webnovel

HIDUP TANPA CITA-CITA

Cita-cita mungkin hanya ada dibenak anak dari keluarga yang cukup berada , dengan contoh sang ayah atau ibu yang memiliki profesi yang membanggakan di hidupnya . Hasann tidaklah demikian,ia hanyalah seorang anak laki-laki yang biasa-biasa saja seperti kebanyakan anak-anak di lingkungan rumahnya. Pendidikan juga bukanlah sesuatu yang dipentingkan dikeluarganya . Pilihannya adalah bekerja setelah tamat klas 6 Sekolah Dasar nanti.

Suatu hari , Ahmad anak lelaki tertua berkata "Rumah pa Haji Agus , sekarang dijadikan kos-kosan anak kuliah, engga ada yaa dari kita mah yang sekolahnya bisa sampai kuliah gitu?" katanya sambil menatap orang tuanya, ia sedikit mempertanyakan nasibnya.

Tapi, pa Rahmat, bapaknya langsung membuka matanya dan mengangkat dagunya. Ia menjawab, "Tidak penting memiliki ijasah ! yang penting bekerja dan mendapatkan uang untuk hidup. Untuk apa sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya ujung-ujungnya mencari uang juga," alasan bapaknya ditanamkan ke anak-anaknya. Ia mengedarkan pandangannya ke semua anak-anaknya yang ada disitu. Mereka terdiam semua, tanpa berani membantah.

Begitulah yang dikatakan orang tuanya, seakan sudah menjadi peraturan di keluarga itu.

Penghasilan pa Rahmat dari jualan sate ayam, hanya pas untuk melanjutkan hidupnya, maka cita-cita pun rasanya tidak bisa ditaruh tinggi-tinggi amat. Jadi apa yang salah bertumbuh tanpa cita-cita buat seorang Hasann ? ini lah dia....

Singkat cerita Hasann kecil tamat dari Sekolah Dasar dan mulailah ia membantu Pa Rahmat, bapaknya yang berjualan sate ayam.

Hasann ikut membantu dari mulai belanja dipagi hari sekali sampai waktu berjualan nanti jam 8 -9 malam. Ia sepertinya mulai matang menjadi seorang lelaki meski masih muda sekali dari segi umur. Berdua dengan abangnya, ia pergi kepasar dipagi hari untuk belanja bahan kebutuhannya.

Kebetulan lokasi pasar tidaklah terlalu jauh dari tempat tinggalnya, hanya butuh sekitar 10 menit berjalan kaki.

Tugas ini dia jalani 6 hari dalam seminggu, karena hari Jumat mereka libur jualan. Ia pun sudah terbiasa keluar masuk pasar, jadi tahu dimana beli daging ayam langganannya, bumbu-bumbu, arang , tusuk sate dan lain-lainnya.

"Aku tunggu disini yang bang ?" kata Hasann sewaktu hampir selesai belanjanya. Dia berdiri dekat pintu keluar pasar dengan setumpuk barang belanjaannya, sementara abangnya masih didalam menyelesaikan belanjaan terakhirnya.

Semua itu menjadi kewajibannya karena tidak ada pilihan lain.

Di sela-sela kesibukannya Hasann masih menyempatkan untuk berkumpul dan bermain dengan teman-temannya . Hanya teman-temannya pun hampir semua senasib dengan dia...tidak bersekolah lagi.

Anak perempuan harus membantu ibunya dirumah sedangkan anak laki-laki membantu pekerjaan bapaknya berjualan dijalan. Semua bekerja gotong -royong untuk menyambung hidup.

Hasann kecilpun mulai kenal dengan uang , karena ia diupah juga oleh bapaknya untuk jajan sehari-hari. Demikian juga semua saudaranya diupah, diberi uang atas pekerjan mereka.

Dari sini lah dimulai pendidikan secara non formal yang diajarkan oleh orang tuanya.

Siang hari Hasann membantu membuatkan satenya dengan menusuk-nusukan daging ayam dan daging kambing mentah yang sudah dipotong kecil-kecil ke batang tusuk satenya, dan itu menjadi bagian pekerjaan dia . Itu tugas dia. Sementara saudaranya yang lain bekerja menyiapkan bumbu, kecap , potongan daun pisang untuk bungkusnya, perlengkapan makan, dan bapaknya menyiapkan roda, kabel dan lampu untuk penerangan malam.

"Aku pamit buu...," kata Hasann ke ibunya.

Sore hari, sekitar pukul 16 .00 mulailah bapaknya mendorong roda satenya keluar rumah dan Hasann berjalan mengikuti dibelakangnya. Tujuan mereka adalah sekitar alun-alun kota, dimana banyak orang berkumpul.

Disana ada Masjid Agung, pusat pertokoan Dalem Kaum , sederetan bioskop , dan taman bermain untuk warga yang ingin sekedar jalan-jalan.

Mereka sangat bersemangat , terlihat bapaknya berpakaian rapi dengan kemeja lengan panjang , topi kopiah dikepalanya. Dan Hasann kecilpun terlihat rapi sisiran rambutnya , baru mandi tampaknya. Bapaknya sedikit bercanda dengannya.

"Siap engga San ... ?"

"Siap Pak ! " jawabnya singkat sambil senyum mengangguk-anggukan kepalanya.

"Engga akan ketiduran nanti kamu disana... ?" candanya sambil terkekeh-kekeh. Hasann hanya tersenyum saja.

Pa Rahmat, bapaknya suka ngajak bercanda anak lelaki bungsunya ini. Meski beban hidup keluarga cukup berat dipundak bapaknya, tapi karena mereka semua berfikiran sederhana, maka hidup dan pekerjaan sehari-harinya dijalankan saja tanpa banyak keluhan.

Pa Rahmat dan Alis, Istrinya membesarkan 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan. Hasann merupakan anak lelaki paling kecil. Dia nomor 5 dari semua. Masih ada 2 orang adiknya perempuan. Dari semua anaknya, bapaknya sayang banget sama Hasann ini, dia diberi sedikit perlakuan spesial, mungkin karena bapaknya mengharapkan anak lelaki terakhirnya ini bisa lebih baik nasibnya kelak.

Tentu bapaknya berharap hari ini menjadi berkah buat mereka, alias laris dagangannya habis. Itu saja harapan besar mereka.

Hari itu memang menjadi berkah buat mereka, terbukti pembeli datang silih berganti terus ...tiada henti.

Sementara bapaknya membakar sate pesanan tamunya, Hasann sibuk menuangkan teh , membawa piring kotor dan mencucinya . Kegiatan itu terus dilakukan sampai tidak terasa jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Dagangan mereka tinggal sedikit saja. Dan bapaknya memutuskan untuk berkemas-kemas hendak tutup dan pulang.

"Dagangan tinggal sedikit San..., waktu juga sudah hampir jam sembilan, sebaiknya kita beres-beres buat pulang aja yaa ? " sambil menatap Hasann, bapaknya seakan minta persetujuan.

"Iya Pa , sudah capek saya juga...,"jawabnya agak lemas, mengantuk.

Tapi sewaktu mereka bersiap-siap untuk menyudahi harinya, datang lagi seorang tamu langganan mereka.

Aduuuh... dalam hatinya, semua sudah dirapikan . Sambil menarik nafas panjang , pa Rahmat memperhatikan tamunya yang sedang memarkirkan motornya. Ia berfikir sebentar apakah akan menolak atau melayani tamunya ini. Sudah capek sebenarnya mereka hari itu, karena hampir engga ada istirahatnya melayani pembeli.

"Malam Pak...sapa tamunya...masih ada satenya ?"

"Ooh masih Pa...silahkan..."spontan ia menjawab..."kebetulan masih ada Pa, silahkan...!"

Akhirnya, karena tamu itu adalah langganan lama , ia merasa engga enak untuk menolak.

Begitulah namanya juga profesi pedagang, kalau mau bertahan, ya harus menjaga pelanggannya. Pa Rahmat sejenak melirik Hasann untuk mematuhi perintahnya, tetap menyiapkan peralatan makannya.

Tamu ini bertubuh tinggi besar, gemuk perutnya dan berjenggot. Ia rupanya cukup kenal dengan pa Rahmat dan sambil duduk menunggu hidangan disiapkan, ia bertanya tentang Hasann yang kali ini menemani bapaknya berjualan.

"Anak bapak juga ini...?" tanyanya.

"Ooh iya pak...,kata bapaknya sambil merundukan badannya, ini Hasann anak lelaki paling bungsu...."

"ia baru lulus sekolah ," katanya nyambung kalimatnya tadi.

Sementara bapaknya cerita, tamu tersebut terus memperhatikan Hasann yang sedang bekerja. Tak berapa lama tamu itupun selesai dan pamit.

Setelah tamunya yang terakhir itu, langsung saja pa Rahmat dan Hasann merapikan peralatan dagangnya sebelum ada tamu lagi yang datang. Dan tidak lama terlihat bapaknya mulai mendorong roda satenya pulang.

Hari itu cukup menggembirakan buat mereka karena dagangannya cukup laris dan memperoleh uang banyak . Hari itu merupakan hari pertama Hasann bekerja.

Sambil melihat Hasann yang berjalan disampingnya, bapaknya bertanya,

"Bagaimana Nak ...capek ?" tanyanya sambil tetap mendorong rodanya.

"Eeuughh... lumayan capek Paa..." jawab Hasann polos sambil sedikit ngantuk gitu tapi tetap semangat dia.

Pa Rahmat senang melihat Hasann tetap bersemangat dan yang terpenting Hasann membawa keberuntungan buat dagangannya hari itu.

Ia memberi Hasann beberapa koin uang,

"Ini San buat kamu..." katanya sambil terkekeh.

"Trimakasih Pa...hehe." Hasann senang langsung menyambut tangan bapaknya dan memasukan uang kekantongnya.

Hasann melangkahkan kakinya dengan senang hati. Meski ditengah keterbatasan ekonomi dan himpitan hidup , sebenarnya bapaknya ini sedang mengajarkan anak-anaknya untuk bekerja dan mendapatkan uang halal.

Tak terasa waktu cepat berlalu bagaikan terbang saja. Sudah hampir 5 bulan Hasann membantu bapaknya, kini Hasann tampak menjadi lebih dewasa dibandingkan umurnya.

Dari sisi pengetahuan formal mungkin Hasann tidak mempunyai apa-apa yang bisa ditunjukan tapi dari sisi pengalaman hidupnya, kelihatan ia sudah lebih matang kalau dibanding teman seusianya.

Ia sudah tahu dan terbiasa menghadapi banyak orang dengan berbagai macam karakter tentunya. Hasann lebih sabar dan lebih hati-hati untuk bicara, dan ia memiliki fisik yang kuat.

Diam-diam diapun mulai belajar menabung. Apakah sekarang dia sudah memiliki cita-cita ? ...jawabannya tetap tidak ada ! Semua seakan dibiarkan mengalir saja.

Baru setelah kejadian bapaknya, yang siang hari itu hanya bisa terbaring dirumah karena sakit . Ia pun tersadar .

Dokter puskesmas yang sengaja berkunjung kerumah gubuknya, hanya bisa pasrah dan berkata ke Alis,ibunya Hasann.

"Buu...bapa ini kena serangan jantung koroner...dan kelihatan sudah parah ...engga ada pilihan lain Bu ! Saya kasih obat ini yaaa, semoga saja obat ini cocok buat bapak, bisa sembuh... dan bisa melanjutkan hidupnya...! kata dokter itu "tapi jika tidak..." ia meneruskan , mungkin bapak engga tertolong lagi, maaf ya Buu !" jelas dokter Thomas, spesialis Jantung yang rambutnya sudah memutih semua, mungkin seumuran dengan pa Rahmat.

"Iya dok." Alis cuma bisa pasrah sedih. Sedih karena beban hidupnya yang berat,anak-anaknya sebagian besar masih belum bisa berdiri sendiri, uang terbatas, sekarang ditambah lagi dengan masalah ini. Terbayang sudah dipikirannya beban keluarga yang harus ditanggungnya nanti jika tanpa suami.

Tampak pa Rahmat, yang tak berdaya berbaring disisi ranjang

"Tolong diseka telapak kakinya San...," pinta bapaknya lemah, tampak sudah kepayahan sambil memberikan handuk kecil. Dan Hasann pun menyeka telapak kaki bapaknya yang selalu berkeringat.

Hasann jelas tidak tahu apa-apa dan sewaktu dokter itu datang memeriksa bapaknya, ia hanya bisa berdiri disudut kamar itu. Ia memanjatkan doa untuk kesembuhan bapaknya dan ajaibnya pa Rahmat mampu melewatkan masa kritis hari itu dan bisa melanjutkan hidupnya.

Dokter Thomas itu seakan penyelamat hidup buat bapaknya , tapi dalam hati Hasann, ia merasa percaya kalau Tuhan sudah mengabulkan doanya.

Perlahan-lahan Hasann mulai mengerti, meski tidak secara sadar bahwa kesehatan itu penting buat hidupnya. Diapun mulai rajin berolahraga, bangun pagi sekali dan menyempatkan gerak badan didepan rumahnya. Itu ia kerjakan pagi sekali, sementara yang lain masih terlelap tidur. Ketika itu Hasann sudah berumur sekitar 13 tahun .

Satu hal yang membanggakan buat anak seusia Hasann adalah ia selalu berfikiran positif akan segala sesuatu yang telah terjadi dan optimis akan hari depannya. Entah dari mana keyakinan itu ada padanya. Temannya pun salut akan keyakinan dia, akan hari esok yang lebih baik.

"Aku yakin bisa sukses dan jadi orang kaya nanti, aku percaya pasti Tuhan adil. Kalau orang lain bisa , suatu hari akupun pasti bisa !" begitu katanya.

"Hebat eluu San hehehe...," kata temannya sambil tersenyum kagum, di suatu hari sewaktu mereka berjalan-jalan bersama .

Luar biasa Hasann !! Apa yang tidak dapat diraihnya jika keyakinan itu sudah menghinggapinya ?

Tapi apa yang bisa diharapkan dari seorang anak yang hanya lulusan Sekolah Dasar dan hanya anak tukang sate pula... ? Perlahan tapi pasti Hasann percaya akan pencapaiannya...ingin jadi apa sih dia nanti... ? apa ambisi dan cita-cita Hasann sekarang ?

Jadi DOKTER ... !!! haaah ... enggak salah Hasann ...?? Hampir semua orang yang mendengar keinginannya itu mentertawakan dia. Tapi tidak dengan Hasann, dia ingin bersekola lagi.

Tapi dari mana uang nya buat sekola ...?

Tidak ada seorang pun yang tahu , tidak juga bapaknya , rupanya sambil menghidangkan satenya ...Hasann mendekati tamu-tamu yang makan ditempat dia jualan. Hasann menceritakan kondisi keluarganya dan keinginannya meneruskan sekolahnya.

"Aku baru tamat klas 6 SD pengen sekolah lagi ,...aku kepingin jadi dokter !" katanya serius depan tamunya.

Hebat Hasann, ternyata memang tidak terlalu susah bagi dia untuk mendapatkan simpatik dari tamunya. Ada kemauan , pasti ada jalan ...!! mungkin pepatah itu yang dia pegang.

Tidak berapa lama pun ia mendapat informasi untuk menghubungi seseorang bernama pak Henga, yang tinggal tidak terlalu jauh dari lokasi tempat bapaknya berjualan sate.

Seorang tamu memberitahu Hasann, "Kamu coba ketemuin Pa Henga, orangnya dermawan, suka membantu anak-anak putus sekolah yang memerlukan bantuan kayak kamu...," katanya.

Tidak membuang waktu lama, Hasann pun menyempatkan diri untuk mencoba berkunjung ke kediaman pak Henga ini.

Hasann memang luaaar biasa !! Tanpa didampingi kawan atau kakaknya atau bapaknya sekalipun, dia berani pergi sendiri. Dan beruntungnya, pak Henga ada ditempat. Ia mempersilahkan tamu kecilnya masuk .

Sambil mengelus-elus dagunya yang berjanggut , sejenak Pa Henga memperhatikan tamu kecilnya ini dan mulai tersenyum. Ia langsung mengenalinya dan mengangguk-anggukan kepalanya,

Seraya berkata, "Kamu kan anaknya pa Rahmat yang jualan sate disana yaa... ?" tanya pa Henga sambil menunjukan jari telunjuknya.

Sungguh tidak diduga ternyata pa Henga itu adalah langganan sate bapaknya dan dialah tamu terakhir yang datang dihari pertama Hasann membantu bapaknya. Aneh memang sepertinya sudah diatur begitu...yaah memang sudah rejekinya Hasann mungkin !

"Iya Pak," jawab Hasan.

Ia membukakan matanya lebar-lebar sambil tetap keheranan memandang wajah pa Henga. Pandangan polos , kayak anak bodo gitu....Ia keheranan kok bapak didepannya ini langsung mengenalinya ?

Sejenak Hasann menjadi agak ragu, ia menundukkan kepalanya, engga berani menatap muka pa Henga untuk beberapa saat.

"Kamu namanya Hasann kan ya ?"

Seakan suaranya membangunkan dia, "Iya Pak betul, nama saya Hasann !" baru lah ia berani mengangkat wajahnya.

Mereka pun bercakap-cakap ... tentunya Hasann banyak ditanya seputar keinginannya sekola lagi, cita-cita dan lain sebagainya.

"Baiklah San... , saya sudah dengar keinginan kamu buat sekola lagi, saya akan usahakan ! Nanti secepatnya saya mampir ketempat jualan bapa kamu ya, buat ngobrolin lagi soal ini yaa...?

Hasann masih bengong aja, sepertinya engga mendapatkan jawaban yang pasti darinya.

Pa Henga meneruskan kalimatnya. "Saya kan juga harus dapat ijin dari bapak kamu seandainya saya bisa bantu ... " begitu penjelasan pa Henga . Hasann menganggukan kepalanya tanda mengerti.

...........

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba.

Di hari Sabtu malam pak Henga datang sendirian saja dan memesan 1 porsi sate ayam ditambah lontong. Terlihat ia cukup menikmati hidangannya malam hari itu . Selesai makan ia menyapa pa Rahmat. Mereka bercakap-cakap, sambil pa Rahmat tetap melayani tamu lain yang datang belakangan.

Pa Henga jelas tertarik dengan keberanian dan kesungguhan Hasann akan keinginannya meneruskan sekolahnya .

"Pak Rahmat... , panggilnya memecah kesunyian , berapa hari lalu itu Hasann datang kerumah saya Pa ."

"Haaah...ooh...iya Pa," kata bapaknya, kayak belum nyambung gitu karena ia sedang menyiapkan pesanan tamunya.

"Katanya ia pengen banget nerusin sekolah ??" sambung pa Henga seakan menanyakan kebenarannya.

Pak Rahmat langsung terdiam ... . "Oooh apa Pak ?? maaf Pa tadi saya engga nyimak, habisnya tadi lagi sibuk ..." kata bapaknya yang tiba-tiba merasa pening dikepalanya dan seakan engga percaya dengan kalimat yang tamunya ini ucapkan.

"Hasann... anak Bapa kerumah saya...! pa Henga mengulangi kata-katanya dengan lebih teratur, katanya ia mau sekolah lagi... gitu Pak...apa betul ?"tanyanya seakan ingin memastikan.

Bapaknya Hasann masih gelagapan... "Ooh...iyaaaa maklumlah Pa...dia engga bisa nerusin sekolahnya selesai lulus-lulusan kemarin itu, soalnya masih banyak keperluan lainnya sih Pa," kata bapaknya Hasann menjelaskan tanpa diminta.

"Begitu yaa Paa...saya engga masalah bantu pa Rahmat buat nyekolahin dia , nanti saya siapkan dananya yaa pak , supaya si Hasann bisa sekolah lagi, kasihanlaah Pak, " kata pa Henga, setelah mengetahui keadaannya.

"Ooh jadi Bapak yang mau bayarin uang sekolahnya gitu paa ? tanyanya dengan nada engga percaya.

Terpaksa pak Henga pun mengulang lagi sambil terkekeh-kekeh "Iyaa...iya nanti saya yang biaya'in sekolahnya Hasann Pa, sampai selesai !!" katanya mantap.

Tentu saja pak Rahmat terbengong-bengong...karena dia tidak tahu menahu apa yang sudah dikerjakan anaknya.

Waduuuuh ...gila juga Hasann ...,! engga kasih tahu bapaknya.

Sambil mendorong roda satenya menuju pulang, bapaknya memikirkan terus nasib anaknya . Ia masih terheran-heran dengan kejadian tadi dan sesampainya dirumah ia memanggil Hasann dan menanyakan perihal keinginannya melanjutkan sekola .

"Looh kamu ini bagaimana sih San ...? kok kamu engga ngomong –ngomong sama bapa kalau kamu ada keinginan mau sekola lagi ? dan kok kamu bisa-bisanya kerumah pa Henga sendirian itu bagaimana ceritanya ?" tanya bapaknya nerocos sambil menatap tajam wajah Hasann.

"Darimana kamu tahu rumahnya dia ?" lanjutnya lagi.

"Iya Paa...kata Hasann sambil menundukkan kepalanya, agak takut dia . Maaf pa. Iya... Hasann pingin sekola lagi Pa , Hasann engga mau dorong roda sate terus. Hasann dikasi tau tamu kemarin buat hubungi pak Henga kalo mau sekolah lagi. Dia orang kaya dan suka membantu anak-anak yang putus sekolah kayak Hasann...begitu Pa," jawab Hasann perlahan dengan mimik wajah bersalah. Jantungnya berdebar engga beraturan. Takut dia kena marah bapaknya. Takut bapaknya engga setuju dengan keinginannya.

Tapi cepat Hasann pun balik bertanya ke bapaknya, sepertinya dia engga mau kehilangan momen penting ini. Sepintas dia mendengar percakapan mereka disana.

Ia bertanya dengan antusias "Pa Henga mau ya pa bantu biayain sekola Hasann ?"

Langsung dijawab "Iya mau...!" Bapaknya menjawab singkat .

Ia masih bingung sebenarnya...ini bagaimana ? baru saja Hasann membantu dagang sudah mau sekola lagi ...? pikirnya, siapa nanti yang gantikan dia ?

Waaah langsung aja mukanya Hasann berubah ceria dan matanya terbuka lebar...jadi semangat dan bahagia dia !! menatap bapanya dengan rasa engga percaya tapi juga senang bukan main. Langsung ia mendekat pa Rahmat dan menyalaminya dengan gentle.

"Trimakasih ya Pa," ujarnya. Hm...agak beda kan dia ...? seperti seorang ksatria kecil dia.

langsung ibu dan saudara-saudaranya berkumpul membicarakan perihal itu...kayak rapat darurat gitu ...mereka sebenarnya tidak mengerti bagaimana-bagaimananya .

"Ooh... memang benar bu Hasann mau sekolah lagi ??" tanya Ahmad, abangnya dengan nada meninggi, sedikit aneh .

"Iya..." ibunya menjawab . "Ada yang mau bantu dia biayanya."

"Oooh..., siapa ?"

Sejenak kemudian , bapaknya pun memberikan keputusan.

"Bapak sih setuju saja San, kalau kamu mau meneruskan sekolah...katanya, tapi kamu harus sungguh-sungguh kali ini sih San ! jelasnya lagi..., engga bisa kamu main-main karena bisa bikin malu bapak dan ibu nanti."

"Iya Pak...Hasann mau sungguh-sungguh belajar," janjinya dengan tegas masih antusias.

Ibunya dan semua anggota keluarganya setuju saja dengan keputusan bapaknya.

Hasann pun bersekola lagi !!

Babak baru dimulai...apakah ia masih ikut membantu bapaknya berjualan ? apakah masih kepasar belanja dan apakah dirumah masih membantu menyiapkan satenya ? tentu Hasann perlu membagi waktu jika masih mau mengerjakannya. Tapi yang pasti semua anggota keluarganya mendukung dia sekolah lagi. Mereka tulus mencintai Hasann, lelaki paling bungsu ini.

Hasann menjadi harapan satu-satunya mungkin itu yang ada dibenak bapak , ibu dan juga saudara-saudaranya untuk merubah nasib dan mengangkat derajat keluarganya. Hal yang positif sekarang ada ditengah keluarganya adalah ada semacam semangat menuju hari depan yang lebih baik...!

Melihat Hasann yang sudah bangun dan hendak mandi, Alis menyapanya "Nak ini sarapannya sudah ibu siapkan dimeja depan ya ?" katanya sambil menaruh makanan dimeja tamu.

"Semangat ya Naak ?"

"Iya Buuu trimakasih."

Seperti biasa kalau moodnya lagi senang , di kamar mandi Hasann nyanyi keras-keras lagu wajib kesukaannya, Maju tak gentar.

"Maju tak gentar...membela yang benar ...maju tak gentar...hak kita diserang ... bergerak bergerak, serentak serentak ...dst.

Semua anggota keluarganya menjadi lebih semangat bekerja dan lebih bergembira... luar biasa pengaruhnya !!!

Sedemikian seriuskah si kecil Hasann dengan masa depannya ? Ternyata jalannya tidaklah mulus-mulus amat, ada saja rintangan yang harus dilalui. Yaa maklumlah namanya juga anak baru gede.

次の章へ