Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian terbesar bagi Raisha. Tetapi ternyata mendapat suami yang begitu sempurna dan mencintainya tidaklah cukup dalam sebuah pernikahan. Justru kesempurnaan suaminya menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Akankah Raisha bisa bertahan menjalani kehidupan rumah tangganya di saat mertuanya tidak pernah menyukai diri Raisha. Dan juga selalu ikut campur dalam setiap permasalahan rumah tangganya bersama suaminya, Revan. Mampukah Raisha menyeterakan dirinya dengan kesempurnaan suaminya. Akankah ia tetap bertahan saat rumah tangganya di guncang oleh badai yang begitu besar. Di saat semua orang menekan dirinya untuk meninggalkan suami yang begitu ia cintai.
"Sah!"
Kata itu tak urungnya berhenti terngiang di telinga Raisha. Kini dia sudah menjadi seorang istri dari pria yang begitu ia cintai Revan Aditya Kusuma. Seorang pria baik hati yang bekerja sebagai seorang Dokter spesialis Jantung. Pria yang begitu ia kenal dan cintai selama 2 tahun ini.
"Apa yang membuatmu tersenyum begitu lebar, Sayang?" tanya Revan saat memasuki kamar dengan nampan berisi segelas susu.
Raisha kembali tersenyum semakin lebar menatap ke arah suaminya yang tadi siang telah dengan lantang mengucapkan Ijab Qabul. Meminangnya dan menyimpan sebuah janji pernikahan kepada Allah.
"Menurutmu apa?" tanya Raisha.
Revan menyimpan nampan di atas meja nakas dan ikut duduk di sisi ranjang.
"Kamu begitu bahagia menikah denganku?" tanya Revan.
"Sudah jelas, kenapa harus di tanyakan lagi," seru Raisha tersipu malu. "Aku masih tidak menyangka sekarang
menyandang status sebagai istri dari Dokter tampan yang begitu di gilai," kekeh Raisha.
"Ck, sejak dua tahun ini Dokter Revan telah terpikat dan terjerat oleh Dokter spesialis anak yang begitu cantik, Dokter Raisha." Revan tersenyum penuh kehangatan seraya merapihkan rambut Raisha yang masih di sanggul indah.
"Aku mencintaimu, Suamiku."
"Aku lebih darimu, dan hanya Allah yang tau seberapa besar cintaku padamu," ucap Revan mengecup kening wanita yang kini telah halal baginya.
"Ayo aku bantu kamu melepaskan hiasan rambutmu," seru Revan yang di angguki Raisha.
"Baiklah," ucap Raisha.
Revan mulai membantu melepaskan satu per satu hiasan rambut di kepala Raisha. Dengan keisengannya ia menyentuh dan menelusuri tulang leher belakang dari Raisha, hingga membuat tubuh Raisha bergetar dan ia memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut untuk pertama kalinya dari sang suami.
Revan juga mencuri—curi menciumi leher Raisha yang terpangpang di hadapannya.
"Aww!" Raisha menjerit kecil saat Revan dengan jahilnya menggigit leher Raisha.
Revan hanya terkekeh melihat kekesalan sang istri. "Ck dasar jahil!" gerutu Raisha mengusap lehernya.
"Habisnya kamu begitu menggiurkan sekarang ini, Sayang. Rasanya aku ingin melahap hAbis kamu," kekeh Revan.
"Ck, memangnya aku ini makanan apa!"
Keduanya terdiam seakan canggung, Raisha melirik sesekali ke arah Revan yang masih menatapnya.
"Emm, a...apa kamu ingin mengambil hak mu malam ini?" tanya Raisha dengan wajah yang bersemu merah karena malu dan menunduk.
Revan tersenyum maklum, sejujurnya ia pun grogi dan sangat gugup. Ini adalah hal pertama bagi mereka.
"Tidak Sayang, aku tidak ingin memetik bunga indah secara langsung," seru Revan.
"Maksudmu?" tanya Raisha tak paham.
"Aku akan mencium dulu harum bunganya, menyentuhnya dan mencicipi manisnya bunga sebelum aku petik bunga itu. Lagipula masih banyak waktu, sekarang kita nikmati perlahan-lahan gaya pacaran halal kita. Curi-curi, sedikit demi sedikit," seru Revan seraya mengecup bibir Raisha membuatnya terkaget.
"Ini-?" seru Raisha menyentuh bibirnya.
"First kiss?" seru Revan yang di angguki Raisha dengan wajahnya yang semakin memerah seperti kepiting rebus.
"Manis sekali rasanya, boleh memintanya lagi?" tanya Revan yang di angguki Raisha dengan malu-malu.
Revan menyentuh kedua pipi Raisha dengan tatapan mata yang terfokus pada bibir merah merona bak buah cherry yang begitu manis dan menggiurkan. Dengan gerakan perlahan, Revan menempelkan bibirnya di bibir Raisha.
Raisha memejamkan matanya saat bibir mereka menempel dan jempol Revan membelai lembut pipinya. Perlahan tapi pasti Revan menggerakan bibirnya mengecupi setiap bagian bibir Raisha yang tertutup rapat. Setelah puas, ia mulai melumatnya dan meminta Raisha membuka bibirnya dan Raisha dengan pasrah menuruti.
Revan melumat habis bibir Raisha seakan tak ingin ada yang terlewatkan sedikitpun dan lidahnya mulai menerobos masuk ke sela bibir Raisha dan mengakses deretan gigi Raisha juga menggoda lidahnya untuk membalasnya.
Raisha menerima perlakuan dari suaminya itu dengan pasrah dan mengikuti apa yang di arahkan. Tanpa sadar ia mencengkram kuat kemeja putih di bagian pundak suaminya dan mengeluarkan desahan kecil.
Saat di rasa cukup, Revan melepaskan ciuman mereka tetapi masih menempelkan kening mereka. Perlahan kelopak mata Raisha terbuka hingga tatapan mereka beradu dan terkunci satu sama lainnya.
Revan tersenyum manis membuat Raisha mau tak mau ikut tersenyum. "Kamu menyukainya?" tanya Revan.
"Emm i..iya," serunya dengan nada pelan membuat Revan tersenyum puas penuh kebanggaan. Ia baru saja mencicipi sesuatu yang sangat indah yang telah lama ia jaga.
"Untuk malam ini hanya ini saja, sekarang berganti pakaianlah dan istirahat. Aku tau kamu pasti sangat kelelahan," ucap Revan menjauhkan wajahnya dari Raisha dan membelai pipinya.
♥
Hari ini Revan dan Raisha meninggalkan Indonesia menuju Kepulauan Maldives, Maladewa yang ada di Eropa. Tempat yang sangat indah dan mempesona, dan selalu di impikan oleh Raisha untuk berkunjung ke tempat indah itu.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, bahkan sempat melakukan transit. Akhirnya mereka berdua sampai di Bandar Udara Internasional Ibrahim Nasir. Revan yang tampak begitu tampan dengan celana pendek selutut berwarna saleem dan kemeja lengan pendek berwarna putih. Raisha juga terlihat cantik dengan dress berwarna Mocca nya dan begitu kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Seorang guide pariwisata menyambut mereka berdua dan mengarahkan mereka menuju kapal speedboat. Raisha dan Revan memang memutuskan untuk berkunjung dan menginap di resort dan pantai yang dekat dengan Bandar Udara untuk menghemat waktu, yaitu Kodhipparu yang ada di pulau North Male Atoll. Andalan di sanapun hampir sama dengan tempat atau pulau lainnya yakni pantai biru, Laguna dan pemandangan yang indah. Hanya saja bedanya lebih strategis. Jika biasanya harus kembali naik pesawat untuk menuju pulau.
Di Kodhipparu hanya menggunakan kapal Speedboat dan memakan waktu 20 menit untuk sampai ke tempat tujuan.
Revan membantu Raisha menaiki Speedboat, guide tadi berjalan masuk mengikuti sopir yang akan mengendarai speedboat itu dan meninggalkan pasangan sejoli itu.
Angin berhembus saat kapal mulai bergerak maju. Mereka berdua berdiri di bagian belakang dengan berpegangan pada besi pembatas. Air biru yang jernih nan indah menjadi pesona yang sangat memukau untuk keduanya.
Revan memeluk Raisha dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu istrinya itu. Rambut Raisha yang terurai berhembus dan melambai-lambai indah.
"Kamu senang?" tany Revan.
"Sangat, aku berasa bermimpi dapat kemari," kekeh Raisha memegang tangan suaminya yang melingkar di perut ratanya. "Terima kasih kejutannya sayang."
"Kalau begitu satu kiss untukku," seru Revan.
"Di pipi?" tanya Raisha.
"Di bibir dong sayang," seru Revan.
"Malu Van, di belakang kita ada orang," seru Raisha merasa gugup dan wajahnya kembali memerah membuat Revan begitu gemas.
"Tidak masalah Sayang, mereka sibuk menatap ke depan bukan kepada kita. Lagipula kita pasangan suami istri, tidak masalah. Ayo cepat beri aku satu ciuman mesra sebagai tanda terima kasih," seru Revan.
"Ck dasar curang, kamu sengaja menjebakku," seru Raisha.
"Menjebak apa?" kekeh Revan menatap wajah Raisha yang semakin memerah.
"Satu kali yah," seru Raisha.
"Iya," jawab Revan.
Perlahan-lahan Raisha menolehkan kepalanya ke arah Revan dan mengecup bibir Revan dengan singkat. Tetapi Revan sudah tau apa yang akan di lakukan Raisha, hingga dengan sengaja ia menekan tengkuk Raisha hingga ciuman mereka tidak terlepas. Dan dengan cepat Revan melumat bibir manis istrinya itu.
Raisha melotot sempurna dan hendak mendorong Revan tetapi Revan malah menarik tubuh Raisha hingga menghadap ke arahnya dan menekan pinggangnya hingga kini tubuh mereka menempel sempurna.
Sudah begini, Raisha tak mampu berbuat apapun lagi selain pasrah dan menikmati apa yang di lakukan sang suami. Revan tersenyum dalam ciumannya saat menyadari istrinya yang kini memilih pasrah dalam kungkungannya.
Mereka menikmati ciuman indah dan untuk pertama kalinya outdoor dengan view lautan biru nan mempesona.