webnovel

MALAM KEMENANGAN

Casanova berjalan riang sambil menyaku kedua tangan. Kakinya berayun-ayun seperti melayang di udara.

Pemuda itu sumringah, seperti baru saja memenangkan hadiah. Hingga tak terasa mulutnya bersenandung kecil dan bersiul-siul menyanyikan lagu-lagu yang kerap diputar di radio.

"Hahahaa... senang sekali rasanya. Sekarang, aku jadi tahu jika Mister Adam punya wanita simpanan. Informasi ini pasti akan berguna untukku di kemudian hari. Dan aku akan mencatatnya baik-baik di dalam kepala. Ini akan menjadi 'Kartu As' untukku apabila nanti sampai bermasalah dengan konglongmerat kaya-raya itu," ucapnya sambil terus berjalan, bersiul-siul, bersenandung riang.

Sebentar kemudian Casanova merogoh sakunya. Mendapati saku celana yang tadinya tipis hanya berisi kepingan uang receh, kini menjadi sangat tebal.

Ia mengeluarkan semua isinya. Segepok uang dollar yang diikat menggunakan karet gelang.

Wala! Casanova membelalak matanya. Berwarna hijau terang!

"Dollar! Dollar! Ahahaha... Malam ini tak hanya berhasil menaklukan hati Honey, tapi aku juga sukses mencuri semua uangnya! Huhuhu, malang benar nasibmu, Honey. Tapi tak masalah. Toh, setidaknya kini ia sudah mendapatkan pelajaran berharga mengenai cara menaklukan laki-laki. Ah, aku tidak sabar ingin melihat Honey mempraktikkannya kepada Mister Adam." Ujar Casanova seraya tertawa melanjutkan langkah kakinya yang begitu riang.

Padahal, ilmu yang barusan diberikan kepada Honey mengenai 3 titik paling sensitif yang ampuh merangsang seorang laki-laki didapatnya dari buku.

Tepatnya buku terjemahan dari India, dengan judul Kamasutra!

Benar! Casanova memang gemar membaca.

Ia rutin mengunjungi perpustakaan yang berada di sebelah taman kota untuk melahap berjilid-jilid buku. Sehingga meski tak pernah mengenyam pendidikan formal, tapi pemuda itu boleh dibilang sangat cerdas, serta tahu akan banyak hal.

Hingga sampai langkah kaki berayun di sebuah persimpangan, Casanova berhenti sejenak.

Ia mendapati gerobak penjual roti yang sepi. Di kaca gerobaknya tertulis merek "Torta Choco Bumm", atau artinya kurang-lebih "Roti Coklat yang Meledak".

Penjualnya adalah seorang kakek tua, yang sedari tadi hanya duduk melamun saja di samping gerobaknya. Kasihan sekali, batin Casanova. Lalu ia iseng mendekati gerobak kakek tua tersebut.

"Kek, kenapa daganganmu sepi sekali?" tanya Casanova seraya mengamati roti-roti yang masih tertumpuk rapi di dalam gerobak kaca itu. Jika ditilik dari tumpukannya, sepertinya belum ada satu roti pun yang terjual hari ini.

Si kakek tua menggeleng lesu. Ia lalu melihat Casanova dan menunjuk ke arah depan sana.

"Oh, Anak Muda, mungkin karena lapakku tidak semenarik kedai roti di seberang jalan sana," ucap si kakek tua. "Padahal dulu, semua orang membeli roti di lapakku. Pelangganku banyak. Mereka memuji rasa rotiku yang sanga lezat. Tapi, setelah kedai roti itu dibuka, semua pelangganku lari ke sana. Di sini jadi sepi, sedangkan di sana pengunjungnya selalu ramai. Oh, Anak Muda, aku sudah menyerah dengan keadaan ini," terangnya frustasi.

Casanova mengangguk paham. Ia mulai mengarahkan pandangannya ke seberang jalan sana, mengamati kedai roti yang sangat ramai oleh pembeli, seraya berusaha memahami situasi yang terjadi.

Yup! Kedai roti di seberang jalan sana memang cukup besar. Didekor dengan lampu warna-warni yang menyala terang, sehingga bangunnya tampak menarik dari luar. Tak hanya menyajikan roti saja, namun di sana juga tersedia berbagai menu minuman hangat.

Capucinno. Kopi Expresso. Coklat Panas. Dan menu lainnya lain yang sengaja ditulis pada papan tulis besar, dipajang di sebelah pintu masuk.

Seorang perempuan cantik mengenakan pakaian pramusaji berdiri di depan kedai itu. Dan ia akan menunduk tiap kali ada orang yang melintas di depannya, seraya bersemangat menawarkan menu-menu terbaik serta menyuruh orang-orang untuk masuk ke dalam kedai.

Sekarang Casanova paham situasinya. Lalu lekas ia bertanya kepada si kakek tua.

"Hei, Kek, lalu bagaimana jika soal rasanya? Apakah rotimu mempunyai rasa lebih baik ketimbang roti buatan kedai di seberang jalan sana?" tanya Casanova mulai mengumpulkan informasi.

Kakek tua mengangguk mantap!

"Ah, kalau soal rasa jangan ditanya! Aku bisa menjamin bahwa rotiku jelas lebih lezat daripada roti buatan di kedai sana. Sebab aku mewarisi resep turun-temurun dari keluarga. Cobalah ini, Anak Muda, cobalah jika kau tak percaya. Kau pasti akan menyukai 'Torta Choco Bumm' buatanku!" Si kakek tua bersemangat sekali menyodorkan rotinya.

Sebuah roti yang masih mengepul panas.

Rupanya, di bawah gerobak ada tungku api yang selalu menyala. Membuat roti-roti yang tertumpuk rapi di dalam geronak kaca tetap terjaga kehangatannya.

"Torta Choco Bumm?" Casanova heran dengan nama aneh itu. Belum pernah ia mendapati roti Italia dengan julukan seperti ini.

Tapi apa boleh buat, ia menerima saja roti panas tersebut dan segera menggigitnya.

Bumm!!

Seruapa namanya, rasanya benar-benar meledak di lidah!

Perpaduan antara adonan roti yang terasa manis, asin, gurih, dan entah apa lagi, namun yang jelas teksturnya sangat renyah di kulitnya, namun terasa kenyal di daging dalamnya!

Itu berhasil membuat Casanova tercengang untuk beberapa saat. Apa lagi setelah digigit lebih dalam. Dan Bumm!!

Crot!!

Secara mengejutkan dari dalam roti itu muncul cairan coklat yang kental dan rasanya manis meledak! Benar-benar terasa manis-enak dan lumer di mulut.

Luar biasa! Ini adalah sebuah mahakarya! Casanova sampai tak bisa berhenti mengunyahnya. Bahkan, kepala pemuda itu secara tidak sadar mengangguk-angguk sendiri, demi menikmati setiap gigitan roti buatan kakek yang begitu lezat itu.

"Bagaimana rasanya, Anak Muda? Bukankah rotiku sangat lezat?"

"Luar biasa!" jawab Casanova seraya melahap gigitan terakhirnya. "Seumur hidup, aku belum pernah mendapati roti yang selezat ini."

"Hahahaa, sudah kubilang, kan? Ini adalah resep turun-temurun dari keluargaku yang selalu kami jaga." Si kakek akhirnya tertawa lega. "Kombinasi rasa gurih dan renyah pada kulitnya, lalu dengan tekstur kenyal pada daging roti bagian dalamnya, ditambah lagi dengan coklat manis yang kental ketika digigit, akan menjadikan roti ini sangat sempurna. Yah... tapi begitulah, Anak Muda. Bagaimanapun lapakku ini hanyalah gerobak roti kecil dan biasa. Mana mungkin bisa bersaing dengan kedai roti mewah di seberang jalan sana?"

Casanova mengibaskan tangan. "Tenang saja, Kek, semuanya bisa diatur. Kau punya produk yang hebat, tapi sayang kau hanya belum bisa menjualnya," ucap Casanova dengan santai.

"L-lalu, apa yang harus kulakukan, Anak Muda?"

Bruk!

Casanova membanting segepok uang dollarnya.

Dan sembari mengecup jari telunjuk yang masih tertinggal lumeran selai coklat, ia pun berkata, "Pakailah uangku ini untuk membuat kedai roti yang besar! Kau harus bisa menyaingi kedai roti mewah yang berada di pinggir jalan itu. Namun, pastikan 2 hal yang harus kau lakukan, Kek!

"Pertama, kau harus menjaga resepmu. Jangan diubah sedikitpun sebab roti buatanmu sudah sangat sempurna.

"Dan kedua, jangan hanya menjual roti saja! Kau harus bisa memberikan fasilitas yang terbaik kepada pelangganmu. Orang akan datang ke kedaimu bukan hanya untuk menggitgit sepotong roti. Tapi lebih dari itu! Mereka juga ingin menikmati sajian gadis-gadis seksi yang punya bokong besar dan seksi. Maka dari itu, pastikan kau mencari karyawan perempuan, dan pakaiakan mereka dengan baju-baju setengah terbuka. Aku berani bertaruh demi kepalaku ini, Kek! Jika kau lakukan semua saranku, kau akan memenangkan persaingan bisnis ini. Dan bahkan nanti, kau akan membuat kedai roti sainganmu di pinggir jalan itu gulung tikar!"

Casanova mengakhiri kalimatnya, kemudian pergi meninggalkan si kakek tua yang masih tercengang tak percaya.

Bagaimana mungkin seorang malaikat datang ke lapak rotinya? Lalu memberikan uang yang sangat banyak, serta memberikan nasihat-nasihat hebat mengenai cara mengembangkan bisnisnya?

"Oh, apakah aku sedang bermimpi?" Si kakek tua menampar pipinya sendiri. Namun ia masih mendapati segepok uang dollar itu yang tergeletak di sebelah tumpukkan rotinya. Sehingga ini bukan mimpi, tapi benar-benar kenyataan!

Setelah menyadari bahwa semua ini adalah nyata, si kakek tua segera berteriak!

"Hei, Anak Muda, siapa namamu?" pekiknya lantang.

Casanova menghentikan langkah, kemudian berbalik arah.

"Kau tidak perlu tahu siapa namaku! Yang jelas, tidak lama lagi aku akan menjadi orang paling kaya di Kota Venesia!" Pemuda itu melambaikan tangan, lalu berbalik arah dan kembali melanjutkan langkah.

Si kakek tua tersungkur ke tanah. Ia bersujud seraya menangis haru.

"Terima kasih, Tuhan, terima kasih Kau telah mengirimkan salah satu malaikat-Mu!" ucapnya tersedu-sedu, menitikkan air mata.

Padahal itu tidak seindah ceritanya!

Si kakek tua hanya belum tahu, yang barusan datang ke tempatnya bukanlah sosok malaikat berhati mulia. Namun sebaliknya! Pemuda itu adalah Iblis yang berhati licik! Tak peduli meski menggunakan topeng yang tampan.

"Apakah aku rugi sudah memberikan semua uangku kepada kakek bodoh itu?" ucap Casanova seraya tertawa, kemudian menjawab sendiri pertanyaannya.

"Wala! Tentu tidak demikian! Karena aku hanya sedang mencuci uang curianku. Yang pasti, sangatlah berbahaya jika sampai kupegang sendiri uang sebanyak itu. Jadi, kutitipkan saja semuanya kepada kakek bodoh itu!"

Ia pun tertawa puas, kemudian lanjut lagi berkata.

"Lalu nanti, setelah si kakek bodoh itu sudah berhasil membesarkan kedai rotinya, akan kuambil alih hak paten kepemilikannya. Ahahahaa... jadi, ini hanya soal pencucian uang, dan juga sebuah investasi menjanjikan di masa depan! Ahahaa... Ahahahaa...."

Dengan penuh percaya diri Casanova berjalan riang menuju jalan pulang.

Malam ini adalah malam kemenangan yang benar-benar besar!

次の章へ