Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam
Chapter 9: Tidak Terjadi Apa-apa
"Apa yang sedang kakak lakukan? Mengapa kau terlihat kaku seperti itu? Kau terlihat sangat bodoh, Kak."
Lin Xiao mengolok-oloknya, sementara itu Lin Hua tampak mengerutkan keningnya, "Kau bicara apa Lin Xiao? Lihatlah dia sedang terluka, seharusnya kau menolongnya dan bukan menertawakannya seperti itu."
Tawa Lin Xiao semakin keras saja, perkataan Lin Hua sungguh menggelitik hingga dirinya tidak bisa berhenti untuk tertawa. Lin Tian tidak bergeming, Lin Xiao mencoba mendekatinya dengan mengelus senyuman di bibir.
"Lihatlah! Kakak Lin baik-baik saja. Dia tidak terluka atau apalah itu yang sejak tadi kakak Hua cemaskan."
Lin Xiao membalikkan tubuh Lin Tian agar bagian belakangnya dapat terlihat oleh Lin Hua. Seketika mata Lin Hua terbuka lebar dengan apa yang dia lihatnya sekarang.
"Bagaimana bisa dia tidak terluka?" Lin Hua buru-buru memeriksa kondisi Lin Tian dan memastikan yang dilihatnya tersebut benar.
Lin Tian semakin keheranan, semula dia pasrah akan hidupnya dan merasa kalau takdirnya akan berakhir kembali. Namun, sekarang pemikirannya itu berubah seiring dengan pernyataan Lin Xiao yang membuatnya sulit menelaah.
"Bagaimana bisa dia tidak terluka?" Lin Hua kembali melontarkan pertanyaan yang sama. Lin Tian seketika memeriksa punggungnya, merabanya dengan kedua tangan.
Lin Tian menemukan tidak terjadi sesuatu pada tubuhnya, dia yakin peluru tadi menembus tubuhku. Lin Hua sama terkejutnya, sementara itu Lin Xiao tertawa semakin puas melihat kedua orang yang ada di hadapannya sangat kebingungan.
"Tidak ada yang perlu dicemaskan, Kak. Peluru itu tidak benar-benar mengenai kakak Lin. Lihat saja, dia!" Lin Xiao menunjuk ke arah pria bertopeng yang kini sudah tewas itu.
"Sebelum peluru itu melesat, aku sudah lebih dulu menembaknya. Aku menyadari kalau dirinya belum seutuhnya tewas, itu sebabnya aku melepaskan tembakan dan dia pun gagal untuk melukai kak Lin."
Lin Xiao pun menutup penjelasannya dengan senyuman penuh kemenangan. Lin Hua memandang jasad pria bertopeng itu, sebelum akhirnya menjatuhkan pandangannya pada Lin Tian.
"Dasar bodoh! Kau ..."
Lin Hua merasa kesal, seketika pipinya berubah merah padam. Dia juga memukuli bidang dada Lin Tian. "Bagaimana bisa aku merasa cemas seperti tadi? Dasar bodoh!"
Lin Hua tidak bisa menyembunyikan rasa malunya dari Lin Xiao. Dia sudah begitu gila saat merasa peluru itu menembus tubuh Lin Tian, yang ternyata tidak melesat ke arahnya.
Lin Hua meluapkan emosinya dan Lin Xiao ikut terkena kemarahan dari gadis itu. Dia merasa sangat malu sampai ingin mencari lubang besar dan bersembunyi di sana.
"Cukup Kak, kasihan Kak Lin Tian jika terus-menerus kau pukuli. Dia pasti sangat kelelahan," ucap Lin Xiao melerai.
Dia sadar betul sikap seorang wanita yang sedang dibalut emosi. Akan terlihat sangat menyeramkan layaknya seekor singa yang bangun dari tidurnya.
Lin Hua tidak peduli, dia ingin terus memarahi Lin Tian yang sejak tadi terus mengaduk emosinya. Namun, tanpa mereka sadari, sejak tadi Lin Tian tidak bereaksi. Ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Belum sempat mereka menyadarinya, Lin Tian sudah lebih dulu ambruk. Tubuhnya yang kekar dan besar tentunya tidak bisa Lin Hua tahan. Dia akhirnya jatuh bersama Lin Tian dengan posisi tubuh Lin Tian di atas dirinya.
"Lin Tian!"
Baru beberapa detik saja, Lin Hua sudah tidak bisa bernapas, dengan postur tubuhnya yang kecil tentu dia tidak dapat menahan lebih lama tubuh Lin Tian di atasnya.
Lin Xiao buru-buru bereaksi dan begitu juga dengan beberapa orang yang dari tadi hanya diam menyaksikan saja. Mereka segera memindahkan tubuh Lin Tian yang tidak sadarkan diri itu ke mobil yang terparkir sembarang di sana. Tidak tahu siapa pemiliknya dan juga kunci yang dipakai pun hanya sebuah penjepit rambut.
Bagi Lin Xiao, sebuah penjepit rambut sudah bisa mengendalikan sebuah mobil tanpa perlu menggunakan kuncinya. Lin Tian dibaringkan di kursi penumpang, sementara itu Lin Hua duduk sambil memangku kepala Lin Tian.
"Capat! Pergi ke rumah sakit terdekat!"
Lin Hua memerintahkan Lin Xiao agar cepat menyalakan mesin mobilnya untuk segera pergi ke rumah sakit. Dia khawatir pada Lin Tian yang mungkin saja terkena luka dalam, tetapi tidak diketahui penyebabnya sehingga dia jatuh pingsan seperti sekarang ini.
Lin Xiao tanpa membuang waktu lagi segera menaikkan gas mobilnya dan meninggalkan parkiran. Selama perjalanan Lin Hua tidak henti-hentinya menangis yang disertai perasaan yang bercampur aduk. Ada banyak pikiran liar yang mengisi otaknya, tetapi Lin Xiao terus mengatakan kalau Lin Tian akan baik-baik saja.
Lin Xiao menerabas jalan raja yang terbilang terpantau agak ramai. Demi mencapai tujuan dengan cepat dan tepat waktu, Lin Xiao sampai membuka jendela mobilnya, lalu dia mengeluarkan kepalanya di jendela. Seketika itu juga Lin Xaio berteriak sekeras mungkin, agar para pengendara lain dapat menepi terlebih dahulu.
Namun, mereka sepertinya tidak memedulikan teriakan Lin Xiao dan memilih untuk tetap asyik dengan jalannya masing-masing. Lin Xiao memasukkan kepala kembali, dia memandang Lin Hua yang tampak semakin cemas dan pucat.
Lin Xiao pun tidak kehabisan akal, tentunya dia tidak akan berhenti begitu saja untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Lin Hua segera menyadari tindakan Lin Xiao ketika pemuda itu mulai mengeluarkan senjata api dari saku celananya. Belum sempat Lin Hua berkata, Lin Xiao sudah lebih dulu melepaskan tembakan ke udara.
DOR ...
Seketika suara tembakan tersebut membuat pengendara lain menjadi berhenti. Demi menjaga situasi agar tetap kondusif, Lin Xiao pun kembali berteriak.
"Kalian semua tidak usah cemas. Ini hanya sebuah peringatan saja. Aku sangat terburu-buru, jadi bisakah kalian memberi kami jalan untuk bisa melaju lebih dahulu?"
Kali ini perkataan Lin Xiao langsung didengar. Semua pengendara yang berhenti itu segera menepikan kendaraan mereka, tidak ada satupun orang yang berani membantah perkataan Lin Xiao, apa lagi dia membawa senjata.
Lin Xiao pun akhirnya dapat melaju dengan lancar tanpa hambatan. Para pemilik kendaraan pun menundukkan kepala saat mobil Lin Xiao melaju. Mereka hanya takut peluru itu kembali dilepaskan dan mengenai mereka. Mereka tidak ingin mengambil risiko.
Lin Xiao akhirnya sampai di rumah sakit setelah menempuh perjalanan hampir sepuluh menit. Waktu ini tentunya tidak akan Lin Xiao dapatkan jika para pengendara di sana tidak memberinya jalan.
Lin Xiao keluar dari mobil terlebih dahulu, dia berteriak sekeras mungkin agar petugas medis dapat mendengar suaranya. Tidak lama kemudian beberapa tim medis pun keluar dan membawa sebuah tandu.
Lin Xiao sudah berhasil mengeluarkan tubuh Lin Tian, dia segera membaringkan tubuhnya di atas tandu. Lin Hua pun akhirnya keluar dari mobil setelah tubuh Lin Tian dibawa.
Mereka buru-buru mendorong tandu rumah sakit menuju ruang pemeriksaan. Lin Hua pun mengejar di belakang, dia tampak sedikit merintih kesakitan dan langkahnya juga terlihat pincang. Namun, Lin Hua mengacuhkan rasa sakitnya itu dan tetap berlari walau sambil menahan rasa sakit di kakinya.