webnovel

Dua

Marisa Riana.

Gadis berusia 23 tahun, kelahiran 1998, gadis yang penuh kesederhanaan, gadis yang selalu ceria, berasal dari kalangan keluarga yang sederhana.

Ia punya adik perempuan, Riana Putri, berusia 18 tahun yang saat ini masih menginjak SMA kelas akhir.

Marisa hanya tinggal berdua dengan sang adik, dan ia memiliki toko roti milik ayahnya, sumber uang satu satunya yang harus ia jaga untuk kebutuhan hidupnya.

Ayah dan ibunya pergi, dan ia tidak tau kemana perginya, dengan kata lain mereka kabur setelah meninggalkan hutangnya, yang saat ini masih ia bayarkan. Marisa tidak peduli saat ini dimana Ayah & Ibunya, masih adakah atau tidak, yang penting ia bisa hidup dan bertahan sampai saat ini bersama sang adik.

Tapi, Putri sendiri sekarang setelah Marisa menikah dengan Julyan, awalnya Marisa terus mengajak Putri untuk tinggal bersamanya namun Putri menolak dengan alasan ia tidak mau rumah membiarkan rumah orangtuanya kosong.

Gadis itu tengah merenung saat ini, pikirannya kacau, memikirkan pernikahannya.

Julyan, sang suami berkali kali pria itu membatalkan gugatan cerainya ke pengadilan dan itu membuatnya merasa marah. Bukan karna ia benci tapi ia merasa mungkin Julyan akan selalu menderita jika terus hidup bersamanya, meskipun Marisa sendiri tidak ingin bercerai.

Marisa merasa bersalah karna ia gagal menjaga baby nya yang beberapa hari lagi akan lahir, ditambah lagi dokter yang mengatakan mungkin Marisa akan sulit untuk mempunyai baby. Marisa merasa ia tidak pantas untuk Julyan, ia tidak bisa menjadi istrinya yang baik, bahkan ibu yang baik.

Dan lagi.. Andai saja Julyan menuruti perkataan suaminya mungkin sekarang ia akan menggendong sang anak saat ini.

Gadis itu meraih ponselnya dan berjalan ke jendela balkon kamarnya.

"Kenapa kamu batalin gugatannya Mas!" bentak Marisa diseberang telepon.

"Marisa..."

"Kamu dimana?"

"Dijalan."

"Mas... Kenapa?! Kenapa?!.... Kenapa kamu batalin lagi!"

"Kamu gila! Aku gak mungkin cerai sama kamu cuma karna itu Marisa!"

"Kamu tidak akan pernah bahagia nikah sama aku Mas! Aku ini gak becus jadi istri! Aku ini bodoh! Aku ini-"

"CUKUP MARISA!!"

Marisa diam setelah terisak pelan, ia terduduk lemas, dan tak tau lagi harus mengatakan apa.

Namun itu tak berlangsung lama, ia terkejut setelah mendengar suara klakson mobil dan suaminya yang berteriak, dan lagi...

Seperti suara tabrakan.

"Mas! Kenapa?!"

"Ada apa Mas!"

"Halo!"

"Mas jawab aku!"

"Mas Julyan jawab aku!"

"Apa yang terjadi!"

Paniknya saat ini, Marisa benar benar panik saat ini. Pikirannya tidak tenang ponselnya masih terhubung dengan ponsel suaminya, hingga ia pun mendengar sirine ambulan diseberang telepon.

Panik bukan main, Marisa segera bergegas keluar rumah tak peduli pukul berapa, ia benar benar panik saat ini, Marisa mencari lokasi yang Julyan berada saat ini, setelah menemukannya ia berlari mencari taksi.

Sial! Kenapa disaat seperti ini tidak ada taksi yang lewat, Marisa benar benar panik, ponselnya masih benar benar terhubung dengan suaminya namun tak ada jawaban dari suaminya dan itu benar benar membuat Marisa sangat panik.

Setelah beberapa menit ia mendapatkan taksi, ia segera meminta sang supir untuk menuju ke arah yang ia tujukan di ponselnya.

"Mas! Jawab aku!"

"Halo!"

"Mas! Jangan buat aku khawatir!"

"Julyan!!" teriaknya panik setengah mati. Tak lama seseorang menyahutinya.

"Halo!"

"Mas!"

Marisa diam sejenak, tidak! Bukan suara Julyan, Marisa tidak mengenal suara itu.

"Siapa ini?" tanya Marisa.

"Apa anda keluarga dari korban?"

Korban? Ada apa? Julyan kenapa?

"Saya istrinya ini siapa?"

"Maaf mba... Suami anda kecelakaan, saya dari kepolisian.."

"Apa?!" Marisa sangat panik saat ini, hatinya hancur. Julyan kecelakaan!

"Dimana? Suami saya dimana?" tanyanya.

"Suami anda sudah dibawa ke Rumah Sakit Seoul 5."

Marisa mematikan sambungannya, "Pak kerumah sakit seoul 5 sekarang, cepat pak!" pinta Marisa.

Setelah sampai Marisa berlari ke ruang penanganan pasien, sempat pula ia bertanya dimana pasien yang baru saja kecelakaan, dan perawat itu mengantarkannya menuju IGD.

Marisa terduduk lemas didepan pintu IGD, ia tak bisa berfikir jernih tak ada pikiran untuk menghubungi siapapun, dipikirannya hanya Marisa. Dan berharap suaminya baik baik saja, setelahnya ia menangis kencang sendirian, didepan ruang IGD dan jam sudah sangat larut.

"Maaf mas.."

"Maafin aku Mas..."

Julyan benar benar khawatir dengan keadaan Julyan saat ini, tak hentinya ia berdoa semoga Julyan baik baik saja.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Rika_Rokiahcreators' thoughts
次の章へ