webnovel

Kondisi Ayah

"Apa? Ayah kamu kecelakaan tabrak mobil? Kok bisa si Sa?"

"Saya juga belum tau ceritanya, Bu. Tapi saya harus pergi ke rumah sakit sekarang juga. Di sana sekarang cuma ada adik saya doang. Kasihan juga dia pasti panik."

"I... Iya kalo gitu kamu pergi aja sekarang. Semoga Ayah kamu ga kenapa-kenapa ya."

"Aamiin. Terima kasih. Terima kasih banyak, Bu."

"Iya, sama-sama."

Setelah mendapatkan izin dari atasannya, Aleysa pun langsung pergi ke rumah sakit yang sudah di infokan oleh Catline tadi di telepon dengan menggunakan ojek. Supaya bisa sampai di rumah sakit dengan cepat.

*****

Ayah Aleysa dan Catline baru saja masuk ke dalam rumah sakit dengan menggunakan brankar rumah sakit. Catline yang berada di samping Ayahnya dan melihat Ayahnya yang sedang berdaya itu terus menangisinya.

"Ayah... Ayah haru bangun. Ayah ga boleh ninggalin aku dan kak Aleysa."

Hans dan Emily hanya bisa terdiam. Mereka berdua juga bingung harus berbuat apa kali ini kecuali berharap jika korban tidak selamat dan tidak mempunyai luka yang berat. Karena kalau itu semua terjadi, Hans bisa di tuntut oleh Catline ke polisi sebagai saksi matanya sendiri.

"Mohon Maaf, Mba silahkan tunggu di luar. Biar korban kami yang tangani," jelas Suster rumah sakit itu kepada Catline.

"Tapi saya harus temani Ayah saya, Sus."

"Mohon maaf, ga bisa Mba. Mba tunggu di sini aja."

"Tapi Sus... Suster..."

Catline terus merengek untuk bisa masuk ke dalam ruang periksa supaya bisa menemani Ayahnya di dalam sana. Tetapi yang namanya peraturan tetap lah memandu peraturan. Catline tetap tidak di perbolehkan untuk masuk ke dalam. Hans yang merasa bersalah menghampiri Catline bermaksud untuk menenangkan Catline.

"Kamu jangan nangis ya. Kita harus percayakan Dokter dan Suster yang akan menangani Ayah kamu di dalam sana."

"Ini semua salah kamu. Gara-gara kamu, Ayah saya jadi tergeletak ga berdaya seperti ini di dalam."

"Iya saya minta maaf. Saya ga sengaja."

Catline terus memukuli badan Hans cukup kencang. Tetapi Hans hanya diam saja. Karena dia paha jika Catline marah seperti ini juga karena kesalahannya. Namun Emily lah yang tidak bisa terima jika kekasih hatinya di sakiti seperti itu. Bahkan Emily sempat mendorong Catline kebelakang. Untung saja Catline tidak terjatuh.

"Stop. Kamu itu apa-apaan si. Kan dia udah minta maaf. Kenapa kamu masih pukulin dia kaya gini?"

"Kamu pikir minta maaf itu mudah? Dengan minta maaf Ayah saya bisa sadar dan sehat kembali? Bisa? Engga kan?"

Ketika Catline sedang marah-marah kepada Hans dan Emily, Aleysa tiba di rumah sakit. Aleysa berusaha untuk menenangkan adik semata wayangnya itu.

"Catline. Udah de. Udah. Kamu kenapa jadi emosi seperti ini si?"

"Gimana aku ga emosi kak? Kakak tau mereka siapa? Mereka itu adalah orang yang udah tabrak Ayah. Mereka yang udah buat Ayah ga berdaya di dalam seperti ini."

"Astaga. Ya ampun."

Aleysa hanya bisa melihati Hans dan Emily tanpa bisa melakukan apa-apa. Karena Aleysa juga bingung harus berbuat apa kali ini. Dan Aleysa lebih bisa mengontrol emosi dibanding Catline.

Ketika kehebohan itu terjadi, Dokter yang menangani Ayah mereka keluar dari dalam ruangan. Catline dan Aleysa langsung menghampirinya.

"Gimana keadaan Ayah saya, Dok? Ayah saya ga kenapa-kenapa kan?" tanya Catline dengan sangat khawatir.

"Ayah kalian sudah sadarkan diri. Tetapi ada luka dalam di bagian otaknya dan harus segera di tindak lanjuti. Tetapi Ayah kalian meminta kalian untuk masuk ke dalam dan menemuinya. Jadi silahkan kalian berdua masuk ke dalam. Tapi saya minta tolong, jangan buat keributan ya di dalam."

"Iya Dok, pasti. Terima kasih, Dok."

"Baik, sama-sama."

Aleysa dan Catline yang sangat khawatir dengan keadaan Ayahnya sedari tadi langsung masuk ke ruangan itu dengan sangat terburu-buru. Mereka berdua sudah tidak sabar lagi untuk bisa bertemu dengan sang Ayah.

"Gimana ya keadaan korban? Jujur, aku takut kalo pihak keluarga dia akan nuntut aku," ucap Hans dengan khawatir.

"Kamu ga usah khawatir gitu sayang. Ayah mereka kan ga kenapa-kenapa juga. Lagian orang seperti mereka itu tinggal di kasih uang aja. Pasti mereka akan langsung terima."

Ketika Hans sedang khawatir karena takut di tuntut oleh keluarga korban, tiba-tiba saja Mamah dari Hans meneleponnya. Mau tidak mau Hans harus menjawabnya. Karena jika Hans tidak menjawabnya, yang ada Mamahnya itu akan curiga dengannya. Apalagi sebenarnya pagi ini Hans ada meeting penting yang akan di hadiri oleh Mamahnya juga. Tetapi dalam keadaan seperti ini sudah pasti Hans tidak bisa datang ke meeting itu.

"Mamah aku telepon. Aku angkat dulu ya sebentar."

"Iya, sayang."

"Hallo, Mah."

"Hallo. Kamu dimana si? Kenapa kamu belum sampai kantor juga? Kamu tau kan kalo pagi ini kita ada meeting penting?"

"I... Iya, Mah aku tau."

"Terus kenapa kamu belum sampai di kantor juga?"

"I... Ini, Mah."

"Ini apa?"

"A... Aku. Aku tadi habis nabrak orang, Mah."

"Apa? Kamu nabrak orang? Kok bisa?"

"Ceritanya panjang Mah. Aku ga bisa jelasin ke Mamah di telepon. Tapi aku ga bisa datang ke meeting pagi ini. Karena aku juga lagi takut karena keluarga korban akan tuntut aku."

"Aduhhh kamu itu ada-ada aja si. Yaudah kalo gitu kamu sekarang dimana? Biar Mamah bantu. Mamah ga mau ya sampai nama baik keluarga kita jelek hanya karena masalah ini."

"Iya, Mah. Nanti aku kirimin alamat rumah sakitnya ke Mamah lewat sms ya, Mah."

"Yaudah kalo gitu Mamah tunggu."

"Iya, Mah."

Sambungan telepon di matikan. Setelah itu Hans langsung mengirimkan alamat rumah sakit tempat Hans membawa korban kecelakaan itu kepada Mamahnya. Masalah ini ternyata akan di tangani oleh Mamahnya secara langsung. Karena yang namanya seorang Ibu pasti tidak ingin jika anaknya kenapa-kenapa. Walaupun sebenarnya itu semua adalah kesalahannya sendiri.

*****

Di dalam ruangan Ayah Aleysa dan Catline.

"Ayah. Ayah ga apa-apa? Apa yang sakit Ayah? Bilang sama Catline."

"Iya. Apa yang Ayah rasakan sekarang? Ayah mau apa? Biar Aleysa ambilkan ya."

Betapa khawatirnya Aleysa dan Catline dengan kondisi Ayahnya sekarang ini. Apalagi Ayah mereka berdua terlihat sangat mengkhawatirkan. Kondisinya sangat lemas tidak seperti biasanya yang selalu terlihat ceria. Tetapi kali ini Ayah mereka terlihat sangat murung dan sedang ada yang di tahan dari rasa sakitnya. Mereka berdua juga sangat khawatir dengan Ayahnya karena hanya Ayah lah yang mereka berdua punya sekarang ini.

Ayah Aleysa dan Catline berusaha untuk bangun dari posisinya dengan sangat susah payah. Aleysa dan Catline yang melihatnya merasa semakin khawatir.

-TBC-

次の章へ