webnovel

Angkatlah Semua Persoalan Pada Allah s.w.t.

 Kalam Hikmah yang lalu telah menggambarkan pada kita bahwa niat kita dan tujuan kita tidak boleh melampaui atau melangkahi Allah s.w.t. Sebab Dia adalah Maha Pemurah dalam segala-galanya. Karena itu tidaklah wajar apabila kita mengangkat suatu persoalan (atau problema yang sedang kita hadapi, untuk dapat mengatasinya) di mana kita memohonkannya kepada selain Allah s.w.t., maka yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah merumuskan masalah ini dalam Kalam Hikmahnya yang ke-39. Sebagai berikut di bawah ini:

"Janganlah anda angkat (ajukan) kepada selain Allah sesuatu hajat atau keperluan di mana Dia (Allah s.w.t.) yang mendatangkan hajat itu atasmu. Selain Allah betapakah dapat mengangkat sesuatu di mana Allah telah meletakkanNya? Barangsiapa yang tidak sanggup mengangkat hajat dirinya, maka betapakah ia sanggup mengangkat hajat orang lain?"

Demikianlah terjemahan Kalam Hikmah di atas. Pengertian Kalam Hikmah ini adalah sebagai berikut:

I. Apabila Allah s.w.t. telah mendatangkan atau telah menurunkan atas kita suatu ketentuan seperti sakit, datang musibah, kematian, kerugian perniagaan, dan lain-lain maka ketahuilah bahwa tidak ada yang dapat mengangkat ketentuan Tuhan itu selain Allah s.w.t., karena mustahil pada akal selain Allah akan dapat mengangkatnya padahal yang mendatangkannya dan menurunkannya adalah Allah s.w.t. Kita harus mengi'tikadkan kemaha-esaan Tuhan pada perbuatanNya, yakni tidak ada selain Allah yang sanggup berbuat seperti perbuatanNya, selain hanya Dia saja. Ketahuilah pula, bahwa ketentuan-ketentuan yang didatangkan Allah Ta'ala atas kita pada hakikatnya merupakan percubaan atau ujian daripadaNya, apakah keimanan kita kuat atau kebalikannya. Dengan cubaan-cubaan itu di samping ujian pada kesabaran kita sampai di mana kita sanggup bersabar atas cubaan-cubaan itu, atasilah problema yang terjadi dan mohonkanlah kepada Allah pada mengatasinya. 

Sebab banyak firman dan Hadis yang menganjurkan agar kita memohonkan segala sesuatu kepadaNya. Allah tidak akan marah, tetapi paling sayang kepada hambaNya apabila hambaNya itu selalu bermohon kepadaNya. Dan mungkin Tuhan akan marah apabila kita tidak memohon kepadaNya, sebab berarti kita telah meninggalkanNya. Sebaliknya dengan makhluk manusia, ia akan marah apabila kita meminta kepadanya. Berkata syair:

"Jangan engkau meminta-minta (kepada) Bani Adam (manusia) sesuatu hajat (keperluan) dan mintalah kepada Dzat Yang Maha Esa di mana segala pintuNya tidak terhijab (tertutup). Karena Allah marah jika engkau meninggalkan (tidak mau) memohon (kepadaNya) sedangkan Bani Adam akan marah pada ketika diminta sesuatu padanya."

Syair ini merupakan pelajaran bagi kita mengenai perbedaan antara Allah dengan makhlukNya. Bagaimana Maha PemurahNya Allah s.w.t. dan bagaimana pula sempitnya makhluk manusia itu.

II. Sebagaimana kita sebutkan tadi, bahwa ketentuan yang telah diturunkan Tuhan atas kita, Tuhanlah yang dapat mengangkatnya atas kita dan selain daripadaNya tidak akan sanggup dan mungkin. Bagaimana akan, sanggup dan mungkin, sebab mustahil pada akal ketentuan-ketentuan itu akan dapat diangkat oleh orang-orang yang mereka sendiri tidak sanggup mengangkatnya, apabila Allah Ta'ala telah menurunkan pula ketentuan-ketentuanNya atas mereka. Penyakit misalnya. Apabila kita mendapat satu-satu penyakit, paling tinggi kesanggupan kita adalah sekedar mengubatinya, tetapi tidak ada kesanggupan kita mengangkatnya, karena itu adalah di luar batasan kekuasaan manusia. Tuhanlah yang dapat menyembuhkan segala penyakit, sedangkan manusia tidak lebih dari sekedar berusaha (Al-Kasbu) untuk berusaha mengubati penyakit tersebut. Manusia dan makhluk pada umumnya tidak sunyi dari kelemahan-kelemahan, tetapi yang Maha Kuasa atas segalanya adalah Tuhan kita, Allah s.w.t.

Apabila makhluk manusia selain kita sama dengan kita pada kelemahan dalam segala ha! (sesuatu) maka betapakah kita akan menggantungkan diri kita pada sesuatu keperluan apa saja pada mereka? Tentu tidak mungkin dan ini adalah mustahil pada akal. Dan apabila kita mengharapkan juga bantuan makhluk di mana kita menggantungkan diri kita kepada mereka, adalah suatu tipuan di mana orang berakal tidak akan dapat menerimanya. Jangan lupa hal keadaan ini apabila kita menyadarkan hati kita kepada makhluk manusia, tetapi kita pada ketika meminta bantuan itu lupa dan lalai kepada Allah s.w.t.

Adapun apabila kita memohonkan bantuan makhluk manusia,apakah ia sebagai teman kita, kepala kita, famili kita, dan lain-lain, hanya saja sekedar sebab dan usaha pandangan lahiriah saja, sedangkan hati kita tetap tawakkal kepada Allah s.w.t. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebab Dialah pada hakikatnya yang memberikan segala rahmat dan nikmat, dan Dialah pada hakikatnya dapat mengangkat azab dan bala. Maka cara yang begini ini tidak mengganggu ketauhidan kita dan tidak merusak hubungan baik kita dengan Allah s.w.t. Sebab hati kita tetap berpegang kepadaNya, sedangkan lahiriah kita tidak lebih dari sekedar ikhtiar belaka.

 Kesimpulan:

Jangan lupa memohon dan mengharap kepada Allah s.w.t. agar supaya Allah mengatasi ketentuan-ketentuan yang telah diturunkannya atas kita, di mana merupakan problema hidup yang sedang kita hadapi. Kita boleh saja meminta bantuan kepada seorang tentang apa saja, asalkan hati kita tidak lupa kepada Allah s.w.t. Sebab dengan kehendakNyalah maksud kita akan berhasil. Dan berhasilnya itu bukanlah karena kita, tetapi karena kurnia Allah Ta'ala semata-mata.

Yang harus kita jauhi ialah meminta bantuan kepada manusia, sedangkan hati kita lupa dan lalai kepada Allah s.w.t. Bahkan kita menggantungkan harapan kita kepada manusia yang kita minta bantuannya itu. Barangsiapa yang begini caranya, berarti tauhidnya itu sudah kabur, keyakinannya pun kepada Allah telah berkurang, dan ia termasuk orang-orang yang rugi serugi-ruginya.

Kita berlindung diri kepada Allah dari cara yang begini dan kita memohon taufiq dan hidayahNya, semoga kita merasa selalu berhajat kepadaNya, yang karenanya kita selalu memohon kepadaNya dan tidak melupakanNya dalam segala-galanya.

Amin, ya Rabbal-'alamin.

次の章へ