webnovel

Chapter 9 : 2 x 45 minutes and Learn Formation

Pertandingan yang berjalan selama 70 menit itu benar-benar dibuat kagum selama satu menit. Bagaimana tidak? Iya seperti dihantam oleh sebuah uang bertubi-tubi, ketika cara main mereka yang jauh dari harapan, tiba-tiba membalikkan keadaan dengan cepat.

"Dikit lagi selesai, menurut lu siapa yang bakal menang, kita taruhan yuk!" ujar Raka yang sepertinya berubah haluan setelah putus asa dengan pilihan yang ia buat barusan.

"Ah elu! Tadi aja udah pesimis bakal balikin keadaan, eh ternyata malah dilanjutin lagi! Dasar kambing, sia-sia banget percaya sama lu."

Bola berada di tim 12 bertahan yang berhasil mencetak gol. Permainan setelah gol tampaknya didominasi oleh 12 bertahan sebagai tim yang mampu mencetak angka. Namun, 12 penyerang sepertinya mulai mengubah taktik mereka untuk langsung membelokkan mieldfielder ke arah kanan lapangan.

"Mieldfielder kucing!"

"Itu mah mending strikernya aja yang gerakin mereka, gausah samperin mieldfielder, nanti mereka bakal kebobolan."

Tendangan yang diberikan oleh 12 bertahan kepada rekan timnya tiba-tiba dipotong oleh salah satu back 12 penyerang. Ini adalah cara bagaimana mereka memberikan umpan yang baik agar tidak menjadi masalah.

"Gini amat dah main formasi belajar, mereka kayak gak kuasain lapangan."

Dua belas penyerang mengambil pertahanan sementara dua belas bertahan. Dengan kejeniusan Satria, sang striker dua belas bertahan mengambil beberapa umpan bola mentah dari bawah kolong kakinya, kemudian dibalas lagi dengan serangan kaki lawan dua belas penyerang yang tidak sengaja menyentuhnya dan kemudian diberikan free kick, karena pelanggaran.

"Lu inget gak, Ar, gara-gara lu ngasih bola kek gitu waktu pertandingan terakhir, kita benar-benar terselamatkan."

Ingatan bolanya terpaksa dikembalikan lagi. Dia benar-benar tidak mau mengingatnya sampai ia benar-benar pulih dalam memahami kondisi dirinya saat ini, dia acuh dan kembali menyaksikan pertandingan yang tersisa sepuluh menit lagi.

"Itu liat, tendangannya sama si striker 12 bertahan, tapi kok mereka gak ada yang jagain bagian tengah sih? Itu kan malah jadi celah."

"Kita liat aja permainannya macam gimana, kau pikir aku memang seharusnya sudah siap untuk hal yang dipikirkan itu."

Striker dua belas bertahan memikirkan cara cerdas agar dia dapat mengambil posisi tengah, walau memang keadaanya kosong. Karena, pasti tangan yang mereka raih untuk mengambil bola pasti benar-benar cukup tinggi.

Penyerangan dilakukan oleh salah satu gelandang mereka, Dion. Dia melakukan salah satu taktiknya yaitu tendangan dari kiri yang akan membawa bola ke kanan dan kemudian langsung membuat kiper tak mampu menangkapnya. Permainan itu dilakukan dengan sedikit dramatis hingga mengakui kesadaran dirinya bahwa bola itu malah ditangkap oleh kiper, karena kesalahan perkiraan.

"Dasarnya format 1-4-3-3 memang buat belajar, kalau lu ngeliat pertandingan kayak gini terus gak puas, jangan salahkan mereka, lebih baik kau harus meningkatkan dan berpikir mendukungnya."

Pertandingan tersisa lima menit lagi. Posisi saat ini adalah 1-0, akankah mereka akan menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Jika itu terjadi, maka akan terjadi waktu tambahan selama 10 menit lagi kurang lebih. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya maka akan terjadi kemenangan kepada kelas 12 bertahan.

"Awas, jagain nomor enam, sepertinya dia mulai melakukan tendangan! Press dia!! Jangan sampai menggiring bola ke nomor tujuh atau sebelas."

Mendengar kata nomor tujuh dan sebelas membuat Arya dan Sefa teringat sesuatu tentang hal tersebut.

*****

"Pemain nomor tujuh dan sebelas benar-benar menggila hari ini."

"Benar, press nomor sembilan, sepuluh, sebelas dan tujuh benar-benar rapat, mereka semua seolah tidak memberikan kesempatan."

"Dominan mereka seperti mengarahkan pemain nomor tiga sama empat ke pinggir gawang terus melakukan tendangan sudut sama bawa progresi bola kedepan."

*****

Ucapan itu ditambah Raka membuat memori Arya benar-benar kembali kepada masa lalu dia sebagai pemain sepak bola dan buku strategi yang ia punya selama bermain bola. Bodoh rasanya ketika Sefa dan Arya malah menggunakan formasi belajar ketika bermain bola.

"GOLLLL," tim penyerang yang mainnya terkesan aman sampai detik terakhir, akhirnya berubah haluan.

Dengan demikian, waktu sisa lima detik akan dipakai untuk melakukan penyerangan terakhir. Namun, sepertinya sudah dihentikan wasit, karena mustahil memakai waktu tersebut untuk bermain reguler. Mungkin ada kebijakan penambahan waktu, maka ia akan pikirkan hal tersebut.

"Time out!" kata wasit yang mulai meneriakkan mulai kehabisan waktu.

Permainan kedua tersebut hari ini imbang, mungkin bisa dikatakan formasi 1-4-3-3 sebagai cara mereka untuk bunuh diri. Arya, Sefa dan Raka sepakat mengatakan bahwa kekurangan tim sekolah ini adalah terlalu nekat menggunakan formasi ini untuk belajar, sedangkan efektivitas 1-4-3-3 ini sebagai formasi belajar sangat kecil. Sehingga, saat ini mereka akan melakukan tendangan bebas ke gawang oleh tim bertahan dan tim penyerang.

"Balik yuk, Ar, gue rasa tidak ada untungnya menonton pertandingan ini sampai selesai. Buang-buang waktu saja."

Mereka kemudian memutuskan untuk keluar dari stadion sembari mengamati kondisi sekitarnya yang masih ramai dengan para supporter bola yang ada disana. Dia melihat ke depan dan menemukan fakta yang mengejutkan sekali lagi.

"I-itu kan perempuan yang tadi melerai kita tadi."

Arya benar-benar tidak peduli dengan masalah itu. Baginya, tidak ada artinya memikirkan semua omong kosong tersebut. Perempuan baginya adalah sumber masalah. Dia pergi dan mencari tempat yang sepi.

"Tidak ada gunanya kita peduli dengan tim sepak bola sekolah macam ini, mereka semua tidak mengerti bagaimana rasanya main sepak bola, jika tidak mencintainya lebih dahulu," ucap Arya yang kembali dengan tempramental sepak bolanya dulu.

Raka mendengar percakapan tersebut, kemudian ucapan itu disela lagi. "Gue setuju sama lu Ar, karena mereka tidak melewati fase bersahabat dengan bola, lalu main bola hanya seperti anak kecil."

Mereka menemukan bola di sekitar semak-semak menuju ke luar gerbang dan mereka memainkannya. Sepertinya mereka masih belum sadar bahwa itu adalah sebuah jebakan yang digunakan untuk memastikan performa mereka.

"Eh pake gak? Gue penasaran Arya sama Raka menang siapa, mengingat posisi kalian sebagai striker punya pamor yang cukup jauh buat menang, gue mau liat siapa yang berkuasa."

"Pertandingan 2v2 ya? Gue rasa sih bakal seru, tapi cari tempat sepi, gasuka main di depan orang banyak. Takut gugup!" kata Arya yang sepertinya sangat bergairah menghadapi musuh yang ia tampilkan saat ini.

Mereka berpindah posisi dan mencari tempat yang cukup pas untuk melakukan sesi itu. Saat Sefa memulai hal tersebut, sepertinya Raka benar-benar langsung menguasai bola dan Arya hanya mampu berlari mengambil bola tersebut. Cetakan gol pertama tercipta dari kubu Raka.

"Gila-gila, Raka masih dalam performanya, kayaknya marwah Arya di sepak bola masih belum siap banyak."

"Akan kuhabisi kau!" jawab Arya dengan begitu berani menghadapi Raka.

"Yakin? Kakimu masih dalam tahap pemulihan lho, kau tau aku takkan bermain tenang kepada lawanku."

Arya benar-benar geram dengan sikap dingin Raka saat bermain sepak bola. Permainan yang ia kuasai tersebut membuat kebingungan Arya dalam memutuskan pembawaan sepak bola yang dipunyai.

"Kalau dia sampai melakukan itu, maka mentalnya terguncang kesekian kalinya."

次の章へ