webnovel

Mi Familia 3

Selesai mencuci motor Aji, Ben segera duduk bersantai di bale dauh sambil menikmati segelas es teh manis buatan Embok. Ia menatap motor Honda CB100 berwarna merah milik Aji yang kini sudah bersih dan terlihat mengkilap.

Aji tersenyum-senyum melihat motornya yang sudah bersih. "Besok-besok kamu bantu nyuci motor Aji lagi, Ben."

Ben mendengus pelan. "Berani bayar berapa?"

Aji menoleh pada Ben. "Begitu aja minta bayaran. Itu es teh manis kamu siapa yang beli tehnya?"

"Aku yang beli di warung Ni Wayan," jawab Ben.

"Uangnya dari siapa?"

"Dari Embok," sahut Ben sambil sedikit menjulurkan untuk menggoda Aji. Ia terkekeh melihat Aji yang nampak kesal karena dirinya selalu melawannya.

"Dasar kamu. Kayaknya mulut kamu itu memang diciptakan buat melawan saya terus, ya?" ujar Aji.

Ben kembali terkekeh. "Aji pasti kesepian kalau nanti saya kuliah di tempat yang jauh. Soalnya nggak ada yang ngebantah Aji lagi."

Aji menghela nafas panjang. "Justru sebaliknya. Saya bisa lebih tenang karena tidak ada yang melawan saya terus."

"Yang benar?" sahut Ben.

Aji mengangguk yakin.

"Nggak mungkin. Dari semua orang di rumah ini, pasti yang Aji kangenin itu aku. Buktinya Aji selalu nungguin aku pulang," ujar Ben.

"Soalnya, kamu itu suka lupa gembok pintu. Makanya saya bela-belain nungguin anak nakal kayak kamu. Kalau kamu udah masuk, pintu saya gembok, baru saya bisa tidur tenang," terang Aji sembari menjewer telinga Ben.

"Sakit, ah," sergah Ben.

Aji segera melepaskan jewerannya sambil terkekeh. Ben ikut terkekeh sambil menatap Aji. Keduanya tiba-tiba tertawa bersama. Hanya dengan saling menatap, baik Ben maupun Aji tidak perlu mengungkapkan rasa sayang mereka dengan menggunakan kata-kata.

Keduanya sama-sama menyadari bahwa tanpa banyak kata, Aji sangat menyayangi Ben. Begitu pula sebaliknya. Ben menemukan sosok Ayah yang ideal untuknya dalam sosok Aji. Meskipun Aji sesungguhnya adalah pamannya. Namun bagi Ben, Aji adalah Ayah yang ia butuhkan dan sangat ia sayangi.

Aji menghela nafas panjang setelah tertawa bersama Ben. Ia meraih gelas es teh miliknya dan langsung meminumnya. Setelah meletakkan kembali gelasnya ke meja, Aji kembali berbicara pada Ben.

"Pokoknya, sejauh apapun kamu pergi setelah lulus SMA, kamu tidak boleh lupa untuk pulang ke rumah ini. Jangan pernah lupa sama rumah ini dan keluarga kamu disini," ujar Aji.

Ben tersenyum simpul menanggapi ucapan Aji. "Aku nggak akan pergi jauh-jauh. Jakarta-Bali cuma dua jam."

"Jarak yang cuma dua jam itu tidak ada artinya kalau kamu tidak meluangkan waktu untuk pulang. Kamu sukses atau gagal, kamu harus tetap pulang," sahut Aji.

Ben menganggukkan kepalanya. "Iya, kalau liburan aku pasti pulang buat perbaikan gizi. Kalau ada ongkosnya."

Ben kembali terkekeh sambil menoleh pada Aji. Ia kemudian menutupi kedua telinganya ketika Aji mencondongkan tubuh ke arahnya.

"Jangan dijewer, ah. Sakit tahu," ujar Ben.

"Siapa yang mau jewer kamu, Ada kotoran di pundak kamu," sahut Aji sambil menepuk pundak Ben.

Tanpa curiga, Ben segera menurunkan kedua tangan dari telinganya. Dalam gerakan yang cepat, tangan Aji beralih dari bahu Ben ke telinganya. Aji pun berhasil menjewer Ben.

"Aaaw!" teriak Ben kesakitan.

Aji bukan hanya menjewernya tetapi juga menarik sedikit jambangnya. Sementara Ben misuh-misuh sambil mengusap-usap telinganya, Aji terkekeh. Pria paruh baya itu lalu mengambil gelas es teh manisnya dan berjalan pergi meninggalkan Ben.

Ben memanyunkan bibirnya seraya menatap Aji yang meninggalkannya. Telinga dan jambangnya masih terasa panas setelah Aji menariknya. Meski begitu, Ben akhirnya berdecak pelan sambil memegang telinganya.

"Siapa yang bakal jewer gue kalau nggak ada Aji?" gumam Ben. Rasa-rasanya Ben akan merindukan jeweran dari Aji ketika ia pergi jauh dari rumah yang ia tinggali saat ini.

----

Mobil yang dikendarai oleh Jasmine akhirnya berhenti tidak jauh dari rumah tempat tinggal Ben. David yang duduk di sebelah Jasmine memandangi rumah itu dari dalam mobil. Ia tertawa pelan lalu mengalihkan perhatiannya pada Jasmine.

"This house hasn't changed a lot," ujar David.

"You want to see your son?" tanya Jasmine.

David menghela nafas panjang. "I dunno. I'm a bit nervous."

"Are you doubt to meet him now?" Jasmine kembali bertanya pada David.

David kembali mengalihkan perhatiannya ke rumah yang menjadi tempat tinggal Ben. Di saat ia sedang menatap ke arah rumah tersebut, seorang pemuda bertubuh tinggi keluar melewati gerbang rumah tersebut sambil mendorong sepeda. David langsung memalingkan wajahnya.

Sementara David memalingkan wajahnya, Jasmine justru menatap pemuda yang kini sedang bersiap mengayuh sepedanya. Ia memperhatikan pemuda itu dengan seksama lalu menatap David. "Is he your son?"

David mengangkat bahunya. "Maybe. I'm not sure."

"Then why are you hiding? Just meet him. You can pretend to ask him about the address. I'm sure he is not a hundred percent Indonesian from his face. He must be a mixed blood," ujar Jasmine.

"Get out of here, Jasmine. I think I'm not ready to meet him," sahut David.

"You sure?"

David menganggukkan kepalanya.

"Okay." Jasmine kembali menyalakan mesin mobilnya. Tidak lama kemudian ia sudah mengendarai mobilnya dan pergi meninggalkan jalanan yang ada di depan rumah tempat tinggal Ben.

----

Ben yang sedang bersepeda dan hendak menuju ke warung internet tempatnya bekerja paruh waktu mengerutkan keningnya ketika ada sebuah mobil yang melintas di dekatnya. Ia menatap mobil Suzuki Jimmy berwarna merah yang baru saja melewatinya. Pandangan Ben kemudian tertuju pada ban belakang mobil tersebut yang terlihat kempes.

Refleks Ben mempercepat kayuhan sepedanya agar bisa memberitahu pengendara mobil tersebut mobil bahwa ban mobilnya kempes. Sepertinya pengendara mobil tersebut tidak menyadari bannya yang kempes. Begitu berhasil mengejar mobil Suzuki Jimmy tersebut, Ben menepuk bagian belakang mobil sambil berteriak.

"Ban belakang kempes!" teriak Ben. Ia terus menepuk badan mobil tersebut.

Mobil Suzuki Jimmy itu tidak melambat meskipun Ben sudah meneriakinya. Ben mempercepat kayuhan sepedanya dan akhirnya berhasil mendekat ke bagian depan mobil. Ia kemudian mengetuk jendela yang berada di sisi pengemudi.

Seorang wanita berambut cokelat dengan wajah yang dipenuhi bitnik-bintik cokelat akhirnya menoleh pada Ben dan langsung membuka jendela mobilnya.

"Your tire!" seru Ben.

"What?"

Ben kembali berteriak pada pengemudi mobil tersebut. "Your tire blowout!"

Wanita yang mengendarai mobil tersebut akhirnya mengganggukkan kepalanya. Perlahan ia melambatkan laju kendaraannya dan akhirnya menepi di bahu jalan. Ben yang memberitahu keadaan ban mobil wanita tersebut berhenti tidak jauh dari mobil wanita itu dan segera berjalan menghampirinya.

----

Mata David membulat ketika melihat pemuda bersepeda yang kini sedang berjalan ke arah mobil milik Jasmine. Semakin pemuda itu mendekat, David semakin yakin bahwa pemuda itu adalah pemuda yang tadi ia lihat keluar dari rumah yang ditinggali oleh Ben.

"It can't be," gumam David ketika pemuda itu melewati mobil Jasmine. Tatapan mata David mengikuti pemuda yang sedang menghampiri Jasmine.

David akhirnya melepaskan sabuk pengamannya dan berjalan keluar dari mobil. Ia berjalan ke sisi belakang mobil lalu mengintip dari balik badan mobil untuk memastikannya sekali lagi. David menelan ludahnya. Perlahan ia melangkah keluar dari persembunyiannya dan menatap langsung pemuda yang sedang berbicara pada Jasmine.

"Ben?"

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes and reviews. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts
次の章へ