webnovel

Dua Pendekatan Beda

Rachel memutar-mutar kursi kerjanya, duduk disana sembari membaca surat elektronik yang dikatakan Lore berisi kritik dari seorang arkeolog. Lalu benar saja dugaan Rachel jika arkeolog yang dimaksud adalah Niels Geyer, pria yang belakangan mencuri perhatiannya usai berbicara penuh kebijaksanaan dalam kongres parlemen. Kini Rachel seperti orang gila, tersenyum-senyum miring menghadap layar gawai yang menampilkan surat sepanjang delapan paragraf bernada sarkasme.

"Kepada Rachel Richmann, CEO dan peneliti dari Cyclops Intelligence, selamat sore. Izinkan Aku memperkenalkan diri. Aku adalah Niels Geyer, seorang arkeolog dan peneliti lingkungan hidup dari Universitas Cohlin."

"Aku menyaksikan penuh presentasimu hari ini. Itu sangat mengesankan dan brilian. Aku mengapresiasi dirimu dan perusahaanmu untuk itu."

Sampai sini, Rachel mengulum senyum tipisnya. Nanti saja ia berbahagia, karena nampaknya isi surat kritik itu tak semanis pembukaannya. Ya, sesuai judul, itu adalah kritik, tidak terlalu menyenangkan untuk dibaca kecuali jika Rachel adalah seorang yang sangat rendah hati. Lalu semua orang rasanya tahu, bahwa wanita itu memiliki sifat sebaliknya: arogan, kasar, keras kepala.

"Melanggar etika..." Rachel tersenyum miring begitu membaca paragraf keempat tulisan pria bernama Niels itu. "Mengabaikan sejarah evolusi manusia yang alami..."

"Kau mengubah manusia menjadi bukan manusia..."

"Kau menyalahi aturan Tuhan, dan biohacking sangat tidak dibenarkan. Kesalahan fatal dapat terjadi kapan saja..."

Rachel geleng-geleng kepala, "Sepertinya dia tidak mengerti bahwa apa yang diagung-agungkannya sebagai eksistensi alami alam semesta sudah tidak bisa lagi diharapkan apa-apa..."

"Penelitianku tidak melanggar etika, Niels. Mereka para orang utan bahkan sangat mencintaiku karena sistem tubuh mereka telah berubah..."

"Nyatanya mereka juga baik-baik saja."

"Aku bekerja dengan para ahli, dokter hewan, dan biro etika. Pendapatmu sangat tidak berdasar." Rachel terus bermonolog, mengutarakan pembelaannya akan krtitik dari Niels meski pria itu tak akan balik menanggapi.

Niels Geyer, pria itu hanya bisa sedikit menarik hati Rachel, tidak dengan pikirannya. Apa yang disampaikannya di kongres kemarin memang sangat bijaksana. Namun menurut Rachel, apa yang dilakukannya di perusahaan juga tidak kalah bijaksana. Mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memperbaiki bumi manusia. Namun caranya saja yang berbeda: Niels yang konservatif, dan Rachel yang futuristik.

Terus Rachel membaca kritik demi kritik dari Niels, mencernanya dengan dahi berkerut. Hampir tiga perempat pemikiran pria itu bertolak belakang dengannya meski mungkin ada benarnya. "Dia memang bijaksana, penuh akan nilai kebenaran dan idealisme nuftah..."

"Tapi jika pemikirannya terus monoton seperti itu, dia tidak akan mampu bertahan hidup," komentar Rachel final, menaruh gawainya ke atas meja. Wanita itu sudah selesai membaca, tanpa satupun kritik Niels yang menurutnya dapat Ia terima.

"Hahhh..." Rachel meregangkan otot-otot tangan dan kepalanya, bersandar pada kursi. Kembali kursi kerja itu diputar-putarnya selagi mata memejam, "Melelahkan, padahal hampir saja aku senang karena kau menyapaku, Niels Geyer ..."

Tak lama dari itu, alat pemindai biometrik terdengar. Seseorang masuk dan menyapa, "Hai, Rachel. kau memanggilku?"

Rachel mengangguk, "Ya, silakan duduk, Lars," ujarnya mempersilakan dokter bedah saraf itu duduk di kursi depannya.

"Apa yang ingin kau tanyakan? Bukankah kita sudah membahas seluruh agenda penyisipan gen-microchip itu kemarin?"

"Ya, memang sudah selesai dibahas. Aku hanya ingin sekali lagi memastikan kepercayaanku padamu, Lars." Rachel berkata terus terang, dan Lars paham. "Kau tahu sendiri, ini sangat berisiko. Selama pembedahan dan penyisipan gen-microchip itu, Aku tak akan sadarkan diri. Kau akan membiusku total, dan ..."

"Ketika sebuah kesalahan terjadi, artinya kau akan langsung mengirimku ke alam kematian. Apa Kau mengerti maksudku?" lanjut Rachel, mengintimidasi dengan gaya.

Lars tersenyum miring, "Aku mengerti. Kau bukanlah satu-satunya orang yang mewanti-wantiku sebelum bedah, Rachel. Tapi tanpa bermaksud menyombongkan diri, Aku yakin bahwa aku dapat melakukannya. Prosedur ini tidak terlalu sulit untukku..."

"Bagaimana kau bisa membuktikan bahwa prosedur bedah ini tidak terlalu sulit? Ratusan saraf motorik di kepala dan sumsum tulang belakangku akan kau hubungkan ke dalam jalur microchip berukuran kurang dari satu nanometer..."

"Belum lagi Kau harus memastikan bahwa gen-gen didalam microchip itu teraktivasi segera dalam waktu kurang dari satu minggu. Bagaimana itu tidak Kau sebut rumit, Lars?" Rachel menggebu-gebu.

Lars malah tersenyum simpul, "Ada apa denganmu, Rachel? Apa kau sedang ketakutan sekarang? Jika iya, ini sungguh bukan dirimu."

"Lars ..."

"Jangan lupa bahwa kau sudah melewati berbagai eksperimen pada tubuhmu sebelumnya," potong Lars cepat. "Percaya saja padaku, kita adalah teman, dan aku bahkan tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, Rachel."

Rachel hanya menghembuskan nafasnya berat. Benar apa yang dikatakan Lars, Rachel ketakutan. "Kau yakin?"

"Tentu saja."

"Aku akan menghantuimu jika eksperimen kita kali ini gagal dan aku menjadi korban, Lars," ancam Rachel, sukses membuat Lars tertawa keras, "Rachel... Rachel... kau ini sangat menggemaskan ketika takut ya."

"Berhenti tertawa, aku sedang tidak bercanda!"

"Ya ya, baiklah, Rachel yang selalu serius. Tapi jika kau masih meragukan kemampuanku, kau bisa menanyakannya pada Ben, CEO dari Seawares."

Rachel mengerutkan dahi, "Mengapa aku harus bertanya padanya?"

"Karena aku baru saja melakukan prosedur bedah yang serupa pada objek eksperimennya. Penyisipan microchip, tapi tidak dengan material genetik."

"Ah, begitukah?" Rachel mengangguk-ngangguk, "Apa yang sedang mereka kerjakan memangnya?"

Lars tersenyum mempermainkan, "Tentu saja itu rahasia, mereka tak mengizinkanku memberi tahu siapapun, terutama dirimu."

Rachel berdecih, "Dia kira aku akan mencuri ide mereka? Sangat percaya diri. Lakukan tugasmu dengan baik padaku, Lars," ujarnya ubah bersemangat.

"Wow, Rachel si kompetitif telah cepat kembali. Tapi baiklah kalau begitu, persiapkan saja dirimu malam ini, Rachel. Aku akan memberimu beberapa obat untuk meredakan kecemasan dan menenangkan saraf-sarafmu."

****

Ruang Kerja Perdana Menteri

Distrik 14, Hatermoor

23 Januari 2157

06.30 NPM

Kepulan asap beraroma kayu manis sintetik menyeruak di ruangan berpendingin. Philip di meja kerjanya terus memenuhi ruangan formal itu dengan asap, membuat beberapa orang hampir mabuk akibat bau campuran nikotin tak lazim yang menjadi kesukaan pria paruh baya itu. Orang-orang itu hanya bisa menahan nafas lebih lama, menunggu sebuah kata bernada perintah keluar dari mulut si pria pecandu rokok elektrik.

"Kapan dia akan melakukan eksperimen pada dirinya sendiri?" tanya Philip akhirnya.

"Dijadwalkan besok siang, Perdana Menteri."

Philip mengangguk-ngangguk, kembali asap itu keluar dari mulutnya, "Apakah dokter bedah saraf yang sama akan kembali bekerja untuknya?"

"Ya, kudengar begitu. Mereka berteman cukup dekat, dan Dokter Lars memang salah satu peneliti tetap di Cyclops Intelligence." Pria yang bertugas mengawasi Rachel dan perusahaannya itu melaporkan lebih lanjut.

Philip lantas menaruh rokoknya, berpikir sejenak.

"Apa ada yang ingin kau lakukan sebelum Rachel Richmann melakukan eksperimennya?"

Philip menghela, lalu menatap pria itu tajam, "Katakan pada Dokter Lars agar Ia menemuiku di rumah untuk makan malam. Ada yang ingin kubicarakan dengannya."

次の章へ