webnovel

Bab 242 pangeran pelit

"tuan Harry, bagaimana kamu bisa dengan mudah menghindari serangan ku?. aku juga tidak mengerti kenapa kamu dengan mudah mengenai bulu ku padahal aku jelas jelas sudah menghindarinya." celia mulai bertanya setelah lama terdiam dan aku pun mulai menjawab apa adanya.

"maaf Celia, bukannya aku menghina tapi di mata ku gerakan mu seperti siput yg merangkak."

Celia kembali terkejut dengan kata kata ku.

"bagaimana itu bisa terjadi."

"aku melatih tubuh ku untuk melakukan pertempuran nyata, bukan untuk bermain."

"apa menurutmu jousting adalah permainan."

aku menganggukkan kepala ku. "aku tidak akan berbohong untuk menjaga perasaan mu, lebih tepatnya aku menganggap jousting sebagai olahraga untuk bersenang senang. tahu kenapa aku hanya menyerang bulu mu?."

Celia menggelengkan kepalanya dan aku memberinya senyum tipis.

"hanya menggunakan sedikit kekuatan ku saja, tombak ku bisa menembus tubuh mu sebelum hancur. itulah perbedaan berlatih untuk pertempuran nyata dengan berlatih untuk olah raga."

Celia kembali tertegun. "apa itu yg membuatku merasakan sensasi kematian."

aku mengangguk lagi. "perang nyata itu sangat berbeda dari olah raga jousting. hujan panah, puluhan tombak, ratusan pedang mengarah ke arah mu dari segala arah. hanya ada satu aturan dalam perang yaitu bunuh musuh mu atau mati di tangan musuh mu."

"tuan Harry.." tapi aku segera memberinya isyarat untuk berhenti.

"panggil Harry atau aku tidak akan menjawab pertanyaan mu lagi." mendengar ini Celia langsung tersenyum.

"Harry, musuh seperti apa yg kamu hadapi."

"mmmm susah untuk di jelaskan dan tidak baik bagimu untuk tahu, karena ini melibatkan banyak hal yg sangat rumit." aku menunjukan expresi rumit pada Celia.

tapi hal ini malah membuat Celia menjadi penasaran dan semakin gelisah. "apa sangat berbahaya bagi ku untuk tahu."

aku mengangguk ringan. "itu bisa membuatmu terguncang dan pemahaman mu tentang dunia ini akan runtuh. awalnya akan baik baik saja, tapi setelah kami pergi kamu akan mulai gelisah dan ingin menggali lebih dalam yg akan membuatmu stress bahkan gila. kecuali kamu menjadi anggota kru ku, maka semua hal hal ini dapat aku sampaikan dengan santai."

"apa aku harus meninggalkan kota ini untuk menjadi kru kapal mu"

"tentu saja tidak."

"maka aku akan menjadi anggota kru mu"

"aku juga" Noel juga mengangkat tangannya untuk mengajukan diri.

"kakak, mireille juga ingin menjadi anggota kru."

aku memberi anggukan serius pada mereka bertiga. "baiklah, tapi kalian harus berjanji untuk menjaga rahasia ini dan tidak boleh membocorkannya pada siapapun atau aku akan membawa kalian ke kapal ku dan tidak akan bisa kembali lagi."

"aku berjanji."

"aku juga"

"kakak, mireille juga berjanji."

"baiklah, tapi semua akan di jelaskan saat kalian datang ke kapal kami" aku mulai menjelaskan fungsi jendela status, cara untuk datang ke kapal dengan jendela status yg mereka miliki, serta memberi mereka cincin keanggotaan.

semua kru hanya tertawa kecil melihat expresi kejutan, heran, bingung, kagum dan penuh harapan seakan mereka bertiga sedang melihat dunia baru.

"ok, mari kita bahas sisanya di malam hari saat kalian sudah kembali ke rumah kalian dan pergi ke kapal kami melalui jendela status."

"baiklah" mereka bertiga mengangguk dengan penuh semangat yg membuat ku tertawa kecil. "jangan terlalu bersemangat, semua hal di dunia ini memiliki harga yg harus di bayar."

***

setelah siang hari, kami semua bubar dan melakukan aktifitas masing masing. kerena shoko sudah tertidur di pangkuan ku, jadi aku segera kembali kapal untuk meletakan shoko yg di kamarnya.

setelah memberi ciuman kening, aku duduk di sofa ruang tamu. "kenapa kamu bermuka masam."

vulgar dengan muka yg masam segera duduk dengan kesal di sebelah ku. "pangeran pelit, aku juga ingin bermain di luar."

aku hanya menggelengkan kepala ku sambil menggosok kepalanya. "jika mereka melihat mu, mereka semua akan panik dan kita tidak akan bisa menikmati liburan."

"huh, pokok nya pangeran pelit" melihat expresi kesal vulgar yg imut, aku segera mendorongnya untuk berbaring di sofa, lalu menaiki tubuhnya sambil membuka kedua kakinya.

"tetap saja pangeran pelit, pelit, pelit, pelit, pelit."

tapi setelah 1 jam expresi dan kata kata langsung berbalik 180°

"wow pangeran yg terbaik, hmmmmfff enak enak."

"ya ya tekan terus pangeran, aku suka senjata mu. hmmmmmff nikmatnya aaaahhhhhhh"

"pangeran aaahhhh keluar lagi woowww, ayo pangeran tekan lebih kuat. hmmmmfff"

setalah 3 jam, vulgar sudah duduk di pangkuanku dengan posisi mengangkang sambil memutar mutar pantatnya.

"he he he he, aku mencintai mu pangeran"

"kamu hanya mencintai senjata ku"

"jangan salah paham pangeran ku, aku hanya tidak tahu cara melampiaskan rasa cinta ku. jika aku tidak mencintai mu, aku pasti sudah bunuh diri dari pada ikut bersama mu."

"sejak kapan kamu mencintai ku"

"he he he, saat aku melihat mu di benteng Arden jantung ku sudah berdetak kencang. tapi sebelum aku bisa menggoda mu, kamu sudah memukul ku hingga terpental jauh. pangeran sangat kejam, tapi aku semakin tergila gila karena itu." aku menatap wajah vulgar yg sudah memerah dengan sedikit desahan dan segera mencium bibirnya.

setelah beberapa saat dia menyandarkan kepala nya di bahuku. "sampai saat saat terakhir aku tidak menggunakan manifestasi keilahian saat melawan kakak flone karena aku memang berniat menjadi pelacur mu."

"aku juga merasa bingung kenapa kamu tidak melakukan itu dan malah terbaring tak berdaya saat di seret oleh flone, padahal kamu masih punya energi untuk bertarung."

"aku tahu tidak mungkin bagi ku untuk seperti wanita mu yg lain, tapi seperti ini saja sudah membuat ku bahagia."

"siapa bilang, di hatiku kalian semua sama. hanya aku saja sering menggoda mu, mereka yg sudah lama bersama ku pasti tahu semua ini."

"pangeran ku...."

"ada apa."

"ayo pindah ke kamar ku, aku akan memberimu pelayanan yg memuaskan."

"jangan bermimpi, kita sudah melakukan ini selama 3 jam."

"pangeran, aku sedikit bergairah. ayo tambah lagi."

"tidak, aku akan keluar dulu."

"pelit, pangeran pelit...." dan expresi manyun kembali lagi dengan cepat.

次の章へ