webnovel

CANDU

 Ramadhan telah tiba. Dan seperti biasanya aku menghabiskan waktu ramadhanku 3 minggu di pondok. Setiap setelah shalat shubuh, biasanya ada kuliah shubuh atau yang sering kita kenal dengan sebutan KULSUB. Setelah KULSUB, kegiatan selanjutnya yakni kegiatan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sampai dzuhur. Setelah dzuhur, kita diberi waktu sampai jam 1:30 untuk beristirahat, barulah setelah itu kita tadarus al-Qur'an bersama di aula. Setelah tadarus, langsung dilanjutkan dengan shalat ashar berjama'ah dan setelah itu baru kita boleh membeli makanan untuk berbuka puasa. Setelah buka puasa, seperti biasa ba'da isya kita melaksanakan teraweh berjama'ah putra dan putri. Saat shalat teraweh selesai barulah kita belajar malam di kelasnya masing-masing. Namun,pada bulan ramadhan kali ini berbeda sekali dengan ramadhan yang sebelumnya. Karena sekarang aku baru menemukan seorang perempuan yang mempunyai senyuman manis yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya akan kecanduan.

Saat itu masih minggu-minggu pertama pada bulan ramadhan. Dan katanya aka nada penampilan pidato dari putra maupun putri setelah KULSUB. Aku sedang terduduk di barisan paling kiri dengan menggenggam sebuah notebook di tangan sebelah kiri dan pulpen di tangan sebelah kanan. Dari kejauhan terlihat seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya dan menghampiri samping aula. Tak lama kemudian ia pun tampil pidato di hadapan putra dan putri dengan fantastis, bombastis and spektakuler.

 Senyumannya manis banget, bikin candu-Batinku saaat melihat ia sedang tampil dengan tersenyum. Sayang beribu saying. Penampilannya sangat terkendala karena ia tampil tanpa menggunakan pengeras suara (mic). Sangat disayangkan sekali. Padahal aku ingin sekali mendengar suaranya. Yang aku bisa dengar hanya beberapa kata sebelum ia menutup pidatonya.

" saya …Ria! Calon mahasiswa universitas gajah mada… ! " ucapnya sambil berteriak

 Hanya itu saja yang aku bisa dengar dari pidatonya. Sisanya yang aku dengar hanya salam pembuka dan salam penutup saja. Andai saja saat ia berpidato menggunakan pengeras suara, pasti akan terdengar suaranya yang indah dengan jelas. Tapi tak apa lah, yang penting hari ini aku bisa mendapatkan senyumannya yang candu.

*****

 Saat aku akan bekerja memasang tenda, di aula sedang diadakannya pembagian rapot kelas akhir tsanawiyah. Dengan penglihatan yang samar-samar, aku melihat ada perempuan yang pernah berpidato saat bulan ramadhan, yang manis, yang senyumannya candu, siapa lagi kalau bukan Ria. Aku melihat ia mendapatkan penghargaan sebagai 5 orang dengan nilai tertinggi saat Ujian Nasional.

Wah! Selain cantik, manis dan berbakat, ternyata dia juga pinter-batinku.

*****

 Panggung perpisahan atau yang bisa disebut dengan YUDISIUM adalah acara akhir tahun yang diselenggarakan khusus untuk siswa dan siswi kelas akhir. Aku terpana saat melihat penampilan paduan suara yang dibawakan oleh siswa dan siswi kelas akhir khusus untuk pondok tercinta. Dari situ aku berfikir bahwa suatu saat nanti akulah yang akan berada di posisi itu, aku yang akan meninggalkan pondok ini dan sepertinya saat aku sudah lulus nanti, aku akan sangat merindukan suasana-suasana di pondok ini. Dari mulai bangun tidur hingga tertidur kembali semua akan menjadi kenangan suatu hari nanti.

 Pada akhir acara, ada penghargaan yang disediakan untuk siswa dan siswi berprestasi dengan perolehan nilai tertinggi dari Aliyah maupun Tsanawiyah. Begitu terkejutnya aku saat disebutkan the best one(nilai tertinggi pertama) tsanawiyah putri adalah Nabila Sahriani putri.

 Itu Ria kan? Yang kemarin pidato? Terus yang dapet nilai tertinggi ke lima pas UN? Sekarang dia dapet the best one? Nilai tertinggi tsanawiyah? Emang yah paket lengkap banget-batinku saat melihat ia berjalan di depanku dan langsung berkumpul bersama pemenang lainnya.

 Ya Allah kenapa senyumannya manis banget, bikin candu-batinku saat melihat ia tersenyum. Kenapa senyumannya selalu bikin candu? Apakah di dalam senyumannya terdapat nikotin? Sehingga aku kecanduan senyumannya yang manis itu. Jujur… aku jadi ingin memilikinya. Tapi… aku juga sadar diri, aku bercermin kepada diri sendiri. Apalah aku ini jika dibandingkan denga dirinya. Aku hanyalah laki-laki biasa yang menginginkan wanita yang begitu amat luar biasa. Bagaikan bumi dan langit. Dan yang pastinya banyak laki-laki yang menginginkannya. Aku hanya bisa berharap, setidaknya aku bisa berkenalan dan berteman dengannya, tidak lebih. Karena jika aku berharap lebih dari sekedar teman, SADAR DIRI BOSS-kalau kata gaulnya. Pokonya ia nyaris sempurna atau bahkan sudah sempurna dan diatas rata-rata.

" Maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan " (Q.S. Ar-Rahman)

次の章へ