Perjalanan menjadi lebih berwarna bagi Kaja, kini dia memiliki teman seperjalanan. Kaja dan Bagas terus melakukan perjalanan mereka, di sepanjang perjalanan mereka selalu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan, dan mereka siap membantu siapapun sambil menuju Ibukota pusat untuk mendaftar sebagai anggota Aflif.
"Kaja, apa tujuan sebenarnya menjadi anggota Aflif," Bagas memutar tongkatnya dan tongkatnya berubah menjadi pendek lalu diletakkan di punggungnya. Tongkatnya memang bisa berganti bentuk sesuai keinginan Bagas.
"Aku akan mengalahkan Lord Master dan memimpin Aflif."
Kaja berbicara santai sambil tetap menghadap ke depan, sambil terus berjalan. Mereka baru saja bergerak cepat dengan melompat dari dahan pohon ke dahan pohon yang lain, hingga mencapai tanah lapang dan di depan mereka tampak sebuah pemukiman penduduk.
Mereka pun turun untuk berjalan di tanah, sudah dekat dengan pemukiman.
Bagas terkaget dan berhenti sejenak dan menatap Kaja yang masih berjalan di depannya. Bagas menggelengkan kepalanya, dia berpikir pemuda yang menjadi rekan perjalanannya memang terlalu optimis. Mengalahkan Lord Master? Cita-cita yang seperti membalikkan dunia, pikir Bagas.
Belum sempat mereka meneruskan obrolannya, tiba-tiba.
"Tolooonnggg! Tolooooooong!"
Mereka saling tatap dan langsung berlari sekuatnya mencapai arah suara itu. Seorang anak kecil laki-laki berusia 10 tahunan berlari kencang ke arah mereka. Dia terus berlari dan sesekali terjatuh, namun segera bangkit kembali. Namun, Kaja dan Bagas langsung kaget melihat sesosok yang terbang di atas langit dan tengah mengejar bocah itu.
Sosok yang terbang itu sekilas mirip manusia, namun memiliki sayap yang berlekuk-lekuk seperti kelelawar.
Sosok kelelawar itu semakin dekat dengan bocah itu, bocah itu terjatuh lagi. Dia melihat ke arah kelelawar yang sudah mulai dekat dari angkasa dan menerjangnya dengan cepat. Namun, tongkat Bagas lebih dulu mengenainya.
Buugg!
Manusia kelelawar itu terpental dan limbung di udara. Dia kaget dan matanya menyala merah, marah kepada kedua orang yang sudah berdiri di belakang bocah yang dikejarnya itu.
Sosok kelelawar itu mengeram sambil menggerakkan kepalanya. Dia menerjang lagi, dan Bagas segera memegang kendali atas tongkatnya dan berputar menghentakkan kakinya ke tanah. Kaja hanya menyaksikan dan membantu bocah itu berdiri, "Kamu sudah aman sekarang."
Bagas terbang dan menyambut manusia kelelawar yang sebesar manusia itu. Mereka bertemu, keduanya bertempur di udara sekira lima meter dari tanah. Sayap si manusia kelelawar kecoklatan yang memakai armor menutupi dadanya itu menghempas hendak menyerang Bagas, kedua tangannya yang dipenuhi cakar tajam juga mencoba mencabik tubuh Bagas.
Serangan tak kena, Bagas bisa menghindar dengan mudah.
Manusia kelelawar kehilangan sosok Bagas, nyatanya Bagas sudah ada di atasnya. Manusia kelelawar itu itu menengok ke atas dan hantaman tongkat dengan kekuatan besar sudah memukul punggungnya yang juga memiliki armor.
Manusia kelelawar jatuh ke tanah, benturannya kuat sehingga dia terluka.
Bagas turun ke tanah, manusia kelelawar itu terluka namun masih kuat berdiri. Matanya memerah lagi, dia hendak menyerang Bagas lagi. Namun, dia memejamkan matanya sejenak seperti ada sesuatu. Lalu, sayapnya berkibas-kibas dan dia melayang ke atas. Dia kemudian terbang menjauh dari Bagas dan Kaja. Bagas tak mengejarnya, dia hanya heran makhluk apa itu, serangannya pun tak berimbas terlalu besar pada sosok kelelawar itu.
Bagas pun mendekati Kaja yang sudah mengobati luka bocah itu di kakinya. Kaja mengobati dengan sejenis rempah bubuk yang sudah dibuat sebelumnya. Dia selalu menyimpan beberapa obat luka luar di tasnya, dan saat-saat istirahat dia meramu obat luar yang mujarab.
"Terimakasih Kakak-Kakak sekalian," Bocah itu merasa lega, napasnya mulai teratur kembali.
"Sebenarnya makhluk apa itu tadi?" Bagas langsung bertanya pada bocah itu.
Bocah itu pun menjelaskan bahwa sudah beberapa bulan ini, muncul manusia seperti kelelawar itu yang kadang muncul dan kadang hilang. Makhluk itu kadang menyerang manusia dan membawanya terbang, baik dalam kondisi hidup ataupun mati. Entah dibawa kemana manusia yang dibawanya.
Bocah itu bernama Nata, dia sedang mengambil air di sumber air dekat desanya. Namun tiba-tiba, manusia kelelawar itu muncul dan hendak menyerangnya. Makhluk itu dikenal sebagai Kalueng. Beberapa tempat di kota terdekat dan beberapa desa sekitarnya kini dihantui hal itu. Hanya saja, keluarnya Kalueng tidak bisa diprediksi kemunculannya. Mereka muncul kadang sebulan sekali dan kadang tak tentu begitu saja dan muncul menyerang manusia.
Kata Nata, beberapa orang yang mampu beladiri pun sudah dikerahkan, bahkan Aflif pun juga sudah datang. Namun terkadang, kemunculan para manusia kelelawar itu tak bisa diprediksi. Kaja dan Bagas semakin bingung. Makhluk seperti apa Kalueng itu dan mereka membuat onar dimana-mana.
Bagas dan Kaja pun mengantarkan bocah itu ke desa dan pulang ke rumahnya.
***
Seorang pemuda tampan dengan lilitan di kepalanya yang melingkar-lingkar menutupi rambutnya. Dia terlihat tengah berlatih di pinggir sungai. Pemuda itu berkulit bersih dan bersinar wajahnya, di sekitar air sungai yang mengalir dia menggerak-gerakkan tangannya, air di depannya meriak-riak membentuk gelombang.
Pemuda tampan itu bernama Jiro, ombak luapan air naik ke atas di depannya, menjulang ke atas dan semakin keatas hingga ketinggian 10 meter. Kemudian air itu membentuk lancip keatas, bergulung ke bawah bagian runcingnya dan tiba-tiba, pemuda itu menghentakkan tangannya seolah memandu gerakan air itu.
Bagian yang runcing pada air itu menghunjam kuat ke permukaan air, dan dentuman air bertemu air itu menciptakan gelombang benturan energi yang luar biasa.
Brusshhh! Dan…, suasana tenang kembali.
Jiro menghapus keringatnya dengan sapu tangan yang terlilit di antara ikat pinggangnya. Pakaiannya nampak rapi dan penuh balutan yang mempesona. Pemuda itu bisa dibilang adalah pemuda yang rajin dari penampilannya dan memiliki kharisma yang sempurna. Hingg,a jika ada wanita yang melihatnya pertama kali, mungkin dia akan tergoda pada pandangan pertama.
Jiro kemudian duduk di bebatuan di pinggir sungai. Dirinya menenangkan kekuatannya, dia sudah mempersiapkan kayu bakar di depannya dan membentuk tumpukan kayu seolah ingin menghidupkan api padanya.
Tangan kanan Jiro melambai pelan ke arah kayu, tiba-tiba kobaran api kecil muncul dan melumat tumpukan kayu yang sudah dipersiapkannya. Kobaran api semakin besar dan Jiro mengambil beberapa ikan yang tadi sudah ditangkapnya, ikan itu juga sudah ditusuk dengan kayu yang sudah dipersiapkannya.
Jiro memanggang ikan itu dan diletakkan di antara pengait di sekitar api yang menyala.
Jiro kemudian berpikir bahwa kekuatan apinya belum sempurna, belum bisa membuat gerakan dan energi besar. Namun, dia sudah mendapatkan kemajuan dari semua latihannya selama ini.
Untuk kekuatan airnya, dia sudah merasa bisa menguasainya dengan baik.
Ya, Jiro berasal dari Bangsa Arahan yang terkenal pernah menjadi klan yang punya tempat tinggi di dunia persilatan. Sayangnya, Klan atau Bangsa Arahan tiba-tiba musnah pada suatu peristiwa.
Bangsa Arahan terkenal karena mereka memiliki kemampuan spesial yaitu Quadra, yang mampu menguasai kekuatan elemen kehidupan. Dan diantara yang paling hebat di Bangsa Arahan ketika mereka mampu menguasai seluruh elemen kehidupan, dan menyatukannya. Elemen itu adalah; Api, Air, Udara, Bumi.
Empat elemen yang menjadi inti kehidupan.
Jiro baru mampu menguasari dua kekuatan quadra, yaitu Air dan Api. Namun kekuatan pengendalian apinya yang masih dalam tahap pengembangan. Sedangkan elemen air, dia sudah menguasainya dengan baik meskipun belum sempurna.
Jiro adalah satu-satunya Bangsa Arahan yang tersisa. Ya, sepuluh tahun yang lalu, Bangsa Arahan musnah dan semua orang mengetahui hal itu karena ada pemusnahan Bangsa Arahan oleh sekelompok orang.
Malam itu, Bangsa Arahan musnah. Dan, Jiro satu-satunya yang selamat.
Jiro mengepalkan tangan kanannya. Dia berpikir dan marah, sudah semakin dekat dengan Sarkus, salah satu orang yang bisa dia temukan untuk mengungkap kematian seluruh Bangsanya. Dia semakin dekat dengan Sarkus yang sudah diselidikinya sangat lama. Jiro nampak marah dalam tenangnya, ada gurat di wajahnya tanda kesumat.
Sebentar lagi, aku akan menemukannya. Tunggulah Sarkus! Ada energi air yang mengelilingi kepalan tangan Jiro. Hidupnya hanya untuk membalas dendam atas semua Klannya yang musnah, termasuk Orangtuanya.