webnovel

Kaja Harus Memilih

Bintang bertaburan, malam itu sangat tenang dan indah. Kakek Noran berjalan dan mendekati Kaja yang masih duduk di kursi di depan rumah gubuk tua milik kakeknya itu.

"Kaja, kau sudah besar. Jalanilah hidupmu dengan keberanian. Jika kau bisa memilih dalam perjalanan hidupmu, maka pilihlah menjadi sosok bertanggungjawab," Noran mengelus rambut cucunya itu.

"Iya Kakek," Kaja tersenyum pada Kakeknya.

"Dunia ini semakin kacau, yang kuat menindas yang lemah. Jika saatnya tiba, kau akan berpetualang membuka cakrawala dunia. Kakek ingin tahu, di masa depan kau ingin menjadi apa?"

Kaja Nampak berpikir sejenak, dengan kekuatan yang seolah muncul tiba-tiba siang tadi, Kaja merasa dirinya kuat sekarang, "Kakek, aku ingin melindungi siapapun yang harus dilindungi, selama aku mampu aku akan melindungi siapapun."

"Bagus Cucuku. Oya, aku akan mengajarimu Teknik rahasia, di luar sana orang yang kuat sangat banyak jumlahnya. Agar kau bisa bertahan hidup, aku akan mengajarimu cara menyembunyikan energi, sehingga orang akan sulit menemukanmu jika kau ingin kabur."

Keduanya terlihat obrolan dan belajar Teknik ringan itu, lalu saatnya tidur. Noran mengelus kepala cucunya itu dan akhirnya mereka masuk ke rumah untuk istirahat.

Malam terlihat sunyi, dan siapa sangka kejadian besar akan terjadi di desa Pertiwi.

***

Kaja membuka matanya, hari mulai sedikit terang tanda pagi mulai datang, Kaja teringat sejenak apa yang dikatakan kakeknya semalam. Samar-samar dan masih gelap, Kaja mulai berdiri dan membasuh wajahnya dengan air. Namun, dia tak menemukan Kakeknya sama sekali. Biasanya, Noran sudah duduk di ranjang tengah untuk memilih beberapa rempah.

Kaja memanggil Kakeknya, nihil.

Namun, di meja makan terdapat buah dan makanan, serta secarik kertas di bawah makanan tersebut. Kaja melihat sekeliling rumah gubuk kecil itu, semuanya telah rapi dibersihkan seperti rumah yang tak pernah dihuni. Semua perabot rumah sudah hilang dan itu seperti rumah yang tidak pernah dihuni oleh siapapun.

Artinya Noran semalam membersihkan perkakas seluruh rumah itu dan membersihkannya.

Kaja penasaran dan membaca surat itu.

Kaja, waktu Kakek habis.

Ingatlah, Kau harus kuat dan berpetualang sendiri.

Jika kau memiliki takdir Tuhan, maka carilah Kakekmu ini dan temukan Ayah dan Ibumu.

5 Tahun dari sekarang, Kami memiliki janji bertemu. Kau akan mengetahui rahasia kami, jika memang kamu sanggup bertahan di dunia yang kejam ini.

Bakar kertas ini setelah membacanya, maafkan Kakek pergi tanpa pamit.

Berhati-hatilah dan segera bersembunyi, bahaya mengancammu.

Noran / Bunto

Kaja benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Kakek menghilang dan pesan ini seperti sangat rahasia. Apalagi soal, Orangtuanya? Selama ini, Kaja tak pernah bertanya sama sekali soal orangtuanya, dan dia tak berani bertanya pada Noran Kakeknya. Dan, Bunto, nama itu seolah baru didengarnya sekali ini.

Tanpa ragu lagi, Kaja langsung membakar kertas itu, dan memakan makanan yang dihidangkan oleh Kakeknya untuk yang terakhir kalinya.

Kaja harus pergi, dia merasakan ada fluktuasi energi yang cukup banyak memasuki Desa Pertiwi. Kaja bersiap, membawa bekal seperlunya dan mempersiapkan petualangannya.

Namun, belum sempat menuju pintu depan. Kaja sudah merasakan ada aura yang begitu besar dan beberapa orang yang hendak menuju rumahnya.

Kaja masuk ke dalam bunker bawah tanah dengan cepat, ruangan tersebut dibuatnya bersama Noran saat membuat ruang rahasia di rumah itu dulu.

Teknik menyembunyikan energi yang semalam diajarkan Noran langsung dipraktekkan Kaja, dia menyembunyikan energinya dan menghapus keberadaannya. Betapa kagetnya Kaja mengetahui ruang rahasia di bawah lantai itu ternyata kini digunakan Noran untuk menampung semua perkakas rumahnya. Tv, alat masak dan seluruh perabot hampir memenuhi ruang rahasia itu.

BRAAKK!

Pintu didobrak keras. Beberapa orang masuk, Kaja melihat dari celah lubang kecil dan membuat pernapasannya setenang mungkin hingga tak disadari oleh siapapun.

Lelaki kekar dari bahunya dan ada armor megah dibahunya mencari di sekeliling sudut, terlihat marah dan memukul tiang hingga hancur.

"Bunto sudah kabur! Sepertinya Raid ini sudah bocor."

"Tenanglah Sento, Setidaknya kita tahu bahwa dia benar disini, itu artinya dia masih hidup. Kita masih memiliki kesempatan untuk menemukan AGRO," Lelaki berjubah dan menutupi kepalanya itu adalah Bayu, pemimpin Aflif Trigger.

Seorang lagi terlihat lebih santai, dia mengenakan pedang di tangan kirinya, "Benar kata Bayu, aku sudah tahu kalau Bunto pasti sudah tahu akan raid ini. Dia bukanlah orang yang mudah ditemukan tentunya karena memiliki link ke Aflif pusat. Setidaknya, meski gagal kita sudah mendapatkan bayaran kita karena menerima misi ini," Garra tampak tenang sambil meletakkan pedangnya di dada dengan tangan kirinya.

Sento berbalik ke arah pintu keluar, "Lalu, bagaimana dengan Aflif yang lainnya? Apakah mereka langsung pergi"

Bayu mengikuti langkah Sento, "Sepertinya mereka bersenang-senang dengan penduduk desa, karena kecewa tak menemukan Bunto. Penduduk Desa tentunya menjadi bulan-bulanan mereka."

"Apa kita akan pergi begitu saja dan membiarkannya?" Sento mulai melangkah meninggalkan rumah.

"Tentu saja, itu bukan urusan kita," Bayu pun ikut keluar.

Garra hendak pergi juga, namun matanya sempat menoleh dan memperhatikan kearah Kaja bersembunyi, dia merasakan ada sedikit energi yang terpancar tadi, namun kemudian menghilang kembali.

Garra tersenyum dan menggerakkan tangannya ke meja dan mengeluarkan sedikit kekuatan energinya untuk mengukir sesuatu. Kemudian dia pergi meninggalkan rumah itu.

Beberapa saat kemudian, Kaja merasakan mereka sudah pergi menjauh, dia keluar dari persembunyian dan melihat ke meja yang diukir oleh Garra tersebut. Kaja merasakan kalau Orang tersebut merasakan kehadirannya sebentar, namun tak melakukan apapun.

Kaja melihat ada ukiran seperti pahatan di atas meja, disana tertulis

PERGI ATAU SELAMATKAN DESAMU!

Kaja memusatkan energinya, dia ingin merasakan apakah ada aura yang bertabrakan atau saling bertempur. Kaja merasakannya, ada pertarungan yang dirasakannya, dan itu pertarungan yang cukup banyak. Artinya, penduduk desa dan perguruan Angin Timur mungkin benar sedang bertarung mempertahankan desa mereka dari para pengganggu.

Kaja terheran melihat tulisan tersebut. Apakah benar desa Pertiwi dalam bahaya? Bukankah mereka punya anggota Aflif yang mengajar perguruan Angin Timur? Kaja punya pilihan, antara pergi dan menyelamatkan diri atau ikut berjuang bersama dengan para penduduk.

Kaja sudah berjanji pada Kakeknya Noran, bahwa cita-citanya adalah melindungi kehidupan dan orang lain yang kesusahan. Apapun yang terjadi, Kaja akan berjuang sebisa mungkin melindungi penduduk desa, meskipun apapun taruhannya.

Kaja memilih berjuang, dan segera melesat pergi dan menuju pertempuran. Kaja merasakan ada aura yang sangat kuat, aura demi aura yang saling bertabrakan dirasakannya. Kaja terus meliuk diantar pepohonan dan sesekali mendorongkan kakinya dari pohon ke pohon untuk mempercepat lajunya. Semoga belum terlambat.

Seseorang di atas pohon memperhatikannya, Lelaki itu adalah Garra. Dugaannya benar, pasti akan ada tontonan yang cukup menarik nantinya. Garra menantikannya. Lelaki itu kemudian tersenyum kecil dan kemudian mengikuti Kaja dari kejauhan.

次の章へ