Matahari semakin menerangi kota, perlahan-lahan hari semakin terang dan cahaya dari matahari mulai menyinari Kota Marseille.
"Apakah serius, Ben? Dengan lukamu itu, apakah kau yakin bisa bertahan?" tanya Madeline.
"Sudahlah, Maddie. Kau tidak perlu khawatir berlebihan seperti itu, lebih baik kita fokus melanjutkan kasus ini, "
"Baiklah kalau begitu, Ben. Lalu sekarang apa yang akan kita lakukan? dari mana kita akan memulai kembali investigasi ini?" tanya Madeline.
"Hmm … Kau benar, Maddie. Aku tidak memikirkan hal itu sebelumnya," Benjamin sedikit kebingungan.
"Hmm … Apa kau ingat benda logam hancur yang kau temukan saat investigasi kemarin di dalam bar?" tanya Madeline.
"Astaga! Aku baru ingat. Kalau tidak salah, aku meninggalkan benda itu diruang Devon,"
Mereka segera masuk ke dalam kantor, Setibanya di dalam, mereka segera pergi ke ruangan Devon, tak lama mereka tiba, terlihat Devon yang tengah bersantai di ruangannya.
"Devon!"
"Oh Hai, Teman-teman. Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Devon.
"Dev, apa kau menemukan sesuatu disini, kemarin aku tidak sengaja meninggal benda itu di ruangan ini?" tanya Benjamin.
"Sebuah benda? Apa yang kau maksud benda logam yang berserakan itu?" tanya Devon.
"Nah kau benar, Dev. Sekarang dimana benda itu? kita sangat membutuhkannya sekarang," ucap Madeline.
Devon segera membuka laci mejanya, ia segera mengeluarkan plakat yang sudah disatukan kembali.
"Ternyata memang benar, benda itu ada di ruangan ini," ucap Madeline.
"Aku lupa mengatakan padamu, Ben. Aku menemukan benda ini dimejaku, lalu kuputuskan untuk menyatukan setiap bagiannya," ucap Devon.
"Terimakasih banyak, Dev. Kau sudah membantuku menyatukan benda ini," ucap Benjamin.
"Memangnya benda ini sangat penting bagimu?" tanya Devon.
"Tentu saja, Dev. Benda ini kami temukan saat investigasi kemarin, jadi benda ini salah satu barang bukti," ucap Madeline.
"Tadinya aku pikir akan membuang benda ini, karena kupikir ini hanya sampah biasa," ucap Devon.
Benjamin segera mengambil plakat tersebut dari Devon.
"Hmm … Disini tertulis Lucas Xanders, hmm ... Siapa sebenarnya orang ini?" tanya Benjamin.
"Hmm … Aku rasa si pemilik bar dan juga pemilik plakat ini merupakan orang yang sama," ucap Madeline.
"Dari mana kau tahu hal itu?" tanya Devon.
"Hanya perkiraanku saja, tapi tidak ada salahnya jika kita memeriksa kembali bar itu," ucap Madeline.
Akhirnya Benjamin dan Madeline memutuskan untuk kembali ke bar disekitar pelabuhan itu. Mereka segera meninggalkan area kantor.
**
Singkat cerita Benjamin dan Madeline tiba di pelabuhan dengan menggunakan mobil yang kemarin mereka gunakan.
"Kita sudah sampai, Ben,"
"Kita harus segera pergi ke bar tersebut, jangan sampai kita membuang waktu sia-sia,"
Mereka segera meninggalkan area parkir dan menuju ke pelabuhan, mereka mulai menelusuri jalanan sekitar. Tak lama mereka tiba didepan bar.
"Hmm … Ini aneh, sekarang bar ini terlihat ramai?" tanya Madeline.
"Baguslah jika begitu, Maddie. Kita bisa bertanya kepada semua orang yang ada di dalam," ucap Benjamin.
"Kalau korban merupakan orang yang sering datang kesini, pemilik bar tentu mengenalnya. Aku yakin pemilik itu ada di dalam, Ben,"
"Kalau begitu, Maddie. Ayo kita interogasi orang ini,"
Mereka segera masuk ke dalam bar, suasana di dalam benar-benar ramai, tak jauh terlihat seorang pria dengan perawakan pendek dan rambut yang berwarna pirang kecoklatan serta memiliki Luka gores di pipinya menghampiri Benjamin.
"Selamat pagi, tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya orang tersebut.
"Kami mencari seseorang yang bernama Lucas Xanders, apa kau tahu dimana dia?" tanya Madeline.
"Kebetulan kalian sedang berbicara dengan orangnya," ucap Lucas.
"Oh jadi Anda tuan Lucas?" tanya Benjamin.
"Iya betul, tuan. Saya sendiri," ucap Lucas.
"Kami dari kepolisian, ingin bertanya sesuatu kepada Anda," ucap Madeline.
"Kalau begitu, ikutlah ke ruanganku, kita bisa membicarakan hal itu disana," ucap Lucas.
Mereka segera pergi ke ruangan Lucas, tak lama mereka tiba di ruangan.
"Silahkan duduk, opsir, " ucap Lucas mempersilahkan duduk.
"Terimakasih banyak, tuan," ucap Madeline.
"Jadi, para penyidik. Apa yang ingin kalian tanyakan?"
"Oh saya ingin memberitahu, apakah ini plakat milik Anda?" tanya Benjamin.
"Astaga aku sudah lama mencari benda ini, bagaimana kalian bisa menemukan benda ini? " tanya Lucas.
"Eh mengenai itu … Ehm, tujuan Kami kesini adalah ingin bertanya sesuatu tentang Albert Dalton," ucap Madelin.
"Albert Dalton?" tanya Lucas.
"Ya betul, kami sangat yakin bahwa Albert Dalton merupakan pelanggan di bar ini, tentu kau mengenal orang itu," ucap Benjamin.
"Tentu saja, dia sering datang kesini sehari dua kali, setiap pagi dan sore hari untuk menikmati segelas champagne," ucap Lucas.
"Yah, sayang sekali, ia tidak akan datang kesini lagi untuk menikmati minuman Anda," ucap Madeline.
"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Lucas.
"Albert Dalton ditemukan tewas di dermaga, akibat meminum racun," ucap Madeline.
"Apa? Dia bunuh? Benar-benar tragis, aku benar-benar tidak percaya, sungguh sialnya nasib mu, Albert," ucap Lucas.
"Tapi, Tuan Lucas. Apa kau tahu jika korban punya masalah atau barang kali kau tahu bahwa Dalton memiliki musuh?" tanya Benjamin.
"Hmm … Entahlah, bahkan tidak terlinta dipikiranku jika mendiang Albert memiliki seorang musuh, dia memiliki sikap pendiam beda dengan orang-orang yang sering datang kesini," ucap Lucas.
"Baiklah, Tuan Lucas. Hanya itu saja yang ingin saya tanyakan, terimakasih atas bantuan Anda," ucap Lucas.
"Sama-sama, penyidik,"
"Kalau begitu kami berdua permisi, karena ada yang harus kami lakukan," ucap Madeline.
"Baik, jangan lupa jika kalian ada waktu mampirlah kesini, dengan senang akan ku buatkan beberapa minuman terenak buatanku," ucap Lucas.
Benjamin dan Madeline segera berdiri dari kursi mereka dan hendak pergi, namun tiba-tiba Lucas menghentikan mereka.
"Tunggu sebentar, opsir. Aku baru ingat sesuatu,"
Benjamin dan Madeline saling menatap satu sama lain karena kebingungan, mereka mengurungkan niat dan kembali duduk.
"Ada apa, Tuan Lucas?" tanya Madeline.
"Aku baru ingat, tiga hari yang lalu terjadi perselisihan antara Albert Dalton dan Luigi Pablo,"
"Luigi Pablo? Siapa dia?"
"Luigi Pablo merupakan Imigran asal Italia, dia merupakan pekerja muatan di pelabuhan, aku tidak tahu masalah apa yang terjadi," ucap Lucas.
"Lalu dimana kita bisa menemukan orang itu? Jika kau tahu sesuatu, katakanlah?" tanya Madeline.
"Dia sering berada di dermaga, kebetulan sekarang adalah jam kerjanya, kau akan menemukan dia tidak jauh dari sana," ucap Lucas.
"Terima kasih banyak, Tuan Lucas. Informasi Anda sangat berguna untuk penyelidikan kami, kalau begitu kami berdua permisi," ucap Benjamin.
Benjamin dan Madeline segera meninggalkan area bar dan memutuskan untuk kembali ke dermaga.
"Semua pernyataan ini semakin lama semakin rumit," ucap Benjamin.
"Kau benar, semua petunjuk yang kita dapatkan tidak menghasilkan sesuatu, "
Tak lama mereka tiba di sekitar area dermaga.
"Dimana kita bisa menemukan pria bernama Luigi? Dermaga ini cukup luas dan terlalu banyak orang," ucap Madeline.
Benjamin dan Madeline terus memperhatikan sekitar dermaga, terlihat beberapa orang tengah mengangkut beberapa muatan dari kapal.
"Coba kita cari disana, mungkin saja disana kita bisa menemukan Luigi," ucap Madeline.
Mereka segela menghampiri kerumunan orang-orang yang tengah bekerja.
"Ben, kau lihat orang itu?" tanya Madeline.
"Maksudnya orang yang menggunakan pelindung kepala?"
"Betul, Ben. Dia tidak ikut bekerja seperti yang lain, dia terlihat seperti mandor," ucap Madeline.
"Jika begitu kita tanya saja dia," ucap Benjamin.
Mereka segera menghampiri pria yang menggunakan pelindung kepala tersebur.
"Selamat siang, tuan," tanya Madeline.
"Siapa kalian? Dan ada apa kalian menggangguku?"
"Kami dari kepolisian sedang mencari seseorang bernama Luigi, apakah kau tahu dimana dia?" tanya Madeline.
"Ternyata, para penyidik. Saat ini Luigi sedang bekerja,"
"Apakah kita bisa menemuinya? Karena ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan sebentar," ucap Benjamin.
"Huh … Kalian malah mengganggu pekerjaanku, ya sudah ikutlah denganku,"
Benjamin dan Madeline mengikuti mandor tersebut dan tak lama mereka tiba di sebuah tempat peristirahatan para pekerja.
"Luigi, dimana kau? Para polisi mencarimu?"
Tak lama terlihat seorang laki-laki dengan perawakan tinggi serta kulitnya yang berwarna kecoklatan dan rambutnya yang hampir botak menghampiri Benjamin. Terlihat ia tengah menikmati segelas Abisthe.
Absinthe atau absinth adalah minuman beralkohol yang diberi perisa adas atau anise dan dibuat dari apsintus atau wormwood.
"Ada apa Anda memanggil saya kemari, pak? " tanya Luigi.
"Disini ada para polisi, mereka ingin bertanya sesuatu, aku tidak tahu apa yang mereka inginkan,"
"Baik, pak."
"Waktu kalian hanya lima belas menit, setelah itu kau harus kembali bekerja, ingat itu Luigi, " ucap orang itu langsung segera pergi.
"Ada apa kalian mencariku? Gara-gara kalian l, aku harus di omel oleh bosku," ucap Luigi sambil meneguk abisthe.
"Kedatangan kami kesini karena ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan padamu, Luigi" ucap Madeline
Hai, My-Riders... author butuh bantuannya dong, tolong masukan Buku ini ke rak kalian dan jangan lupa untuk memberikan ulasan