webnovel

Mempersiapkan Crystal

Prank…

Sebuah nampan berisi buah-buahan segar yang dibawa Laura jatuh berserakan di lantai saat tidak sengaja tertabrak oleh Crystal yang nyaris hilang keseimbangan karena tengah berlatih berjalan menggunakan sepatu hak tinggi atas permintaan James, Crystal yang tidak menyangka akan bertemu dengan Laura West di lorong sebelah timur menuju taman yang sepi terlihat begitu shock saat melihat buah-buahan yang berserakan di bawah kakinya.

"Aunty…"

Plak…

Belum sempat Crystal menyelesaikan perkataannya sebuah tamparan keras sudah mendarat di pipi kirinya, tamparan yang berasal dari tangan Laura.

"Siapa yang kau panggil Aunty?" hardik Laura keras. "Panggil aku Nyonya."

Crystal langsung menundukkan kepalanya dengan takut, suara bentakan laura mengingatkannya dengan suara seorang wanita yang begitu dia benci. Intonasi suara wanita itu sama persis seperti Laura, nada yang begitu angkuh dan arogan tersirat begitu jelas di suaranya.

"Kau tidak berhak memanggilku dengan sebutan itu, jika sekali lagi aku mendengarmu memanggilku dengan sebutan itu maka jangan salahkan aku jika kau kehilangan wajah mulusmu ini," ucap Laura kembali dengan penuh ancaman.

Setelah puas melampiaskan kemarahannya pada Crystal dengan segera Laura meninggalkan tempat itu, dia tidak mau ada pelayan atau bahkan James melihatnya membully Crystal. Laura cukup sadar jika hampir sembilan puluh persen pelayan di rumah keluarga West begitu patuh dan tunduk pada James, karena itulah dia memutuskan untuk segera meninggalkan Crystal meski sebenarnya dia belum puas melampiaskan amarahnya pada istri Reagan itu. Laura ingin membalas rasa sakit yang dialami putri semata wayangnya karena pernikahan Reagan dan Crystal.

Crystal mencoba menahan tangis dengan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, rasa panas dan nyeri bercampur menjadi satu mendera pipi kirinya saat ini. Sepertinya Laura memukulnya dengan begitu kuat sehingga rasa sakit yang Crystal terima begitu terasa, sama seperti yang Laura lakukan Crystal pun bergegas pergi meninggalkan tempatnya berada saat ini. Crystal harus segera mengompres pipinya dengan batu es supaya memar di pipinya bisa segera hilang.

Namun naas, keinginan Crystal untuk menyembunyikan bekas tamparan Laura di wajahnya justru langsung terlihat oleh Reagan yang baru saja keluar dari kamar. Lelaki itu mematung tepat dihadapan Crystal tanpa suara.

"Kau kenapa?"

"A-aku terjatuh," jawab Crystal berbohong, Crystal menundukkan wajahnya berusaha menyembunyikan bekas tamparan Laura.

Reagan yang cerdas langsung memindai seluruh tubuh Crystal dari atas sampai bawah, satu alis Reagan langsung terangkat saat melihat pergelangan kaki Crystal yang terlihat membiru.

"Kau benar-benar jatuh? Memangnya apa yang kau lakukan sampai bisa terjatuh seperti itu?"

Crystal mengeluarkan sepatu yang sebelumnya dia sembunyikan di belakang tubuhnya, Crystal menunjukkannya pada Reagan untuk menguatkan alibinya.

"Aku sedang berlatih menggunakan sepatu ini," ucap Crystal perlahan. "Kakek membelikan aku banyak sekali sepatu hak tinggi seperti ini banyak sekali, karena itulah aku berlatih berjalan menggunakan sepatu ini."

Reagan menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya Crystal bisa jatuh hanya karena berjalan dengan sepatu ditunjukkan kepadanya. Pasalnya sepatu yang ditunjukkan Crystal saat ini tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3 atau 4 cm saja.

"Entah apa yang harus aku lakukan padamu, kau benar-benar sudah sangat tidak terselamatkan."

"Maaf." Crystal menundukkan wajahnya dalam-dalam.

Reagan mengibaskan tangannya di udara. "Jangan terus menerus meminta maaf padaku, lebih baik sekarang kau kompres dan berikan salep pereda memar di kakimu itu. Jangan sampai kakek ataupun yang lain melihatnya, aku tidak mau dituduh sudah melakukan kekerasan padamu."

"Aku mengerti, aku akan segera memberikan obat itu pada kakiku."

"Bagus dan sekarang menyingkir dari hadapanku, keberadaanmu benar-benar menggangguku," ucap Reagan kembali.

Crystal pun dengan segera bergeser ke samping, memberikan jalan pada Reagan.

"Aku akan pergi menghadiri acara ulang tahun salah satu kolega bisnisku malam ini."

"Eh?"

"Jawaban itu yang harus kau berikan pada kakekku jika dia bertanya padamu kemana aku pergi, sebagai istriku sudah tentu kau harus tahu kemana aku pergi." Reagan menjelaskan alasan kenapa dirinya memberitahukan Crystal kemana tujuannya pergi malam ini. "Jalankan tugasmu dengan baik dan jangan kecewakan aku jika kau masih mau menikmati kebebasan ini."

Crystal mengangguk cepat. "Aku mengerti."

"Ya sudah aku pergi, cepatlah ke kamar dan urus lukamu. Di kotak obat yang ada di dalam kamarku kau akan menemukan obat yang kau perlukan untuk mengurus luka itu," ucap Reagan kembali dengan nada mencela yang begitu tinggi, Reagan benar-benar tidak mengira jika Crystal bisa jatuh hanya karena meggunakan sepatu dengan hak tiga sentimeter. Bahkan anak sekolah dasar saja bisa melakukan hal itu jauh lebih dari Crystal.

Begitu Reagan menghilang dari pandangannya, Crystal lantas bergegas masuk kedalam kamar. Seperti yang Reagan katakan sebelumnya, Crystal harus segera memberikan salep pereda memar pada pergelangan kakinya dan pipinya sebelum orang-orang menyadari lukanya.

"Ayo pergi."

Jarvis yang memang sedang menunggu Reagan di ruang tamu terlihat begitu kaget.

"Ada apa? Apakah ada yang aneh dengan penampilanku?" tanya Reagan ketus tidak suka melihat cara Jarvis menatapnya.

"Kau tidak mengajak Crystal?" tanya balik Jarvis. "Bukankah Marco mengatakan jika kau harus…"

"Membawa gadis yang tidak berjalan menggunakan sepatu itu?!" Reagan memotong perkataan Jarvis dengan suara meninggi. "Kau pikir aku mau mempermalukan diriku dihadapan Marco dan yang lain? Jangan gila."

"Tidak bisa berjalan menggunakan sepatu?"

Reagan mengeluarkan tangan kirinya dari dalam saku bajunya. "Crystal baru saja jatuh karena sedang mencoba berjalan menggunakan sepatu yang dibelikan kakekku dan kau tahu berapa tinggi hak sepatu itu?"

"Berapa tingginya?"

"Tiga sentimeter, tiga sentimeter Jarvis," ucap Reagan jijik. "Mau diletakkan dimana wajahku jika aku mengajaknya ke acara ulang tahun Marco malam ini? Tidak..tidak… aku sudah cukup stress dengan berita di artikel itu hari ini dan aku tidak mau menambah beban pikiranku lagi, malam ini adalah malam yang menyenangkan dan aku tidak mau merusaknya."

"Baiklah jika itu keputusanmu."

Reagan menipiskan bibir. "Ya sudah ayo pergi, kita tidak boleh terlambat. Malam ini akan jadi malam yang menyenangkan."

****

"Crystal West, jadi gadis ini adalah istri Reagan," tanya seorang wanita berumur lima puluh tahun bernama Mary dengan sopan pada Roman West yang sedang duduk di hadapannya bersama James yang setia mendampinginya.

Roman West mengangguk sambil tersenyum. "Iya, dia cucu menantuku. Dia gadis yang baik dan aku ingin kau membantuku membuatnya menjadi lebih siap menyandang gelar Nyonya West. Akan banyak masalah yang pasti akan menghampirinya dimasa depan, karena itu aku ingin kau mempersiapkannya secara mental dan fisik. Crystal gadis yang baik."

"Darimana kau yakin jika gadis ini adalah gadis yang baik? Mengingat sepak terjang cucumu yang playboy itu aku meragukan keterangan yang baru saja kau berikan."

"Aku adalah seorang pria yang sudah bertemu banyak sekali jenis wanita penjilat, bermuka dua dan munafik sepanjang hidupku. Baik tua maupun muda aku bisa menilainya hanya dari pertama kali melihatnya saja dan semua hal yang aku sebutkan tadi tidak aku temukan pada Crystal. Meskipun aku baru mengenalnya, namun aku yakin 100% gadis ini adalah gadis yang baik," ucap Roman West penuh semangat. "Kau tentu tidak meragukan keterangan seorang mantan Casanova, bukan?"

Mary tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sahabat baiknya, Mary Ruth adalah salah satu pemilik sekolah kepribadian terbaik di London. Banyak sekali gadis yang belajar ditempat Mary, mulai dari gadis dari kalangan bangsawan hingga gadis biasa berbondong-bondong mendaftarkan diri ke sekolah yang dipimpin Mary. Karena itulah Roman West memutuskan untuk mendaftarkan Crystal ke sekolah yang dipimpin oleh sahabat baiknya itu, Roman West ingin membuat Crystal menjadi gadis yang tanggung dan cerdas di masa depan.

Setelah berhasil menguasai diri, Mary lantas menyeka bibirnya dengan sapu tangan dengan anggun. "Baiklah, bawa gadis baik ini padaku dan biarkan aku yang menilainya secara langsung. Aku ingin membuktikan penilaian sang mantan Casanova yang terkenal ini dengan mata kepalaku secara langsung."

Bersambung

次の章へ