongjun sudah mahir menggunakan teknik ini. Ia mampu bergerak kesani kemari dengan sangat cepat. Namun teknik ini tidak bisa menghasilkan kekuatan penuh tanpa menguasai teknik meringankan tubuh. Dia harus mencari teknik jenis ini dan mendapatkannya.