Kyo Seung terbangun lagi. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan melihat lagi bunga-bunga Nycrophilia di hadapannya. Sekarang Kyo Seung paham dengan apa yang sedang terjadi dengannya. Ia terjebak. Entah terjebak dalam ruang atau waktu, tapi yang pasti ia terjebak, dan satu pun hal di tempat ini bukanlah yang sebenarnya. Jika ia ditembak oleh Haeri atau pun Dae Joon yang ada di "tempat" ini, maka ia akan kembali terbangun di tempat pembuangan mesin dan alat. Kyo Seung mengambil buku memo dari utility belt-nya, lalu ia mencatat semua hal penting yang terjadi padanya sebelum ia terbangun untuk kedua kalinya. Setelah mencatat seluruh hal yang menurutnya penting, ia bangkit berdiri dan kembali berjalan di jalan yang sama seperti yang ia lalui sebelum terbangun untuk kedua kalinya.
Kyo Seung menoleh ke kiri dan kanan, lalu ia melihat ke dinding tempat ia melihat coretan huruf "D" dengan spidol merah. Coretan itu tidak ada, namun anehnya coretan itu diganti dengan coretan lainnya dengan huruf "H" dengan spidol berwarna ungu. Kyo Seung merenung sebentar sambil menulis coretan yang ia temukan di memo. Setelah itu, ia berjalan ke koridor sebelah kanan. Ia belum pernah melihat-lihat koridor bagian kanan, dan sebelum Dae Joon atau Haeri palsu muncul, ia harus menjelajahi koridor itu dengan cepat. Di koridor bagian kanan, hanya ada dua ruangan yang satunya kosong dan lainnya ruangan yang penuh dengan senjata beserta amunisinya. Kyo Seung berbalik badan setelah ia menulis ruangan apa saja yang ada di koridor sebelah kanan, lalu ia dikejutkan oleh Dae Joon.
"Aah!" untuk kedua kalinya, Kyo Seung mendorong tubuh Dae Joon hingga terlempar ke belakang.
"Kau harus selalu siap siaga di daerah musuh" ungkap Dae Joon sembari bangkit berdiri. Di belakangnya, terdapat Haeri yang sedang berjalan menghampiri Dae Joon dan Kyo Seung.
"Eh? Ada apa ini?" tanya Haeri dengan ekspresi bingung.
Kyo Seung buru-buru meraih pistol dari saku utility belt-nya, lalu menodongkannya ke Dae Joon dan Haeri. "Mundur! Aku tahu kalian bukan kedua temanku yang asli!"
Dae Joon dan Haeri terkejut ketika Kyo Seung menodongkan pistol kepada mereka. Mereka pun menatap satu sama lain, saling menunjukkan ekspresi bingung. "Ada apa, Kyo Seung?" tanya Haeri kepada temannya yang linglung itu.
"Kalian bukan teman-temanku yang asli! Aku tahu kalian pasti termasuk bagian dari orang-orang bertopeng pantomim itu!"
"Apa maksudmu?" Haeri semakin bingung dengan perkataan Kyo Seung. "Turunkan pistolmu itu terlebih dahulu. Apa yang telah terjadi padamu ketika kita berpisah jalan tadi?"
Kyo Seung menurunkan pistolnya, ia berusaha menenangkan diri. Ia melihat ke lorong tempat Haeri muncul, ia langsung berlari memasuki lorong gelap tersebut. Haeri dan Dae Joon memiliki banyak pertanyaan ketika ia melihat Kyo Seung bertingkah laku aneh. Haeri mengikuti Kyo Seung dari belakang, dan Dae Joon menunggu dari luar lorong.
Kyo Seung sampai ke ujung lorong tersebut, dan ternyata lorong itu berujung ke tempat ia dan teman-temannya berpisah jalan. "Kalian...asli" ucap Kyo Seung dengan suara pelan sehingga Haeri yang berada di belakangnya tak bisa mendengar perkataannya dengan jelas.
"Ada apa, Kyo Seung?" tanya Haeri sembari mencolek pundak Kyo Seung.
"Bukan apa-apa" balas Kyo Seung dengan suara yang tidak terdengar jelas. Kepalanya tertunduk ke bawah, dan ekspresinya sangat menunjukkan bahwa isi pikirannya sedang runyam.
Tentunya, Haeri menyadari hal itu merasa ada sesuatu yang telah terjadi pada temannya itu. Ia menunduk sedikit, berusaha melihat sekilas wajah temannya yang tertunduk. Mereka berdua pun kembali ke tempat awal masuk ke lorong, dan mendapati Dae Joon yang sedang menunggu mereka berdua keluar dari lorong. Haeri menoleh ke Dae Joon, dan menunjukkan isyarat bahwa sesuatu telah terjadi kepada Kyo Seung dan tidak diketahui penyebabnya.
Kyo Seung kembali menguatkan diri, ekspresinya berubah menjadi datar. "Kalian punya buku harian Jang Sooya?"
"Tentu" angguk Haeri sembari mengeluarkan buku harian.
"Aku mau...mengambil kembali foto kita saat masih sekolah menengah pertama—yang terselip di halaman buku itu"
Haeri memberikan buku harian itu tanpa ragu-ragu ke Kyo Seung. Kyo Seung menambah kecurigaannya kepada Haeri karena sebelumnya ia tidak pernah melihat secara fisik atau pun menyentuh buku harian Jang Sooya. Ia pun langsung mengambil buku tersebut dan membuka isi buku tersebut.
Ada. Foto itu ada di dalam buku harian itu. Sebuah potret Kyo Seung yang sedang memotret dengan kamera depan ke kedua temannya, Dae Joon dan Haeri. Mereka bertiga sedang duduk di kursi taman, dan sedang bermain kartu Uno dengan papan catur milik Dae Joon sebagai tempat meletakkan kartu. Kyo Seung terdiam, menatap dengan khidmat ke foto berukuran 3x4 itu. Ia mengatupkan bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya ke kedua temannya itu.
Kyo Seung mengusap-usap foto kesayangannya itu. "Ini foto yang selalu kusimpan di dalam case ponselku ketika kita bertiga masih di kota Tokyo"
Dae Joon dan Haeri menatap satu sama lain, penasaran dengan apa yang akan diungkapkan oleh Kyo Seung.
"Tapi, aku tidak sengaja merobek foto ini ketika aku sedang mengganti case ponselku...tepat satu jam sebelum aku pergi ke kota Daegam"
Kyo Seung menatap tajam ke Dae Joon dan Haeri. "Robekan foto ini kubuang ke sungai Han"
"Jadi...kamu memiliki cadangan fotonya?" tanya Haeri.
"..." Tatapan tajam Kyo Seung ke kedua temannya itu melemah. "Aku tahu kalian bukan temanku yang asli. Akhiri lagi saja sekarang, katakan 'Gagal' dan tembaklah aku"
"Aku tidak tahu apa yang kamu maksud, Kyo—"
"Haeri—ah, maksudku...orang asing, kumohon, akhiri saja semua ini"
Haeri terdiam dan wajahnya menunjukkan ekspresi khawatir. "Kyo Seung, tenanglah—"
Kyo Seung langsung mengeluarkan pistolnya dari utility belt untuk ke sekian kalinya. "Tembak aku, atau akan kutembak kalian"
Dae Joon menyandarkan tubuhnya ke dinding, ia memalingkan wajahnya dari Kyo Seung dan melipat kedua tangannya. Haeri dapat mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Dae Joon, dan ia pun mengeluarkan revolvernya. Haeri mengarahkan revolvernya dan dibidik tepat ke kepala Kyo Seung.
Dor!
***
Untuk kesebelas kalinya, Kyo Seung terbangun dengan kumpulan bunga Nycrophilia berdiri di hadapannya. Berkali-kali ia terbangun dan ia menuliskan segala hal yang mencolok dari setiap lorong yang ia lewati. Seperti saat Kyo Seung terbangun untuk keempat kalinya, ia melihat coretan dengan cat semprot yang menuliskan huruf "H"—begitu pula saat ia terbangun untuk keenam kalinya, ia mencoba untuk memutar jalan sampai ke rumah Jang Sooya, namun tidak ada yang aneh dari hal itu bahkan semuanya tampak normal. Saat terbangun untuk ketujuh kalinya, Kyo Seung mencoba untuk menghancurkan lorong tersebut dengan mencari suatu alat berat dari tempat pembuangan mesin dan alat, namun tak membuahkan hasil. Beragam cara ia coba, tetap tidak membuahkan hasil dan ia tetap terjebak dalam loop. Sempat menyerah, saat terbangun untuk kedelapan kalinya, Kyo Seung bahkan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli camilan—seperti yang orang-orang katakan, kita tidak bisa berpikir kalau kita belum makan. Di loop kedelapan, Kyo Seung mencoba untuk menggambar stickman dengan cat semprot berwarna hijau lumut di dinding tempat ia melihat coretan huruf "D" dan "H" di loop sebelumnya, setelah itu ia mencoba untuk membunuh kedua temannya—walaupun ia hanya berhasil membunuh Haeri palsu dengan pistolnya. Jujur saja, ia lumayan takut jika yang ia bunuh itu ternyata adalah Haeri yang asli.
Sebenarnya sejak loop kedua, Kyo Seung mendapati firasatnya buruk dan masih terasa hingga saat ini. Pikirannya sejak tadi runyam dan ia mulai merasa cemas ketika ia memikirkan lagi bagaimana ia telah melakukan looping sebelas kali hingga catatan di buku memo berwarna merah tuanya terisi tujuh halaman. Sejujurnya, Kyo Seung sudah gila, panik, dan ia ingin melampiaskan perasaannya itu dengan melemparkan barang ke segala arah. Namun ia tahu bahwa melakukan hal itu tidak akan membantu apa-apa, meski kemungkinan itu akan membuatnya cukup lega karena telah melampiaskan kegilaannya itu.
Untuk kesebelas kalinya, Kyo Seung bangkit dari tempat ia terbangun. Ia menginjak bunga Nycrophilia yang ada di hadapannya, lalu berjalan lurus sampai ke lorong yang telah ia amati sebelas kali. Kyo Seung menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu ia mulai menghela napas. "Lagi-lagi ini, aku sudah muak" batinnya.
Tiba-tiba, kerah hoodie Kyo Seung tertarik dari belakang hingga sedikit mencekik leher Kyo Seung.