Kaja terlihat lega dengan perginya satu tim Aflif, namun masih ada satu tim. Kaja berharap setelah mereka merampas uang penduduk desa mereka akan pergi begitu saja dan membiarkan penduduk serta para murid perguruan dan tak mengganggu mereka.
Namun, perkiraan Kaja keliru.
Nagin memendam kesumat, namun kekuatannya tak mampu mengimbangi Ranggi. Dia tahu Timnya dimasukkan dalam raid pencarian Bunto adalah sebagai sapu ranjau atau bersih-bersih bahkan bisa jadi tumbal.
Karena kesal, Ranggi tersenyum nyengir dan merasa ada yang bisa dilampiaskan dari semua amarahnya yang memuncak karena merasa direndahkan itu.
"Raka! Sando! Kalian kumpulkan harta yang tersisa dari masing-masing orang! Pasti masih ada yang disembunyikan!"
Raka dan Sando memaksa setiap orang untuk mengeluarkan harta yang masih disimpan. Mereka kadang garang menendang dan menyiksa yang membantah, ternyata masih ada beberapa harta yang masih disimpan. Mereka berdua tertawa sambil terlihat bahagia menyiksa penduduk desa.
Kaja melihat hal tersebut, dia hendak bergerak namun ingin melihat situasi lebih jauh, dia belum pernah beradu kekuatan, Dia ragu hendak bergerak. Dia hanya ingin semua selamat dan para bajingan itu pergi begitu saja.
"Sanji dan Hana! Kalian pisahkan beberapa orang dari perguruan itu! Dan kamu Yoga pilih dari penduduk desa yang wanita yang cantik-cantik, kita akan bawa mereka!"
Sanji dan Hana menuruti perintah Nagin, dengan menggiring para murid dan guru di perguruan Angin Timur termasuk Baron dan Putri di dalamnya. Hana terlihat sedikit jengkel karena dia seorang wanita sendiri dalam Tim Aflif itu, sehingga jika urusan menawan para wanita, dia kurang setuju.
Yoga memilih sekitar 10 wanita yang dianggapnya cantik dan memaksa mereka untuk ikut, ada seorang wanita yang menolaknya dan mendapatkan tamparan.
Putri bersama rombongan yang dipisahkan dari perguruan berteriak, "Jangan bawa Ibuku!" Namun dia tertahan karena dicegat oleh Sanji dan Hana.
"Bos! Kita apakan para pendekar rendahan ini!" Sanji berteriak setelah memisahkan dan menggiring 20an orang dari perguruan Angin Timur yang sudah terluka itu.
Nagin tersenyum dan mengarahkan jempol kirinya di leher, Mati!
Wanita yang merupakan ibu dari Putri menolak dan terpaksa diseret oleh Yoga, "Lepaskan aku Bajingan!"
Putri tak tahan dan berlari menerobos pengawalan dari Sanji dan Hana, "Jangan apa-apakan Ibuku!"
Putri menendang dan memukul Yoga sebisanya, namun segera dicampakkan dengan mudah dengan lengan kekar Yoga. Kening Putri terluka memar.
"Lepaskan Ibuku," Putri bangkit dan menerjang Yoga.
Kali ini, Yoga mulai memanas dan jengkel. Yoga menggenggam kepalan tangan kanannya dan bersiap memukul keras Putri, Gadis kecil itu tak peduli. Pukulan Yoga itu semakin dekat dengan pundak Putri, semakin dekat dan Puteri tak peduli, yang dia pedulikan hanya ibunya.
Sedetik kemudian seperti ada kilatan cahaya yang demikian cepat, tak disadari oleh banyak orang, namun energi besar terasakan oleh semua orang.
Lelaki di atas pohon tersenyum, 'Pertunjukan yang menarik akan segera disuguhkan, Aku ingin tahu sebatas mana lelaki tua itu mengajari kamu.'
Sedetik kemudian, Yoga merasa kaget karena pukulan kuatnya yang penuh kesumat seperti tertahan sesuatu padahal sebelumnya dia yakin tinggal sepersekian detik saja pukulannya tepat mengenai gadis kecil itu. Dia kemudian sadar dan mulai meraba ada apa gerangan, sebuah tangan yang cukup kecil menahan di pergelangan tangan kanannya. Dia menggerakkan tangannya, namun cekalan tangan kecil itu sangat kuat sehingga dia susah bergerak.
Yoga menatap di sebelah gadis kecil yang terluka itu, ada seorang lelaki kecil yang menahan pukulan itu. Dia pun menatapnya dengan marah.
Mata Putri yang sempat memejampun akhirnya terbuka, dia merasa bahwa pukulan itu akan mengakhiri dirinya. Dia pun membuka matanya dan melihat Kaja sudah ada di sampingnya, menahan pukulan dari lelaki jahat itu.
"Kamu!" Putri kaget melihat Kaja, ada airmata yang menyembul dari matanya dan keluar begitu saja.
Tangan kiri Yoga terpaksa melepaskan cengkeramannya dari lengan wanita yang merupakan Ibu dari Putri.
"Dasar bocah tengik!" Yoga kesumat dan mengarahkan tangan kirinya kepada Kaja dengan cepat. Namun, tiba-tiba dia terdorong ke belakang sebelum tangan kirinya menuju Kaja. Yoga hanya tahu, dia tiba-tiba terbentur ke belakang dengan cepat dan menghantam tanah. Punggung dan kepalanya terasa remuk dan tak sadarkan diri.
Sebelum tangan kiri Yoga mencapai kepala Kaja, Kaja merasa ini pertama kalinya dia berhadapan dalam pertarungan. Namun, dia melihat pukulan lelaki itu sangat lambat, dia dengan cepat dapat mengatasinya. Melepaskan cengkeraman tangannya dan langsung menuju kepala lelaki itu. Tangannya menyambar kepala Yoga dan langsung mendorongnya ke depan lalu ke arah bawah menghantam tanah dengan kuat.
"BRUKKKK!"
Hempasan itu sangat kuat sehingga keenam angota Aflif Bumi Langit terkaget dan semua terfokus pada Yoga yang sudah sempurna tak sadarkan diri menghadap keatas. Yoga tak bergerak lagi karena pingsan.
"Kaja…, Selamatkan Kami," Tak ada yang bisa dikatakan Putri selain dari kebahagiaan karena datangnya penyelamat. Dia merasa terlindungi dan yakin bahwa musibah ini pasti berlalu. Dia melihat punggung Kaja dan memegang harapan besar pada penyelamatnya.
Kaja menengok kearah Putri, Dia membantu Puteri berdiri. Semua mata tertuju pada mereka sejenak seolah tak percaya. Pemandangan itu terasa aneh oleh semua orang, karena seolah kejadian itu demikian cepat dan membuat orang tak percaya.
"Terimakasih untuk apel yang sudah kau berikan saat itu, Aku sudah membalas kebaikanmu."
Puteri sedikit tersenyum di antara airmata yang nampak menghiasi matanya. Perguruan Angin Timur pun melihat Kaja seolah tak percaya, lelaki lemah itu… dan bahkan berusaha menyelematkan mereka!
Keenam anggota Bumi Langit sempat kaget namun segera bergerak semuanya mendekati Kaja, mereka siap untuk manghajar bocah itu.
Nagin memutar kepalanya seolah tak percaya, baru saja dia dilecehkan oleh Aflif lain dan seolah tak memiliki harga diri. Kini, dia merasa ada tempat lagi untuk melampiaskan kesumatnya.
"Bocah sialan, akan kuhancurkan semua tulang-tulangmu, baru aku akan puas!" Nagin mengoceh sambil giginya gemeretukan dan matanya menajam kearah Kaja.
Sanji yang berada di dekat Hana merasa bocah itu punya kemampuan karena mengalahkan rekannya dengan cepat tanpa dia sadari, "Hana, lihat Poin Bocah itu," Hana segera mengerti dan mengangkat tangan kirinya, disana ada arloji jam modern, Hana menekan jam tersebut.
Ada lingkaran target yang keluar dari jam Hana, lingkaran seperti sinar itu ditargetkan kearah Kaja dan angka poin keluar di sisi kanannya, berbentuk hologram.
Hana pun kaget melihat poin bocah itu, "Tak stabil, kemampuannya bocah itu tidak stabil!"
Poin angka kekuatan Bocah atau Kaja terlihat naik turun dari angka antara puluhan hingga ratusan. Ketika angka poin mencapai angka semisal 700 lebih, maka turun kembali bahkan hingga angka puluhan namun meningkat lagi dan tak berhenti.
"Jadi apa rank Bocah itu?" Sanji semakin penasaran.
"Sepertinya Bocah itu belum menguasai bela diri dan hanya berlatih, dan kekuatannya belum stabil."
"Artinya, Bocah itu bahkan bisa setara dengan peringkat perak?"
Hana sedikit ragu dan menjawab, "Ya."
Poin kekuatan menunjukkan rank seseorang
Bisa dibilang,
Tembaga tanpa kekuatan atau manusia biasa adalah 1 – 10 poin
Perunggu pada angka poin 10 – 100
Perak pada angka poin 100 – 1.000
Emas angka poin 1.000 – 10.000
Kristal yang legendaries 10.000 sampai tak terhingga
Itulah poin yang dipercayai dunia untuk mengukur rank dan kekuatan manusia.
Nagin pun mendengarkan pernyataan Hana, dia bergumam dalam hatinya, 'Pantas Yoga bisa kalah dalam serangan kejutan.'
Namun, Nagin pun tersenyum. Kekuatan bocah itu masih belum stabil dan kadang di rank perak dan kadang di perunggu. Tentu saja dia masih berenam, itu akan mudah mengalahkannya, semakin menarik, demikian pikiran Nagin.
Kaja masih membelakangi Putri, dia pun sudah bersiap apapun yang terjadi. Dia kini memantapkan diri untuk melindungi siapapun, dia ingin menjadi pelindung dan menolong siapapun yang tertinda.
Perjalanan Kaja dimulai sekarang.