Lautan manusia memenuhi area stadion, gema musik terdengar menghentak, kilauan lampu dan kembang api semarak pada malam itu. Jian dengan asiknya mengoyangkan tubuh dan mengeluarkan suara kencang dari teriakan-teriakannya. Jian sangat puas pada malam itu pikirnya tidak sia-sia ia membeli tiket mahal karena ia sangat menikmati konser idolanya itu.
" Seru banget yah? " Tanya Papa Joni menghampiri Jian yang baru keluar dari pintu Stadion. Papa Joni menjemput Jian malam itu.
" Biasa aja." Jawab Singkat dan muka datar Jian pada papanya. Jian menjawab hal yang sebaliknya untuk menggoda papanya. Jian anak semata wayang Papa Joni mereka sangat dekat namun kadang seperti kucing dan anjing, mereka selalu dianggap orang lain sebagai sepasang kekasih karena papa Joni yang seperti Sugar Dady. Papa Joni merupakan duda yang sangat keren, Ibu Jian meninggal ketika Jian berusia 10 tahun, sampai sekarang papa Joni belum juga menikah lagi, padahal Jian selalu mendukung papah nya untuk memiliki pendamping hidup yang baru.
" Gak ada yang ketinggalan?" Tanya papa Joni lembut.
" Gak ada deh." Jawab Jian menggelengkan kepala namun tangan memeriksa saku baju dan tas nya.
" Kenapa? " Tanya l
heran papa Joni yang melihat anak nya mencari sesuatu.
" Hape aku gak ada pap." Jawab Jian panik.
" Kan, kan.. kebiasaan.Coba papa telepon." Papa Joni bergegas menelepon hape milik Jian berharap ada yang mengangkat dan mengembalikannya. Beberapa kali papa Joni menghubungi namun gagal.
" Sudahlah, pasti ada yang mengambil hape kamu. Kalo pun jatuh susah juga kalo nyari dikerumunan orang seperti ini. Nanti papap beliin lagi yah! " Ucap papa Joni yang menguatkan anak gadisnya yang sedang terdiam memelas. Jian hanya terdiam tak bersemangat pikirnya " Mengapa aku se ceroboh ini."
" Maaf pak " Sapa seorang wanita pada papa joni.
" Ia " Jawab papa Joni.
" Apakah hape ini milik mba ini?" Tanyanya memperlihatkan telepon genggam milik Jian. Papa joni memeriksa dan Jian segera menghampiri wanita itu dan langsung memeriksa hape miliknya.
" Ia mba,ini hape ku." Ucap riang Jian.
" Dari mana mba menemukannya?" Tanya papa Joni.
" Saya menemukannya di toilet. Ketika saya mau memeriksa hapenya mati, mau saya cas dahulu tapi konektor nya tidak pas, untung saya lihat poto dibelakang hape mbanya jadi saya dari tadi berusaha mencari pemilik hape ini." Jelasnya dengan lembut dan sopan.
" Oalah, Makasih banget mba." Jian sangat senang hape miliknya bisa kembali.
" Makasih ya mba udah cape-cape nemuin pemilik hape yang ceroboh ini." Ucap Papa Joni. Jian cemberut melihat tingkah papahnya sementara wanita itu tersenyum manis melihat interaksi Jian dan papanya.
" Mba siapa namanya.? " Tanya Jian.
" Saya Rania mba." Mengelurkan tangan dengan sopan.
" Saya Jian mba,salam kenal ini papa aku papa Joni." Kenal Jian pada Rania.
" Saya orang sunda mba. Teteh aja." Balasnya dengan logat Sunda.
" Alah, kita juga orang sunda." Balas Jian.
" ia kah? Alhamdulillah akhirnya ada yang sama juga sama saya. Saya orang bandung yang baru datang ke jakarta ini." Jelas Rania.
"Bentar tapi kayanya kalian seumuran deh?" Tanya papa Joni.
Dan benar saja Rania dan Jian memang seumuran. Meski baru pertama bertemu Jian dan Rania menjadi akrab. Bahkan Jian dan Papa Joni mengantar Rania pulang karena malam itu Rania pulang sendirian Rania adalah anak Rantau yang sedang menonton konser dan rencananya memang akan menetap dijakarta dan mencoba peruntungan nasibnya di ibu kota. Rania juga merupakan penggemar grup idola korea sama halnya dengan Jian. Dari kesamaan itu Jian dan Rania semakin nyambung mereka bahkan saling bertukar nomor telpon.
Jian seperti mendapatkan sosok teman baru yang menyenangkan.
# Satu bulan kemudian.
Jian dan Rania seperti tidak terpisahkan mereka juga baru mengetahui bahwa mereka teman satu sekolah saat SMP, karena siswa yang begitu banyak Rania dan Jian tidak mengenal satu sama lain.
" Pap, tau gak aku sama Rania tuh satu sekolah waktu SMP!" Jian menceritakan pada papa Joni yang sedang sibuk dengan laptopnya.
" Ia kah!" Jawab Singkat papa Joni.
" Ia,tapi sepertinya kita jarang bertemu karna aku kelas akhir dia kelas awal,beda gedung gitu pap dari ujung ke ujung." Jelas Jian.
" Dia kelas awal berati pinter." Ucap papa Joni mengagetkan Jian.
" Ya enggak lah pap, pembagian kelasnya bukan gitu." Sanggah Jian yang tak terima di klasifikasikan oleh papahnya.
" Ia,ia papap tau anak papap paling pintar. hanya saja tidak terkenal waktu SMP." Tambahnya lagi.
" Serah deh, males lah ngobrol sama papap." Jian mengerutkan dan memoyongkan bibirnya dengan kesal. Papah Joni hanya tertawa melihat tingkah anak gadisnya. Padahal Jian sudah berumur 23 tahun tapi papa Joni seperti memperlakukan Jian umur 3 tahun.
" Hihihi suka deh liat anak papap cemberut gitu." Ucap Papa Joni.
" Pap aku tuh dah gede loh, iseng banget sih pap." Jian yang masih kesal.
" Buat papap kamu tuh kek bayi umur 3 tahun." Tambah nya lagi.
" Bayi mah 0- 6 bulan. Aku tuh 23 tahun loh pap." Jelas Jian lagi.
" Mau kamu 23,mau kamu 30,40 atau 60 taun kamu kan anak papap." Jelas papa Joni tak mau kalah.
" Ia lah terserah dah. " Kesal jian pada papa joni dan melipatkan kedua tangannya.
" Kamu kok sering banget jalan sama Rania,Pacar kamu gimana?" Tanya papa Joni dengan lembut
" Au ah males jawab pertanyaan papap." Balas Jian.
" Hahahaha katanya udah 23 tahun tapi ngambekan kaya umur 5 tahun, kan apa kata papap kamu kaya bayi." Ledek papap joni yang memencet hidung Jian dengan gemas. Jian pun tak bisa menahan tawanya saking kesalnya Jian memukul- mukul Papahnya tersebut dengan manja. Kebersamaan mereka amat sangat dekat,buat Jian papah nya adalah ayah sekaligus ibu buatnya. Meski Jian berkecukupan namun Jian bukan anak yang manja, bahkan Jian memiliki kepribadian mandiri dan tidak menye-menye, meski sediit keras kepala Jian selalu penuh perhatian pada siapapun dan mudah bergaul dengan siapapun. Jian sedikit tomboy bukan karena dia tidak memiliki ibu yag mengajarinya untuk feminim,dari masih ada ibu nyapun Jian memang sudah memiliki karakter sedikit maskulin.
Jian selalu menyembunyikan perasaan nya ketika dia melihat teman-temannya memiliki ibu. Ada perasaan yang Jian tidak pernah ungkapkan pada ayahnya Jian berusaha menghormati keinginan ayahnya untuk tidak memiliki ibu sambung untuknya. Semenjak kepergian Ibu Jian papa Joni tidak pernah mengenalkan perempuan pada Jian meski sering dijodohkan papa Joni tetap bertahan dengan kesendiriannya, dia hanya fokus pada Jian dan dan perusahaannya. Papa Joni memang bukan orang sembarangan diusia yang masih sangat muda ia mampu membangun perusahaan sendiri dan menjadi pengusaha yang sangat sukses. Namun papa Joni juga tidak pernah memaksakan kehendak putrinya yang memilih untuk kuliah jurusan sastra dan memilih profesi lainya. Jian sama sekali tak berniat untuk menjadi penerus papahnya diperusahaan. Buat papa Joni apayang buat Jian bahagia adalah kebahagiaannya. Sebentarlagi Jian akan lulus kuliah S1 nya ia berniat untuk melanjutkan nya ke s2. Namun kali ini papa Joni sedikit kurang setuju karena Jian ingin melanjutkan kuliah s2 nya diluar Negeri. Papa Joni tidak bisa jauh dari Jian, papa Joni sangat posesif pada anaknya itu papa Joni bahkan akan mengabulkan semua permintaan Jian tapi dengan syarat tidak meninggalkannya.