webnovel

RUMAH BARU

Sudah 3 hari ini Fahira tinggal di rumah barunya. Rupanya Ammar sudah mengisi rumah itu lengkap dengan perabotan. Fahira tidak membawa apa pun selain pakaian dan buku- buku milik Nastiti serta mesin yang dipinjamkan Inayah. Rumah baru yang dibelikan Ammar tidak jauh dari rumah kontrakan Fahira sebelumnya.

Seperti biasa, pagi hari setelah Fahira membersihkan rumah dan memasak, ia akan mengajak Nastiti ke rumah Inayah untuk menyetorkan pekerjaannya .

"Aduh, pagi sekali Fahira, kamu rajin. Padahal, Ujang kan bisa ambil pekerjaanmu. Kenapa repot mengantar ke sini? " kata Inayah dengan gembira. Ia selalu puas dengan hasil rajutan Fahira yang selalu rapi. Terlebih jika Fahira membuat cardigan tidak ada yang bisa mengalahkan kerapian Fahira. Juga untuk model- model baru, Fahira cepat tanggap dan ia juga bisa mengajarkan pekerja yang lain yang belum mengerti atau masih baru.

"Rumah kita kan sekarang lebih dekat, Ceu. Oya, apa yang harus aku buat hari ini, Ceu?"

"Bikin sweater buat anak-anak selusin Fa. Cardigan setengah lusin , trus bikin kerah sabrina ya selusin. Benangnya ambil di gudang," jawab Inayah.

“Iya ceu."

"Gimana rumah baru, nyaman? Aduh, eceu ikut seneng Fahira. Ternyata mantan bapak mertua kamu baik sekali ya," Kata Ceu Inayah. Fahira mengangguk. "Iya Ceu, Pak Ammar emang baik, tapi ya itu jarang bicara. Tapi, jika beliau sudah bersuara ... semua segan.

"Eceu kadang ngga habis pikir. Si Hesti itu temenmu ... dulu kamu yang bantu. Eh, kenapa malah jadi pelakor."

"Ah,sudahlah Ceu. Saya sudah ikhlas, biar saja nanti Tuhan yang akan membalas," ujar Fahira.

"Betul, nanti akan ada karmanya juga. Fa,” kata Inayah.

Fahira hanya mengangguk lesu. Mengucap kata ikhlas sebenarnya sangat mudah, tetapi pada prakteknya jelas tidaklah mudah.

"Saya sekarang hanya memikirkan soal Kamania saja, Ceu. Saya sangat berharap dia segera mendapatkan pendonor meski hanya sebelah."

"Donor mata itu tidak banyak, Fa."

"Iya betul, Ceu. Jika seseorang meninggal harus segera dilakukan operasi. Haah ... saya sangat menyesal Ceu. Seharusnya dulu saya bersikeras menuntut hak asuh atas Kamania. Tapi, saya sadar kondisi keuangan saya juga tidak baik. Gilang sama sekali tidak memberikan apa-apa untuk saya. Waktu saya diusir keluar, hanya sedikit tabungan yang saya miliki. Jika bukan karena pertolongan Ceu Inay saya tidak tau lagi harus bagaimana," kata Fahira dengan sedih.

Inayah hanya menepuk bahu Fahira dengan lembut. Ia merasa sangat prihatin dengan apa yang sudah menimpa Fahira. Padahal wajah Fahira cukup cantik, tidak kalah dengan Hesti. Hanya karena masalah pendidikan saja ibu mertuanya bersikap tidak adil.

"Fa, kamu itu cantik ... masih sangat muda. Ceuceu yakin di luar sana pasti banyak lelaki yang tertarik dan bisa menerima dirimu apa adanya," kata Inayah sambil tersenyum. Fahira hanya tersipu sambil mengibaskan tangannya.

"Saya mah apa atuh ... perawatan juga nggak pernah. Eceu suka bikin geer aja," kekehnya.

"Ceuceu bilang apa aja adanya, Fa. Memang kenyataanya kalau kamu itu cantik."

"Terima kasih, Ceu. Ya sudah ... saya pulang ya, Ceu supaya bisa langsung bekerja."

"Biar Ujang saja yang ambil kalau sudah selesai. Telepon saja nanti," kata Inayah. Fahira mengangguk dan langsung berpamitan.

Betapa terkejutnya Fahira saat ia sampai. Di teras rumahnya tampak seseorang duduk menunggu dan siap untuk mengajaknya berperang.

次の章へ