Beberapa saat setelah melihat ibu membawa tampah kecil beserta ayam hitam yang masih hidup, aku masih ragu untuk mengatakannya kepada mas Ubay. Aku berusaha menepis rasa curiga dan meneruskan permainan yang kami lakukan. Tapi, apa yang kulihat tadi selalu mengganggu pikiranku.
“Udah turun semua Yah, ayo kita ambil tanahnya lagi di sana. Aku menang ‘kan, Yah?”
Arsya sangat bersemangat kala bermain mobil-mobilan dan tanah bersama kami.
“Ayo, tapi Arsya sendiri yang masukin tanah ke mobilnya ya? Bunda mau ngomong penting dulu sama ayah.”
Aku menyela pertanyaan Arsya yang ditujukan kepada ayahnya.
“Masa dari tadi ngomongnya nggak kelar-kelar sih, Nda? Arsya ‘kan jadi main sendiri,” protesnya dengan bibir cemberut.
“Sebentar saja kok, nanti kita main lagi. Bunda janji. Arsya ‘kan anak pintar ….”
“Iya deh ….”
Arsya pergi ke halaman depan untuk mengambil tanah lagi.
“Ada apa sih, Nda? Kita nggak ke teras? Mau ngomong di sini saja?” tanya mas Ubay.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください