webnovel

Kelinci Malang Yang Sudah Tertangkap

Aleandra terlihat putus asa karena lagi-lagi dia ditolak saat melamar pekerjaan. Dia mencari pekerjaan dari internet semalaman dan akhirnya menemukan sebuah lowongan tapi sayangnya, ternyata dia tidak memenuhi syarat. Semua terjadi akibat kecerobohan yang dia lakukan, tapi apa boleh buat, dia jadi takut dan trauma akibat kejadian yang dia alami. Dia pasti akan takut jika bertemu dengan orang yang mencurigakan tapi walau begitu dia tidak menyesal karena dia tidak sudi menjual tubuhnya demi menjadi si pencuci piring.

Hari ini dia akan bergerak dengan hati-hati untuk mencari pekerjaan, dia harap dia bisa menjadi pencuci piring lagi karena hanya itu satu-satunya pekerjaan yang aman sehingga dia tidak perlu bertemu dengan orang-orang. Tapi jika tidak ada maka mau tidak mau dia harus mencari pekerjaan lain. Bagaimanapun dia harus mendapatkan pekerjaan apalagi hutangnya pada pria yang bernama Max belum dia bayar.

Aleandra melangkah pergi tanpa tahu jika seorang wanita sedang memperhatikan dirinya dan mengikutinya secara diam-diam. Selama ini Aleandra hanya mewaspadai kaum adam saja karena yang selalu mengejarnya memang laki-laki sebab itu dia tidak curiga sama sekali saat wanita itu mengikutinya.

Wanita misterius itu masih mengikutinya, dia bahkan mencari tahu apa yang sedang Aleandra lakukan. Aleandra masuk ke dalam sebuah cafe untuk mencari pekerjaan tapi sayangnya dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Napas berat dihembuskan, dia tahu tidak akan mudah menemukan pekerjaan di kota besar itu.

Mata Aleandra menerawang, di mana lagi dia harus mencari? Ternyata menjalani hidup di kota asing tidaklah mudah, selama ini dia begitu nyaman dengan kehidupannya. Dia jadi merindukan aksi-aksi yang dia lakukan selama menjadi stuntman. Jika dia tidak mendapatkan pekerjaan maka dia akan pergi memanjat tebing untuk menenangkan diri.

Kakinya kembali melangkah menuju sebuah restoran, tentu dia selalu waspada dan melihat sekitarnya. Selama tidak ada pria yang mencurigakan maka dia akan terus berusaha menemukan pekerjaan hari ini. Dia tidak akan putus asa apalagi sudah sejauh ini. Wanita misterius itu mengikutinya, masuk ke dalam restoran dan akhirnya dia tahu jika gadis itu bernama Amy dan sedang mencari pekerjaan.

Wanita misterius itu terlihat menghubungi seseorang karena memang dia ditugaskan untuk mengikuti Aleandra dan mencari tahu tentang gadis itu.

"Gadis itu bernama Amy dan dia sedang mencari pekerjaan," wanita misterius itu memberi laporan.

"Terus ikuti dan dekati, kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?"

"Tentu, Sir," jawab wanita misterius itu.

Wanita misterius itu beranjak, setelah mendapat perintah. Dia kembali mengikuti Aleandra dan mendapati gadis itu sedang duduk di sebuah kursi yang ada di sisi dermaga karena saat itu mereka berada di sisi pantai. Mata Aleandra menatap ke arah laut, dia ingin menenangkan pikirannya sejenak.

Dia duduk cukup lama sampai si wanita misterius yang mengikutinya sedari tadi menghampirinya dan duduk di sisinya. Aleandra melihat wanita itu sejenak dan setelah itu dia kembali melihat ke arah laut. Tidak ada yang memulai berbicara, wanita itu juga belum bertanya karena dia tidak boleh membuat Aleandra curiga dengannya.

Beberapa menit dalam diam, Aleandra menarik napas berat. Sebaiknya dia mencari pekerjaan lagi tapi itu menjadi kesempatan bagus untuk wanita yang mendapat tugas untuk mendekatinya.

"Apa kau sedang dalam masalah, Nona?" tanya wanita.

Aleandra berpaling, melihat wanita itu yang terlihat sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Hm, begitulah," jawab Aleandra.

"Apa yang terjadi?" tanya wanita itu.

Aleandra tersenyum, dia rasa tidak baik berbicara dengan orang asing yang tidak dia kenal tapi wanita itu mengulurkan tangannya setelah melihat keraguan Aleandra.

"Rebeca," wanita itu menyebut namanya.

Aleandra kembali tersenyum, sepertinya bukan orang jahat. Tidak ada salahnya berbicara sejenak, mungkin dengan begitu perasaannya akan sedikit membaik.

"Amy," Aleandra menyambut uluran tangan Rebeca.

"Jadi, apa kau sedang dalam masalah?" wanita yang bernama Rebeca itu bertanya.

"Tidak, aku hanya sedang mencari pekerjaan," jawab Aleandra.

"Pekerjaan?" Rebeca pura-pura dengan aktingnya dan tanpa Aleandra sadari Rabeca menekan earphone yang terpasang di telinga sehingga pembicaraan mereka bisa didengar oleh bosnya.

"Yeah, ternyata mencari pekerjaan di kota besar ini tidaklah mudah," ucap Aleandra.

"Siapa bilang, banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Kenapa kau tidak melamar di sana saja?"

Aleandra hanya tersenyum, perusahaan? Dengan keadaannya seperti ini mana mungkin dia bisa melamar di perusahaan di tambah lagi dia sedang menyembunyikan diri. Jangan sampai dia tertangkap saat dia sedang bekerja.

"Bekerja di kantor bukanlah keahlianku," ucap Aleandra.

"Oh, ya? Apa kau bergelut di bidang tertentu?" tanya Rebeca dan dia berpura-pura ingin tahu.

"Tidak, aku hanya tidak cocok bekerja di kantor. Lagi pula aku tidak suka bertemu dengan banyak orang."

"Kenapa?" Rebeca semakin ingin tahu.

"Ti-Tidak ada apa-apa," Aleandra tampak gugup, jangan sampai Rebeca tahu jika dia adalah buronan yang sedang menyembunyikan diri.

"Baiklah, maaf jika aku banyak bertanya tapi aku rasa aku bisa membantumu," ucap Rebeca.

"Benarkah?" tanya Aleandra. Entah kenapa dia merasa angin segar sedang berhembus.

"Yeah, aku memiliki sebuah tawaran jika kau mau. Aku rasa pekerjaan ini cocok untuk orang yang tidak suka keramaian seperti dirimu."

"Katakan, pekerjaan apa yang kau miliki?" Aleandra terlihat bersemangat karena dia memang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini.

"Bukan pekerjaan yang diminati oleh banyak orang apalagi oleh gadis secantik dirimu," ucap Rebeca.

"Tidak apa-apa, asal aku bisa bekerja tanpa menjual tubuhku akan aku lakukan. Sekalipun aku harus menjadi kuli bangunan pasti akan aku lakukan!"

"Aku suka semangatmu, aku jadi yakin jika pekerjaan ini pantas untukmu," Rebeca tersenyum, inilah tujuannya. Menjebak Aleandra dalam ketidakberdayaannya.

"Jadi?" Aleandra jadi tidak sabar.

"Ini hanya pekerjaan menjadi pelayan," ucap Rebeca.

"Pelayan?"

"Ya, dengarkan. Seorang pria kaya yang aneh membutuhkan seorang pelayan. Dia butuh seorang pelayan yang akan melayani dirinya nanti karena keadaannya yang lumpuh dan tentunya dia akan memberikan gaji yang fantastis."

"Apa pekerjaannya" tanya Aleandra ingin tahu.

"Pekerjaan seorang pelayan, menyiapkan keperluan pria kaya itu. Membuat sarapan dang lainnya. Dia akan memberi gaji yang tinggi jika kau mau," jawab Rebeca.

"Benarkah?" tanya Aleandra.

"Apa kau tertarik?" Rebeca kembali bertanya.

Aleandra tampak berpikir, pekerjaan itu terdengar seperti pengasuh yang akan melayani si tuan lumpuh. Sepertinya tidak ada salahnya dia mengambil pekerjaan ini, lagi pula dia memang sedang butuh dan pekerjaan ini pun tidak mengharuskan dirinya bertemu dengan banyak orang. Dengan begitu dia bisa menghindari orang-orang yang mengejarnya.

"Baiklah, aku mau karena aku memang butuh pekerjaan," ucap Aleandra.

"Bagus, ini kartu namaku," Rebeca memberikan kartu namanya dan kembali berkata, "Besok hubungi aku, aku akan membawamu ke tempat di mana kau akan bekerja."

"Terima kasih, Rebeca," Aleandra tersenyum seraya mengambil kartu nama yang Rebeca berikan. Sungguh beruntung dirinya, tanpa dia duga dia mendapatkan pekerjaan dari seorang wanita baik yang tiba-tiba berbicara dengannya.

"Aku tunggu, Amy," Rebeca tersenyum, tugasnya selesai.

"Terima kasih, tapi aku sudah harus pergi," Aleandra kembali melihat sana sini.

"Aku tunggu kabar darimu besok," ucap Rebeca lagi.

Aleandra mengangguk, dia segera pamit pergi. Dia tidak boleh terlalu lama di luar karena itu sangat berbahaya untuknya. Setelah Aleandra melangkah menjauh, Rebeca berbicara dengan bosnya yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka.

"Sir, kelinci malang yang kau inginkan sudah tertangkap," ucapnya.

Seorang pria menyeringai, akhirnya. Gadis itu tidak akan lepas tapi dari mana dia harus memulai? Apa dia harus memotong satu jarinya? Atau memotong anggota tubuh yang lainnya? Hng, rasanya sudah tidak sabar.

次の章へ