Selain merusak hadiah milik Kaori, terkadang Shiina selalu berusaha membuat Kaori tak fokus belajar. Sering kali dia masuk ke dalam kamar Kaori dan mengajaknya bermain, namun Kaori menolak dengan mentah-mentah. Tetapi Shiina memaksanya, bahkan mencoret buku catatan milik Kaori. Tentu hal tersebut membuat Kaori meradang dan hendak melaporkan kepada Keiko atas apa yang Shiina lakukan. Hanya saja, dengan wajah memelas, Shiina memohon kepada Kaori untuk tak mengadukan apa yang telah dilakukannya karena ia tak mau sang ibu marah. Tak tega, akhirnya Kaori membatalkan niatnya untuk mengadu. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat ingin mengatakan hal apa saja yang ia lihat dari sisi buruk Shiina, namun wajah memelas Shiina mampu meluluhkan hatinya yang lembut itu. Pada akhirnya, ia selalu menyembunyikan kelakuan jahat Shiina terhadap apapun yang Kaori lakukan. Bahkan hal tersebut berlanjut hingga mereka beranjak remaja.
Kini usia Kaori telah menginjak 10 tahun, sedangkan Shiina sudah 11 tahun. Mereka memang hanya berbeda satu tahun saja. Shiina sudah lebih dulu mencicipi bagaimana sistem pendidikan yang ada di sekolahnya, namun justru nilai yang ia dapatkan lebih rendah dari nilai Kaori. Kaori selalu mendapatkan nilai tertinggi, selain itu ia juga sangat pandai dalam bermain alat musik piano.
Sejak usia 7 tahun, seorang guru wanita di sekolahnya mengajarkan banyak hal kepada Kaori yang sangat ingin belajar menggunakan alat musik tersebut. Perlahan-lahan, ia mulai belajar dengan guru itu. Hingga pada akhirnya, guru wanita menyadari potensi yang Kaori miliki untuk menjadi seorang pianis. Ia memberitahukan hal tersebut kepada Jirou dan Keiko. Mereka berdua terkejut dan tak menyangka jika Kaori dapat bermain alat musik yang terbilang tak mudah bagi anak seusianya saat itu. Jirou dan Keiko pun memutuskan untuk membiarkan Kaori mengikuti les piano setiap pulang sekolah. Tentu Kaori sangat senang saat dirinya diizinkan untuk mengikuti les. Sedangkan Shiina yang mengetahui hal itu dibuat sangat kesal. Ia sangat iri dengan apa yang telah Kaori lakukan. Namun ketika Keiko mengajaknya untuk ikut les piano, ia malah menolak dan enggan sekali melakukan kegiatan lain selain bermain di rumah seorang diri.
Ketika Kaori pulang dari les piano, ia selalu pergi ke kamar untuk belajar. Namun Shiina selalu saja mengganggunya. Shiina selalu mengajak Kaori bermain dan juga memintanya untuk tak sering-sering belajar. Kaori menolak, ia lebih memilih untuk belajar daripada membuang waktu dengan bermain bersama Shiina. Hal tersebut membuat Shiina memarahinya. Anak itu mengomeli Kaori dengan nada tinggi hingga terdengar oleh Keiko yang tengah mengasuh Misaki di ruang tengah. Ia datang ke kamar Kaori dan di sana ada Shiina yang tengah memarahi anak angkatnya.
"Kalian kenapa bertengkar?" tanya Keiko panik. Sungguh ia tak mau melihat anak-anaknya bertengkar seperti itu.
"Kaori selalu saja menyebalkan. Dia tidak pernah mau bermain denganku lagi," adu Shiina sembari menatap Keiko.
"Dia mengajakku bermain disaat aku tengah belajar," timpal Kaori tak mau kalah.
Shiina membalas dengan raut wajah kesal, "Aku mengajakmu karena aku bosan bermain sendirian!"
"Sudah, sudah! Kalian tak perlu bertengkar seperti itu," lerai Keiko.
Tak lama ia menatap Shiina yang sedari tadi berdiri di dekatnya, lalu berkata, "Shii-chan, tak pantas rasanya kau mengajak Kaori-chan bermain di saat ia tengah belajar. Kaori-chan belajar untuk kebaikannya di masa depan nanti. Bagaimana jika kau melakukan hal yang sama seperti apa yang Kaori-chan lakukan sekarang? Aku rasa tidak sulit untuk ikut belajar bersamanya."
Keiko berusaha melerai dengan memberikan sebuah saran kepada sang anak yang selalu mengganggu Kaori. Namun ternyata Shiina menolaknya, ia berkata kepada ibunya jika dirinya tidak mau belajar karena ia tidak sepintar Kaori. Dia mengakui jika ia tidak mau terlihat sok pintar dan sok rajin seperti apa yang Kaori lakukan hanya untuk mendapatkan pujian dari orang tuanya.
Mendengar hal itu, Kaori membantah, "Kau jangan berbicara sembarangan! Aku belajar untuk diriku sendiri di masa depan nanti. Aku memiliki cita-cita besar agar bisa bersekolah di Tokyo, tidak seperti kau yang selalu saja bermalas-malasan!"
Perkataan Kaori yang cukup kejam membuat Shiina dan Keiko terkejut, mereka berdua tak menyangka jika Kaori akan berkata seperti itu. Perlahan Keiko melangkahkan kakinya mendekati Kaori, lalu ia bertanya, "Apakah kau akan pergi ke Tokyo?"
Tanpa ragu, Kaori menganggukkan kepalanya. Kemudian ia menjelaskan jika dirinya telah memikirkan hal ini sejak lama. Ia hanya ingin pergi ke Tokyo untuk mencari ayahnya yang bekerja di sana walaupun sampai saat ini ia tidak tahu dimana tempat tinggal sang ayah. Ia sudah memiliki tabungan dengan jumlah yang tak terlalu banyak. Ditambah ia menemukan uang yang cukup banyak di kamar mendiang Ayaka. Ia yakin sekali jika uang itu adalah tabungan milik ibunya yang selama ini di simpan. Selain itu, sering kali Jirou memberikan uang jajan untuk Kaori ketika hendak pergi bersekolah, uang yang didapatkan dari Jirou selalu Kaori tabungkan karena ia sudah merencanakan akan pergi ke Tokyo setelah lulus sekolah dasar nanti.
Penjelasan yang Kaori berikan tentu saja membuat Keiko termenung. Ia tidak rela jika harus membiarkan Kaori pergi tanpa didampingi siapapun. Namun ia juga tidak bisa pergi ke Tokyo karena pekerjaan suaminya. Ia terdiam beberapa menit sembari memikirkan hal tersebut. Sementara Kaori membalikkan badan untuk kembali belajar.
"Pergi saja kau dari sini!" Tiba-tiba Shiina berkata seperti itu lalu ia pergi begitu saja. Keiko yang terkejut mendengarnya segera mengejar sang anak untuk membicarakan apa yang baru saja diucapkannya.
Kaori mendengar apa yang Shiina katakan, namun ia berusaha untuk tetap fokus belajar dan tak terlalu memikirkan hal tersebut. Sementara Shiina sudah berhasil masuk ke dalam kamar dan Keiko sudah berdiri di depan kamar anaknya itu. Perlahan ia membuka pintu kamar Shiina lalu mendekati anaknya yang kini bersembunyi di balik selimut.
"Shii-chan!" panggil Keiko pelan kepada Shiina. Shii-chan merupakan panggilan sayang yang Jirou dan Keiko berikan kepada Shiina sedari ia lahir.
"Tidak seharusnya kau berkata seperti itu kepada Kaori-chan," ucap Keiko. Ia masih berusaha sabar menghadapi sikap Shiina yang berubah ini. Ia tak menyangka anaknya bisa sekasar itu terhadap temannya sendiri. Padahal selama ini ia terus berusaha bersikap adil terhadap tiga orang anak yang ia asuh, namun kini dapat ia lihat jelas jika ada kecemburuan di anak kandungnya.
Tiba-tiba Shiina keluar dari balik selimut lalu membalas ucapan Keiko, "Ini rumahku, aku berhak mengusirnya. Lagi pula dia sendiri yang ingin pergi dari sini."
Sembari duduk di samping Shiina, Keiko berkata, "Tidak baik mengusirnya seperti itu. Sekarang rumah ini tak hanya milikmu, Kaori juga berhak memilikinya."
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.