webnovel

Beginilah Rasanya?

Untuk pertama kalinya Tiara tau rasanya patah hati. Tapi, ia merasa beruntung karena masih diberikan kewarasan, sebab di luar sana banyak hati yang patah dan memilih bunuh diri. Tiara juga baru mengerti kalau mereka yang patah hati sampai melakukan hal-hal di luar kewajaran itu semua bukan karena lebay atau sekedar mendramatisir keadaan tapi begitulah yang namanya patah, terlebih ketika hati terlalu berharap.

Tiara kamu harus kuat karena tidak hanya kamu yang pernah merasakan patah hati tapi masih banyak di luar sana yang mungkin diperlakukan lebih kejam daripada kamu.

Untuk bisa tidur malam itu, Tiara terus menyemangati dirinya sendiri hingga hatinya lapang dan mampu terpejam meski itu di tengah malam.

Sehari setelah malam itu, Rina memposting kemesraannya bersama Ferdinan di akun sosial medianya sembari menandai Ferdinan. Melihatnya membuat hati Tiara semakin terpukul.

Kalian berdua tega! Belum juga lewat seminggu kalian sudah mengumbar kemesraan kalian tanpa memperdulikan perasaanku. Kamu jahat Ferdinan!

Tiara menggerutu dalam hatinya sambil stalking akun sosial media Rina dan Ferdinan. Seketika itu air matanya tumpah lebih deras lagi dari kemarin karena ternyata dia memang belum bisa menerima kenyataan itu.

Ahhhh … Sakit! Tapi aku harus kuat dan tidak boleh terlihat lemah. Pokoknya aku harus semangat! Kamu pasti bisa Tiara!

Di tengah rasa sakit yang dia rasakan, Tiara tidak pernah lelah menasihati dirinya agar mampu berdiri tegak dan mengikhlaskannya.

Satu minggu berlalu.

Tiara melewatinya seperti mayat hidup, dia tidak banyak bicara meskipun sesekali terlihat bercanda bersama dua teman baiknya sesama guru, tapi tetap saja itu tidak mampu membuatnya melupakan rasa sakitnya yang berusaha sekuat tenaga dia tahan.

Dua teman baiknya itu pun mulai menyadari ada yang salah dengannya, akan tetapi mereka tidak enak bertanya sebelum Tiara sendiri yang menceritakannya. Sehingga mereka berdua hanya bisa membantu Tiara untuk tetap bisa tersenyum. Teman baiknya itu adalah Juni dan Diana yang sudah lama mengajar bersamanya.

"Bu Tiara, apakah anda mau pulang?" Tanya Juni yang usianya lebih muda dari Tiara. Juni sendiri mengajar sambil kuliah namun statusnya adalah Tata Usaha karena dia belum memiliki ijazah S1.

"Iya" jawab Tiara sambil tersenyum pahit.

"Yahh … Belakangan ini, Bu Tiara selalu pulang cepat, padahal biasanya ngobrol dulu sama kita." Ucap Juni dengan cemberut.

"Iya ya. Kalau begitu aku minta maaf ya! Ini semua karena di rumah aku sangat sibuk membantu Ibu dan Kak Alan berbenah. Namun aku janji, setelah semua beres aku pasti akan kembali seperti dulu"

"Asyik … Ya udah, Bu Tiara hati-hati di jalan ya!"

"Iya, sampai ketemu besok! Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Setelah bicara dengan Juni, Tiara langsung menyalakan motornya dan pergi meninggalkan area sekolah.

Sepanjang perjalanan, Tiara tiba-tiba teringat salah seorang sahabat terdekatnya yang mengajar di SMA. Kebetulan tidak jauh dari tempat mengajarnya. Selain itu dia juga ikut membantu sahabatnya membina salah satu ekstrakurikuler di SMA itu sendiri. Namun selama seminggu ini dia tidak bertemu dikarenakan kesibukan membantu pernikahan kakaknya dan mengurus sakit hatinya.

Tiara pun mengurungkan niatnya untuk pulang. Namun ketika dia ingin berbelok menuju lokasi SMA itu, tiba-tiba dia menabrak motor yang datang dari arah yang berlawanan, untungnya jalanan itu sepi dan kedua motor tidak melaju dengan kencang.

"Aaa … " Tiara ngerem mendadak sehingga dia dan motornya oleng, lalu jatuh ke jalan penuh kerikil. Kebetulan jalan menuju SMA itu, tidak beraspal dan harus melewati persawahan. Orang yang dengannya tabrakan pun jatuh.

Tiara hampir mau menangis melihat darah di tangannya. Dia ingin segera bangun seperti orang itu yang sudah berhasil bangun dan berdiri di dekat motornya.

"Apa anda baik-baik saja?" Suara berat seorang lelaki membuat Tiara tertegun.

Tiara hanya mendengar suara orang itu tanpa mendongak melihatnya, karena dia sibuk mengangkat motornya yang menjepit roknya.

Tanpa basa-basi dan tidak perduli dengan Tiara yang mengabaikannya, orang itu pun langsung berinisiatif untuk membantu Tiara mengangkat motornya agar dia bisa berdiri.

"Maaf dan terima kasih!" Ucap Tiara setelah berhasil berdiri sambil menundukkan kepalanya.

Tiara merasa heran karena lawan bicaranya tidak mengatakan apapun, Tiara pun mendongak dan langsung terkejut karena tidak menemukan orang itu. Ia pun berbalik dan melihat orang itu nyatanya sudah pergi. Selintas ia lihat kalau orang yang ia tabrak adalah lelaki muda menggunakan baju putih.

"Ya ampun … Dia pergi begitu saja tanpa pamit? Memang ya anak muda zaman sekarang suka seenaknya, pasti dia salah satu anak SMA yang sering bolos!" Gerutu Tiara dengan kesal karena dia sudah diabaikan oleh orang yang tidak dia kenal terlebih itu anak muda, harusnya orang itu juga minta maaf atau menawarkan bantuan untuk membalut luka di tangannya.

Puas menggerutu, Tiara pun langsung menyalakan motornya. Karena terluka, Tiara pun mengurungkan niatnya bertemu sahabatnya itu dan berniat menemuinya di rumah, kebetulan rumah mereka juga dekat.

次の章へ