webnovel

KESEPAKATAN DITO DAN INDY

Indy pun pergi dari kediaman Dito tanpa diantar. Bibirnya mencebik serta hatinya menyumpah serapahi kejadian ini. Baru saja merasakan kenikmatan, tapi Indy sudah harus melepaskan segalanya secara paksa. Entah mimpi apa dia kemarin sampai bisa mengalami kejadian setragis ini.

Seberes kepergian Indy, Yugi beranjak guna menemui kelima pria suruhan Dito. Tanpa iba, dia mengusir mereka. Yugi tak ingin membuat semak rumah putranya dengan kehadiran orang-orang asing.

"Ini untuk kalian dan cepat pergi dari sini!" Yugi mencampakkan sebuah amplop berisi uang di hadapan mereka.

Mengetahui bahwa situasi rumah tidak aman, pria botak dan teman-temannya itu bergegas lari dari sana. Mereka menganggap bahwa Dito sudah tidak memiliki kuasa, karena Yugi mengambil alih semuanya.

Keadaan rumah kembali hening. Hanya ada Yugi, Alin, Dito dan Ira saja. Mereka memilih sofa di ruang tengah sebagai tempat persinggahan. Masalah belum usai. Maka dari itu, Alin dan Yugi ingin menuntun anak-anak mereka agar kembali pada kebahagiaan.

"Kenapa kamu tega menduakan Ira, Dito?" tanya Alin. Rasa penasarannya juga belum hilang.

"Kamu juga bohong selama ini," tambah Yugi yang tak ingin kalah.

Seiring berjalannya waktu, Dito memandang Ira tak lagi cantik seperti saat mereka baru saja menikah. Ira juga kerap berpenampilan lusuh dan tua. Penyebab itulah yang membuat Dito lebih memilih Indy ketimbang istrinya sendiri. Indy masih muda dan memiliki tubuh ideal. Lelaki mana yang tak tergoda dengan kemolekannya, termasuk Dito.

Namun, Dito tak ingin jujur soal itu. Bisa-bisa orang tuanya semakin gerah dan marah. Tak ada kalimat lain selain permohonan maaf yang keluar dari mulut Dito.

"Aku khilaf," katanya.

"Terlepas dari apapun alasan kamu, Papa bakal bertindak tegas kalau kalian masih berhubungan. Indy itu perempuan gak bagus, Dito. Buktinya dia tega merebut suami majikannya sendiri," ujar Dito memberi pengertian pada anaknya.

"Dia juga bentak kami sewaktu kamu belum datang. Apa pantas wanita kayak gitu kamu bela-bela?" Alin tak habis-habisnya menyudutkan Dito.

"Iya, Pa, Ma. Aku ngaku salah dan gak akan ngulangi lagi,"

Tidak tahu bagaimana kebenarannya. Yang jelas, Alin dan Yugi menitipkan harapan mereka pada Dito untuk menjaga dan menyayangi Ira.

"Ira. Kami minta maaf atas perlakukan Dito, ya. Kami harap kamu masih mau membangun rumah tangga dengan Dito," kata Alin menyesali perlakuan anaknya.

"Aku gak tahu, Ma. Hatiku terlanjur sakit,"

Mereka malah dikagetkan dengan jawaban Ira. Perempuan itu seakan menginginkan perpisahan.

"Kenapa begitu, Ira? Semuanya bisa diperbaiki lagi," titah Yugi. Ia pun tak ingin kehilangan menantu seperti Ira.

Bukannya Ira bersikap sombong, karena Alin dan Yugi menyayanginya. Namun, Ira masih mengalami trauma berat pasca dikhianati oleh sang suami. Ira takut jika sewaktu-waktu Dito akan mengulangi kesalahan yang sama. Batin Ira sudah lelah. Bahkan, dia ingin enyah saat ini juga dari dunia.

"Ira. Jangan begitu, Nak. Dito bakal rugi besar, kalau kehilangan istri sebaik kamu." Alin ikut mendukung argumen suaminya.

"Akh! Kemarin-kemarin aja si Ira ngemis sama aku. Dasar, belagu! Aku yakin kalau dia lagi jual mahal. Dia pasti besar kepala," gumam Dito. Dia sangat membenci keputusan Ira.

"Mas Dito dan Indy saling cinta. Rasanya, mustahil kalau Mas Dito bisa menjatuhkan hati buatku lagi," ungkap Ira.

"Gak! Sampai kapan pun Mama gak bakal setuju kalau Dito bersatu sama perempuan gak tahu diri itu." Alin menggelengkan kepalanya.

"Ya, sudah. Kalau kamu takut Dito berhubungan lagi sama Indy, kami berdua bakal tinggal di sini selama beberapa waktu,"

Merupakan kalimat yang membuat mood Dito semakin hancur berantakan. Dapat dipastikan kalau laki-laki itu tak mampu bergerak, karena dipantau oleh kedua orang tuanya.

"Gimana sama kerjaan Papa? Aku bisa pegang janji kok." Dito mencoba mengelabui keadaan.

"Papa bisa suruh orang lain untuk handle,"

Sama seperti putranya, Yugi juga seorang bos di tempat usahanya sendiri. Tanpa kehadirannya, tempat itu akan tetap berjalan karena Yugi telah memercayakan seseorang untuk mengurusnya. Maka tak ada alasan bagi Yugi meninggalkan kediaman Dito dan Ira.

Dito membisu di tempat. Dia merasa seperti anak-anak yang harus dijaga pergerakannya. Di sisi lain, Dito tidak mempunyai kekuatan untuk melawan Yugi.

"Mama setuju. Dengan begitu, hubungan kalian bisa membaik," kata Alin.

"Kamu gak keberatan kalau kami tinggal di sini sementara waktu kan, Ira?"

"Aku gak keberatan, Pa. Semoga aja aku bisa nerima Mas Dito lagi," balasnya.

Tidak ada niatan untuk meninggalkan sang suami, kerena Ira memang sangat mencintai Dito. Dia hanya ingin memberi pelajaran kepada pria itu agar tidak semena-mena lagi. Ira bersyukur dengan keputusan mertuanya untuk mendampingi mereka. Ira berharap semoga Dito benar-benar meninggalkan Indy.

***

Indy tidak berani menghubungi Dito, meskipun Alin telah mengembalikan ponselnya kemarin. Dia khawatir jika perbuatan tersebut akan tertangkap oleh keluarga Yugi dan ia kembali dimarah-marah. Akhirnya, diam-diam Indy menemui Dito saat lelaki itu berada di café.

Masih tetap dengan keangkuhannya, Indy melangkahkan kaki di sepanjang tempat usaha milik Dito. Dia berjalan menuju ruangan pribadi, karena tidak menemukan Dito di luar.

"Mereka jadi takut samaku. Hahaha," desis Indy.

Seluruh pekerja café tidak tahu menahu soal kejadian kemarin. Mereka terus beranggapan jika Indy memiliki kekuasaan penuh atas café Dito. Karenanya, tak ada yang berani menatap Indy meskipun hanya sekilas. Semua tertunduk layu dan membiarkan Indy mendahului mereka.

Indy membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Dia langsung ngacir dan membungkus tubuh Dito dalam pelukan.

"Mas," lirih Indy.

Kaget sekali melihat kehadiran selingkuhannya. Namun, Dito tetap membalas Indy dengan perlakuan yang sama.

"Kamu sama siapa ke sini? Kamu tinggal di mana, Sayang?" Dito penasaran dengan kabar Indy pasca diusir oleh Alin.

"Sendirian. Aku nginap di hotel, Mas. Kamu kan tahu kalau aku udah gak punya kontrakan semenjak tinggal sama kamu. Oh, ya. Kamu cuma main-main dengan ucapan kamu kemarin kan, Mas?" Indy memeluk Dito dengan posesif.

"Ucapan yang mana?"

"Kamu mau tinggalin aku,"

"Oh, itu. Hahaha. Iya, Mas becanda. Mustahil Mas bisa jauh dari kamu,"

Lega sekali saat Indy tahu bahwa Dito hanya berakting. Dengan begitu, Indy masih bisa menikmati fasilitas yang Dito berikan untuknya.

"Aku takut banget kemarin, Mas. Aku juga gak berani hubungi kamu,"

"Iya. Mas juga gak ada pegang Handphone kemarin,"

Rupanya mereka sama-sama menjaga diri agar tidak tertangkap basah oleh Alin dan Yugi lagi. Dito sendiri kerap diajak berkumpul oleh orang tuanya untuk melakukan pendekatan baru dengan Ira.

"Mas. Jadi, gimana sama hubungan kita? Aku juga gak punya tempat tinggal, Mas. Kalu terus-terusan di hotel, uangku bisa habis," keluh Indy yang tak ingin kehabisan hartanya.

***

Bersambung

次の章へ