webnovel

014 WIDE AWAKE

Tiba-tiba dia melepaskan bibirku. Kecewa, aku menatapnya saat dia meninggalkan tempat tidur. Aku menontonnya membuang pakaiannya dan melemparkannya ke tumpukan di lantai.

Kemudian dia kembali ke tempat tidur untuk mengklaim bibirku yang terbuka sebagai miliknya, saat tubuh telanjangnya menutupi tubuhku. Aku membalas ciuman itu dengan semangat yang sama, berharap ciuman memabukkan yang manis itu akan berlangsung selamanya.

Ciuman itu berakhir begitu cepat, hanya untuk dia menemukan titik lembut lain di tubuhku yaitu leherku dan menghujaninya dengan ciuman lembut sebelum turun ke dada untuk mengklaim kuncup merah muda dengan mulutnya. Kakiku beradu di ekstasi saat dia menghisapnya seperti bayi yang sangat haus, sementara ibu jarinya memijat kuncup pink lainnya hingga mengeras karena sensasi menggelitik.

Jari-jariku mengerat di sekitar rambutnya, menarik mereka untuk menjaga diriku dari tenggelam dalam gelombang ekstasi yang melelehkan hati dan membuat takjub.

Dia berhenti menyembah dadaku, hanya untuk menyodorkan pahaku. Sebuah desahan lembut mel escaped melalui bibirku yang terbuka saat dia berposisi di tengahku dan menusukkan dirinya ke depan. Gigi saya menggigit bahu nya saat tubuh saya menyambutnya dari dalam. Jari-jari saya menggali punggungnya saat dia mendorong lebih dalam hingga inti saya menempel pada kekerasan nya seperti sarung tangan yang sempurna. Desahan tak terkendali ku mengisi keempat sudut ruangan dan bibirnya menangkap mulutku untuk membisu.

Ruangan itu memudar, untuk sesaat, aku terbawa ke ruang angkasa dan jutaan kembang api meledak di depanku saat aku mencapai puncak. Aku bisa merasakan pelepasan yang kuat darinya sebelum dia mengigau di atasku.

Ace berbaring di sampingku. Aku merapatkan diri di bawahnya dengan desahan lembut yang puas. Kelopak mataku yang berat berkedip menutup karena kelelahan.

"Aku harus membebaskanmu, Phoenix. Aku ingin kamu bahagia, itulah sebabnya aku membuat pengorbanan tertinggi. Aku minta maaf jika aku juga melukai kamu. Dalam waktu dekat kita, saya harap kamu bisa memaafkan saya. Itulah satu-satunya cara yang aku tahu untuk menjauhmu agar aku bisa melupakanmu."

Aku merasa bibirnya mendarat di pipiku, tetapi aku tidak membuka mataku. "Aku mencintai kamu, Phoenix." Aku mendengarnya bergumam sebelum aku terseret ke alam mimpi.

***

Sinar matahari pagi yang menembus dari jendela kaca membangunkanku. Segera saja mataku berkedip terbuka.

Jam berapa ini? 

Aku mencoba bangun tetapi sakit kepala membelah memukul kepalaku dan aku jatuh kembali ke tempat tidur. Aku mengeluh, aku berbaring diam dan menunggu rasa nyeri mulai surut sebelum bangun lagi. 

Kepalaku masih berdenyut setelah aku duduk di tempat tidur, tetapi kali ini lebih bisa diatasi. Namun, perutku terasa mual dan aku merasa ingin muntah. 

Pandanganku mendarat di jendela kaca dan menemukan gorden telah ditarik ke samping. Lalu aroma kopi yang menggantung di udara tiba-tiba menarik perhatianku. Ak mencari tahu dari mana aromanya berasal dan menemukan secangkir kopi hitam panas di atas meja malam. Di sebelahnya ada gelas air dan sebotol Aspirin untuk sakit kepalaku.

Pikiran bahwa aku tidak sendirian di kamarku membuatku terhenti di jalanku. Segera saja aku meraih selimut dan membungkusnya untuk menutupi tubuh telanjangku.

Hatiku berdetak liar di dalam dada ketika aku mencari Ace. Dia tidak terlihat di ruangan itu. Namun, satu sisi tempat tidur nampak kusut, sebuah indikasi bahwa dia telah tidur di sampingku.

Aku ingat menyelesaikan botol anggur merah pada semalam dan pingsan di atas tempat tidur. Tapi aku tidak bisa mengingat apa pun setelah itu, kecuali bahwa aku terbangun karena merasa ada yang memandangi aku.

Lalu, gambar pria dan wanita yg terjalin di tempat tidur, tepat di tengah-tengah persetubuhan, muncul dalam pikiranku dan aku terpana saat aku menyadari wanita yang menempel pada pria itu adalah aku.

Tidak, itu tidak mungkin! Mataku yang ngeri terbelalak saat ingatan singkat bercinta dengan penuh gairah kembali.

次の章へ